Sejarah Paroki Nandan


KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah Yang Mahakasih karena atas berkat, rahmat dan pertolonganNya telah berhasil disusun sejarah ringkas Gereja Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan Yogyakarta.
Sejarah ringkas ini disusun dengan maksud untuk menyampaikan pesan dan catatan kepada generasi selanjutnya agar mereka mengenal dan memahami proses lahirnya Gereja Paroki Administratif Santo Alfonsus baik Gereja sebagai umat Allah maupun sebagai gedung gereja. Gereja Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan dibangun dengan penuh keprihatinan dan perjuangan oleh para pendiri yang didukung seluruh umat. Modal utama adalah semangat pengabdian, perjuangan, dan kebersamaan seluruh umat. Modal materil sangatlah minim.
Umat Katolik Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan tumbuh dari jumlah umat yang sangat kecil hingga menjadi Paroki dengan gedung gereja yang cukup megah dan tanah yang luas. Dalam hal ini pertumbuhan umat Katolik dirintis oleh para Bruder Karitas Nandan dan dibesarkan oleh para Romo dan para Frater dari komunitas CSSR, terutama di bawah bimbingan Romo Willy Wagener CSsR.
Lewat sejarah ringkas ini diharapkan memberikan inspirasi kepada seluruh umat dapat menghargai hasil perjuangan para perintis terdahulu. Selanjutnya umat mampu menjaga, memelihara dan melanjutkan semangat perjuangan dalam kebersamaan untuk membangun paguyuban gereja yang kuat, mandiri dan ekaristis. Sudah banyak kegiatan yang pernah dilakukan oleh umat sejak awal yang pada akhir-akhir ini kegiatan-kegiatan itu tidak nampak lagi.
Dengan tersusunnya sejarah ringkas ini tim penyusun atau penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Romo Willy Wagener CSsR, Bruder Yoachim FC, Bruder Yoanes FC dari Bruderan Karitas, Romo Andreas Suhono CSsR dan Bapak Y. Ponijo yang telah memberi masukan kepada Tim untuk penyusunan sejarah ini. Terimakasih kepada Dewan Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan yang telah memberi kepercayaan kepada tim penyusun dan atas segala dukungannya.

Penyusun menyadari bahwa penulisan sejarah ini jauh dari sempurna, banyak kekurangan karena berbagai keterbatasan. Segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Untuk itu  diucapkan banyak terimakasih
Tim Penyusun
Koordinator
Drs. FA Susanto Purbokusumo

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR    
BAB I PENDAHULUAN
1.Pentingnya sejarah
2.Pertumbuhan Umat Katolik
BAB II PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UMAT KATOLIK   PAROKI ADMINISTRATIF SANTO ALFONSUS NANDAN
1.Umat Katolik Awal di Nandan
2.Berdirinya Komunitas Bruder Karitas Nandan
3.Pembentukan Kring Karitas Nandan
4.Kehadiran Romo YB. Mangunwijaya, Pr.
5.Masa Vakum Pastur
6.Kehadiran Komunitas CSsR
7.Pembentukan Stasi Santo Alfonsus Nandan

BAB III PEMBANGUNAN GEDUNG GEREJA PAROKI  ADMINISTRATIF ALFONSUS NANDAN
1.Pembentukan Panitia Pembangunan
2.Pembentukan Yayasan Papa Miskin
3.Tugas Panitia Pembangunan
3.1 Pengadaan Tanah
Pengumpulan Dana
Merencanakan Pembangunan
Mengurus Perijinan
Pelaksanaan Pembangunan Gedung Gereja
Pembentukan Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan  sampai menjadi Paroki penuh

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Pentingnya sejarah
Sejarah diartikan sebagai kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Dengan belajar dan mengenal sejarah masa lampau, orang dapat memperoleh pengetahuan, pengenalan dan pengalaman mengenai apa yang sebenarnya telah terjadi pada masa lampau. Pengalaman sejarah masa lampau memberi pelajaran yang berharga bagi kehidupan sekarang dan yang akan datang. Kehidupan atau peristiwa yang terjadi sekarang tidak lepas dari peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau. Kehidupan manusia mengalami proses sejarah. Ada kata nasehat “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”, agar tidak kehilangan arah. Maka mengenal sejarah adalah penting.
Demikian juga gereja Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan Yogyakarta baik gereja yang berupa gedung maupun gereja yang hidup sebagai umat Allah mengalami proses sejarah. Gereja Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan lahir melalui proses sejarah yang cukup panjang yang penuh keprihatinan dan perjuangan. Perjuangan dirintis oleh beberapa orang tokoh dan umat Katolik mulai dari nol. Dalam arti mereka sama sekali  belum memiliki sarana prasarana peribadatan sama sekali.

  1. Pertumbuhan Umat Katolik
Pada awalnya wilayah yang sekarang menjadi PAROKI ST. ALFONSUS – NANDAN adalah sebagaian masuk wilayah paroki Kotabaru Yogyakarta, sebagaian masuk paroki Mlati, dan sebagian masuk paroki Kemetiran Yogyakarta, dengan jumlah umat Katolik masih sangat sedikit hanya terdiri dari beberapa keluarga dan beberapa muda-mudi yang belum berkeluarga. Umat yang dibaptis pertama kali dari wilayah yang sekarang menjadi wilayah paroki  St. Alfonsus, dibaptis oleh pastor dari Paroki Mlati pada tahun 1936. (mulai tahun itu di wilayah yang sekarang menjadi Paroki Nandan – iman katolik mulai hidup). Sedikit demi sedikit jumlah umat Katolik semakin bertambah. Pertumbuhan umat Katolik menjadi semakin meningkat sejak hadirnya (berdirinya) Komunitas Bruder Karitas Nandan pada tahun 1961. Berdirinya Komunitas Bruder Karitas Nandan adalah atas persetujuan Mgr. Sugiyapranata SJ, Uskup Agung Semarang. Uskup Agung Semarang menganjurkan agar Bruder Karitas membuka sekolah.
Maka pada tahun 1962 dirintislah pembangunan SD dan SMP Karitas Nandan, Sebelum memiliki gedung , operasional sekolah yang dimulai tanggal 1 September 1963 meminjam rumah penduduk Nandan yaitu di rumah keluarga Bapak Pawiro Suwignyo (yang terletak di sebelah timur gedung SD Karitas sekarang).
Dalam Peresmian menjadi Paroki St. Alfonsus Nandan, Komunitas Bruder Karitas di Nandan diberi gelar – ‘membidani‘ lahirnya paguyuban umat Katolik awal dari Paroki St. Alfonsus – Nandan.
Istilah lain: kehadiran Komunitas Bruder Karitas di Nandan pada awal mula ibarat ‘menghimpun – balung pisah umat diaspora menjadi paguyuban yang hidup’ (karena sudah ada umat katolik di wilayah tsb), sehingga umat berhimpun menjadi paguyuban dan bertumbuh-kembang di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Paroki Paroki St. Alfonsus – Nandan.
——————————-
Kehadiran Bruder Karitas dan SD Karitas itu mempunyai dampak sangat positif terhadap pertumbuhan umat Katolik di Nandan dan sekitarnya. Lewat pembinaan para Bruder Karitas dan para Katekis, umat Katolik mengalami pertumbuhan dan perkembangan cukup berarti. Jumlah umat Katolik semakin bertambah banyak. Bahkan kemudian berkembang menjadi sebuah Kring yang disebut Kring Karitas Nandan di bawah Paroki Santo Aloysius – Mlati . Pada awalnya umat Kring Karitas Nandan sejak atahun 1963 digembalakan oleh Romo Wignyomartoyo, Pr (pastor Paroki Mlati) kemudian diserahkan kepada Romo YB. Mangunwijaya, Pr pada tahun 1968.
Perkembangan umat Katolik Kring Karitas Nandan menjadi semakin pesat dengan kehadiran komunitas CSsR yang pada awalnya untuk sementara melaksanakan Perayaan Ekaristi Minggu di Bruderan Karitas Nandan sejak tahun 1977. Di bawah bimbingan dan pembinaan para Pastor dan para Frater CSsR umat Katolik mengalami banyak kemajuan, terutama di bawah bimbingan Romo Willy Wagener CSsR. Stasi Karitas Nandan berkembang terus dan mengalami peningkatan menjadi Stasi dan akhirnya menjadi Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan di bawah Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ..
Kegiatan peribadatan Misa Kudus, pada pertama kali di Nandan dilaksanakan di salah satu ruangan SMP Karitas Nandan yang sekarang sebagai kantor SMP Karitas. Kemudian pada tahun 1967 dibangun rumah biara Bruder Karitas dengan sebuah kapel yang cukup besar di sebelah utara gedung sekolah Karitas. Perayaan Ekaristi selanjutnya menempati Kapel Bruderan Karitas (menampung kurang lebih 150 orang).
Pada tahun 1968 umat Stasi Nandan jumlahnya menjadi semakin bertambah banyak sehingga kapel Bruderan sudah tidak mampu menampung lagi . Perayaan Misa pada hari-hari besar Natal dan Paskah diselenggarakan di aula SD/SMP Karitas Nandan.
Timbul gagasan untuk membangun Gedung Gereja  yang baru. Di bawah bimbingan Romo Willy Wagener CSsR dan atas bantuan Bruder Karitas serta Suster ADM Kotabaru Yogyakarta, umat Katolik Stasi Nandan berhasil menghimpun dana dari berbagai sumber untuk pengadaan tanah dan membangun gedung gereja yang cukup megah seperti sekarang ada.
BAB II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UMAT KATOLIK PAROKI ADMINISTRATIF SANTO ALFONSUS NANDAN YOGYAKARTA
  1. Umat Katolik awal di Nandan
Sekitar tahun 1960 umat katolik yang ada di teritori yang sekarang menjadi wilayah Paroki Nandan  tersebar di beberapa dusun yang jumlahnya masih sangat sedikit. Mereka adalah umat Katolik yang menjadi ‘benik-benih’ awal umat Paroki Nandan, ada yang sudah dibaptis pada tahun 1942.
Catatan: Wilayah yang sekarang menjadi Paroki Nandan meski tak jelas batas garisnya, umat yang sudah ada itu ternyata di baptis di Paroki Kotabaru, ada yang dibaptis di Paroki Kemetiran, ada yang dibaptis di paroki Mlati.
Di Sebelah Barat.
Di dusun Jetis, Sinduadi, Mlati, Sleman.
Di dusun ini tinggal 2 (dua) keluarga yaitu  : Keluarga Mardiyo Wiyatno dengan 6 orang anak dan keluarga Tukimin dengan adik-adiknya berjumlah 4 orang. Di samping itu ada 4 (empat) orang pemuda: T. Parmin Sukardi, Y. Sugiman, Ag Muhadi dan Ponidi.
Di dusun Gedongan
Ada satu keluarga yaitu : Keluarga Atmopawiro dengan 3 orang anak.
Di dusun Kutu Asem
Ada 1 (satu) keluarga yaitu : Keluarga Ibu Wiryosudarmo dengan 5 orang anak.
Di Sebelah Selatan.
Ada empat dusun : Mesan, Kutu Dukuh, Ngemplak dan Karangjati.
Di Dusun Mesan ada satu keluarga Katolik yaitu : Keluarga Jumali  Dwijmartosiswo yo dengan 4 orang anak.
Di Dusun Kutu Dukuh : Keluarga Irorejo dengan 4 orang anak, Keluarga RY. Sunarjo dengan 6 orang anak
Di Dusun Ngemplak : Keluarga Ranu Samsir dengan 3 orang anak dan dua orang pemuda Rob. Subiyanto dan Yos Suyitno
Di Dusun Karangjati : Keluarga Notohadisaputro dengan satu anak
Di Daerah Tengah.
Di Dusun Gemawang tinggal keluarga Bapak Santosa Rio Martonegoro dengan 12 orang anak dan seorang lain lagi bernama Yuniati.
Di Daerah Timur.
Di Dusun Pogung Kidul ada satu keluarga yaitu keluarga Imanrejo dengan 4 orang anak.
  1. Berdirinya Komunitas Bruder Karitas Nandan dan Perkembangan Umat
      Menjelang tahun 1960 banyak pemuda masuk Novisiat Bruder Karitas. Untuk mempersiapkan kader pemimpin Bruder Karitas baik pimpinan terikat maupun pimpinan lembaga dan sekolah, mereka perlu mendapatkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Maka timbul rencana mendirikan sebuah bruderan di dekat kota Yogykarta sebagai biara bagi bruder-bruder Karitas yang belajar. Rencana semula di bagian selatan Yogyakarta.
Rencana tersebut diajukan ke Keuskupan Agung Semarang . Mgr. Soegijapranata SJ, Uskup Agung Semarang menyetujui rencana tersebut dan menganjurkan pula agar Bruder Karitas juga membuka sekolah, tetapi harus di bagian utara Yogyakarta. Pada tahun 1961 dapat dibeli sebidang tanah kira-kira seluas 4 hektar yang terletak di perbatasan dusun Nandan dan Gemawang. Bruderan Karitas didirikan di tanah yang termasuk dusun Nandan.  Pimpinan perintisan para Bruder Karitas Nandan adalah Bruder Gabinus FC dibantu seorang Guru muda bernama Suratman yang kemudian menjadi Bruder Karitas yaitu Bruder Ignatius Suratman FC, untuk urusan sekolah. Pada tahun 1962 dimulai persiapan administrasi pendirian SD Karitas di Nandan. Setelah administrasi perijinan pendirian SD selesai, didatangkan 2 (dua) orang guru untuk mengajar SD. Pada tanggal 1 September 1963 operasional sekolah dimulai  dengan menggunakan rumah penduduk Gemawang di rumah keluarga Pawiro Suwignyo yang terletak di sebelah timur SD Karitas sekarang karena belum memiliki gedung sekolah sendiri.
Ada 10 orang Bruder Karitas yang pertama datang di Nandan antara lain Bruder Gabinus FC, Bruder Joachim FC, Bruder Ignatius Suratman FC dll. Pada awal tahun 1963 sudah dimulai membangun gedung sekolah lengkap dengan aulanya. Gedung sekolah bagian timur digunakan untuk SD,  bagian barat untuk tempat tinggal sementara para Bruder. Jumlah murid di gedung yang baru ada 30 orang dibagi menjadi 3 (tiga),  kelas I, II, dan III. Untuk menjaring jumlah murid lebih banyak uantuk SD Karitas, pada tahun 1966 dibuka TK Karitas. Sebagai guru sekaligus Kepala Sekolah adalah Ibu Tumini. Selain itu Bruder Ignatius Suratman FC sebagai bruder yunior (belum berkaul kekal), giat mencari murid dengan berjalan-jalan ke desa-desa sekitar dengan membawa bola  untuk mengadakan pendekatan pada anak-anak. Anak-anak diajak main bola, Dengan demikian terjadi pendekatan yang baik dengan anak-anak dan masyarakat, sehingga semakin banyak anak-anak yang mau bersekolah di sekolah Karitas. Di samping itu Bruder-Bruder secara periodik memutar film di aula sekolah Karitas. Film dipinjam dari konsulat-konsulat yang ada di Yogyakarta. Anak-anak dan masyarakat sekitar diundang untuk menonton.
Pada tahun 1963 demi kepentingan masyarakat Nandan dan sekitarnya,Bruser Karitas Nandan membangun sebuah jembatan di atas kali Buntung yang menghubungkan dusun Nandan dan Mranggen yang terpisahkan oleh jurang yang cukup dalam. Jembatan itu menjadi jalan penghubung yang mempermudah, mempersingkat dan memperlancar lalu lintas banyak orang dan juga anak-anak sekolah yang tinggal di kedua sisi kali Buntung.
Bruderan Karitas maju terus dan semakin mendapatkan apresiasi dan simpati dari masyarakat. Jumlah murid menjadi semakin banyak. Bahkan para pemuka masyarakat mendukung untuk membuka SMP yang dimulai tahun 1968. Mula-mula jumlah muridnya hanya 13 orang, tetapi empat tahun kemudian anak yang mendaftar sudah sedemikian banyak sehingga dapat dimulai dengan kelas pararel.
Pada tahun 1967 Bruder Gabinus menderita sakit, sehingga harus pulang ke Eropa untuk berobat. Bruder Gabinus digantikan oleh Bruder Alfonso Wiryotaruno FC . Bruder Alfonso sangat dekat dengan masyarakat. Beliau selalu menyapa setiap orang yang dijumpai dengan ramah dan lemah lembut. Bruder berhasil merebut hati masyarakat Nandan dan sekitarnya. Bruder Alfonso sangat berjasa dalam pengembangan paguyuban umat khususnya dalam Katekumenat . Itulah sebabnya namanya diabadikan sebagai Pelindung Paroki di samping untuk mengenang jasa para Romo dan Frater Redemptoris (CSsR).
Karena sikap dan teladan para Bruder Karitas Nandan banyak orang tertarik dan berniat menjadi Katolik. Mereka mendatangi Bruderan untuk minta pelajaran agama Katolik. Kegiatan Bruder tidak hanya terbatas pada pendidikan anak-anak di sekolah saja. Mereka memberi kontribusi atau sumbangan di beberapa bidang lain pula, misalnya menyiapkan katekumen untuk menerima sakramen baptis, mengajar agama di desa-desa sekitar Nandan, mengembangkan kelompok-kelompok koor , kepramukaan, penyuluhan gizi untuk ibu-ibu dll. Di samping para Bruder ada pula beberapa katekis / guru agama yang mengajar agama para calon baptis, antara lain Bp. Kismo Kinaryo pegawai Bruderan Karitas, Bp Y. Tukijo, Bp Alfonso Amir guru SD Karitas. Baptisan pertama oleh Romo Wiryomartoyo, Pr  pada tanggal 25 Desember 1965 terdiri 8 (delapan) orangyaitu : Sri Wardani, Amani, Hernupadmi, Surinem, Slamet, Ngatiyem, Jumilah dan Kasih (semuanya perempuan). Sejak saat itu jumlah umat katolik semakin bertambah.
————————-
Kring Karitas Nandan mulai tahun 1969

  1. Pembentukan Kring Karitas Nandan
      Keberadaan Bruderan Karitas dan sekolah-sekolah SD, SMP Karitas Nandan sangat berpengaruh pada pertambahan umat Katolik Nandan. Jumlah umat Katolik semakin banyak. Karena jumlah umat Katolik semakin banyak maka membutuhkan pelayanan pastoral yang lebih meningkat. Untuk memudahkan pembinaan dan penggembalaan umat, maka pada tahun 1969 dibentuklah sebuah Kring dengan nama Kring Karitas Nandan. Kring Karitas Nandan di bawah naungan Paroki Santo Aloysius Mlati dengan Pastor Paroki Romo Wignyomartoyo, Pr dan kemudian digantikan Romo Wignyosupadmo, SJ.
Pada awalnya kegiatan peribadatan Perayaan Ekaristi oleh para Bruder Karitas diadakan pada sebuah kapel sementara yang dibuat di salah satu ruangan yang sekarang untuk kantor SMP Karitas . Para Bruder tinggal di ruang-ruang yang sekarang untuk SMP Karitas. Dari waktu ke waktu ada umat yang ikut perayaan Ekaristi bersama para Bruder.
Pada tahun 1967 didirikan rumah biara di sebelah utara gedung sekolah dilengkapi dengan sebuah kapel yang cukup besar. Atas ijin Bruder umat Kring Karitas Nandan dapat mengikuti Perayaan Ekaristi di Kapel yang baru bersama para Bruder. Romo Paroki, Romo Al Wignyomartoyo memimpin Perayaan Ekaristi di Kapel Bruderan hanya tiap Minggu kedua tiap bulan. Perayaan Ekaristi pada hari-hari Minggu yang lain Pengurus Kring memohon bantuan dari Kolege Santo Ignatius Kotabaru dan Seminari Tinggi St Paulus Kentungan.
  1. Kehadiran Romo YB Mangunwijaya, Pr
Dengan semakin berkembangnya umat Kring Karitas Nandan pada tahun 1968 penggembalaan umat Kring Karitas Nandan diserahkan kepada Romo YB Mangunwijaya, Pr oleh Romo Paroki Mlati, Romo Al. Wignyamartaya, Pr . Romo YB Mangunwijaya, Pr ditetapkan sebagai Pastor Kring Karitas Nandan. Perayaan Ekasristi diselenggarakan setiap hari Minggu dengan tetap menumpang di Kapel Bruderan Karitas.
Di bawah bimbingan Romo YB. Mangunwijaya, Pr (1968 – 1976), Kring Karitas Nandan banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Perubahan yang paling penting adalah pengurangan keterlibatan Bruder Karitas, dengan tujuan mendewasakan umat agar mandiri. Tokoh umat awam periode Kring Karitas Nandan yang membantu Rm. Mangun sebagai Ketua Kring Karitas nandan adalah Bpk. T. Parmin Sukardi, Bpk Sugiran, Bpk Dwijasumarta.  Guru agama calon baptis yang semula oleh para Bruder dilakukan oleh guru agama dari umat. Guru-guru agama pada permulaan adalah Bapak E Krisdiharjo, Bapak FA. Susanto, Bapak Untung Sunaryo,  Bapak Y. Ponijo , Ibu N. Lukito, Bapak YB. Poniran, Ibu YM. Sumitri, Bapak YS Sugito . Setiap bulan sekali guru-guru agama diberi pembekalan oleh Romo YB. Mangunwijaya, Pr . Demikian pula pelayanan peribadatan yang semula setiap sembahyangan selalu dipimpin oleh Bruder, harus dipimpin oleh umat.
Dari pengalaman Rm. JB. Mangunwijaya Pr berpastoral di Nandan dan pengalaman pastoral kategorial sesudahnya (karena setelah tugas di Nandan, Rm. Mangun tak pernah bertugas di paroki lagi), dan beliau mengembangkan gagasan GEREJA DIASPORA, untuk mengenal gagasan tsb baik dipelajari dengan klik DI SINI
Karena jumlah umat Kring Karitas Nandan semakin bertambah banyak, maka untuk memudahkan pengurusan dan pelayanan yang lebih baik, Kring Karitas dibagi menjadi 5 (lima) blok yang sekarang disebut wilayah. Lima blok tersebut adalah :
Blok Barat
Meliputi dusun : Jetis, Gedongan, Patran, Kutu Raden, Kutu Tegal
Blok Tengah
Meliputi dusun : Gemawang, Nandan, dan Mranggen
Blok Timur
Meliputi dusun : Pogung Dalangan, Pogung Lor, Pogung Kidul, Pogung Rejo
Blok Utara
Meliputi dusun : Tegalwaras, Tegalsari, Jongkang, Panggungsari, Nglempongsari.
Blos Selatan
Meliputi dusun : Karangjati, Ngemplak, Karanganyar, Mesan, Kutu Dukuh, Kutu Wates, Rogoyudan, Kragilan. Setiap blok memiliki susunan pengurus yang sama dengan susunan pengurus Kring.
Blok-blok menjadi kelompok basis yang menjadi kekuatan bagi perkembangan umat Kring Karitas Nandan
Umat dibagi dalam blok,  itu untuk menumbuhkan KELOMPOK BASIS GEREJA di mana umat saling meneguhkan, saling menolong dalam mendalami iman katolik, bersama-sama beribadat dan mendalami iman Katoliki, dan memberi kesaksian bersama kepada masyarakat dusun dengan paguyuban yang baik, dll
Kelompok Ibu-ibu
Perubahan juga terjadi pada paguyuban ibu-ibu. Semula nama WK (Wanita Katolik)
yang merupakan bagian dari Partai Katolik Indonesia diubah menjadi RWK (Rukun Wanita Katolik) yang tidak terikat pada partai. Dengan demikian setiap ibu Katolik dapat menjadi anggota RWK. Kegiatannya mengadakan pertemuan rutin tiap bulan,  mengadakan simpanan cinta kasih dan bunganya setiap tahun diserahkan untuk gereja, pesta peringantan Hari Raya Natal dan Paskah.
Kelompok Bapak-bapak
Deibentuk pula kelompok bapak-bapak. Untuk meningkatkan iman dan wawasan bapak-bapak setiap bulan sekali diadakan sarasehan dengan berbagai macam topik. Pembicaranya Romo, Bruder atau awam dari tempat lain. Sarasehan dengan mengambil tempat secara bergilir dari blok ke blok.
Kelompok bapak-bapak juga mengadakan kegiatan pewartaan dengan mengadakan pentas ketoprak dengan pemain campuran dari umat lain selain Katolik dalam rangka Natalan .
Kelompok Anak-anak
Untuk memperhatikan anak-anak dibentuklah kelompok anak-anak yang diberi nama PUTAKA (Putra Cinta Kasih) . Kegiatan PUTAKA adalah pendalaman iman di setiap blok, rekoleksi, wisata rohani, camping rohani ke Paroki lain . Beberapa Mudika menjadi pendamping anak-anak .
Kelompok Putra Altar
Pada masa Romo Mangunwijaya Pr kelompok misdinar terdiri dari anak-anak laki-laki dan ibu-ibu.
Kegiatan Peribadatan
Perayaan Ekaristi diadakan tiap hari Minggu di Kapel Bruderan Nandan. Untuk melatih memimpin ibadat sabda, kadang-kadang Romo Mangun menyerahkan kepada awam untuk memimpin ibadat dari awal sampai homili (yang menurut TPE baru tidak boleh).
Pada hari raya Natal dan Paskah, Perayaan Ekaristi diadakan di aula SD dan SMP Karitas, karena Kapel Bruderan sudah tidak mampu menampung umat yang jumlahnya semakin banyak.
  1. Masa Vakum Pastor
      Pada tahun 1976 pemerintah dalam hal ini Pangkopkamtib Sudomo meminta kepada gereja agar Romo Mangun membina tapol di pulau Buru. Dengan kepergian Romo Mangun ke pulau Buru, Kring Karitas mengalami kekosongan Romo. Untuk misa hari Minggu Pengurus Kring harus mencari bantuan Romo dari kevikepan DIY, Seminari Tinggi Kentungan, Kolsani Kotabaru atau mengadakan ibadat sabda. Pada waktu Romo Mangun meninggalkan Nandan, jumlah umat Katolik diperkirakan berjumlah 200 jiwa dan pastoral diserahkan kepada Pastor Paroki Mlati – Rm. Wignjosupadma SJ.  Karena Pastor Paroki Mlati kekurangan tenaga imam, sehingga untuk Kring Karitas Nandan tidak bisa tiap minggu dilayani dari Paroki Mlati..
Untunglah keadaan seperti itu tidak berlangsung lama, karena ada Romo-Romo dari tarekat-tarekat lain yang tugas belajar di berbagai Perguruan Tinggi di Yogyakarta tinggal di  Bruderan Karitas Nandan. Romo-romo yang pernah tinggal di Bruderan Karitas Nandan berasal dari tarekat SVD (Ende-Flores), tarekat OMI, OCSO, MSC dan Romo-Romo Praja dari Nusa Tenggara Timur. Para Romo ini turut berjasa dalam pemeliharaan rohani umat Kring Karitas Nandan. Mereka memimpin Perayaan Ekaristi tiap hari Minggu dan memberikan pelayanan pastorial lainnya. Romo-Romo tersebut antara lain adalah Romo Hendrik Molan SVD, Romo Bernardus Kota SVD, Romo Martin SVD, Romo Loren Da Costa SVD. Namun mereka tidak dapat diharapkan sepenuhnya, karena kesibukan lain yang yang berkaitan dengan tugas belajar. Sesudah selesai tugas belajarnya mereka pulang lagi ke tempat asalnya. Pernah terjadi pada hari raya Natal, Pengurus Kring kesulitan mencari Romo untuk Misa malam Natal karena Romo yang tinggal di Bruderan sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata di daerah Parangtritis. Pengalaman seperti ini memberi pelajaran kepada umat betapa pentingnya keberadaan Romo di tengah mereka.
  1. Komunitas CSsR
      Keadaan yang sulit itu kemudian teratasi dengan kehadiran komunitas CSsR di Nandan pada bulan Januari 1977. Romo komunitas CSsR dari Sumba datang di Nandan yang untuk sementara menumpang tinggal di Bruderan Karitas Nandan sebelum wisma CSsR selesai dibangun selama 1 (satu) tahun. Sesudah selesai membangun Wisma Sang Penebus pada 14 April 1978 komunitas CSsR mulai menempati biara baru , Wisma Sang Penebus sebagai tempat tinggal para calon imam CSsR dari Vice-propinsi Weetabula Sumba yang kuliah di Institut Filsafat Teologi (IFT) Kentungan yang sekarang disebut Fakultas Teologi Kepausan Wedhabakti  (FTW) Yogyakarta. Perintisan pembangunan rumah biara Wisma Sang Penebus dimulai oleh Pater Bernard Zyzyk CSsR yang kemudian digantikan oleh Pater Hans Kleideter, CSsR dengan membeli sebagian tanah milik Bruder Karitas.
Para Romo CSsR tidak hanya mengurus kepentingan Wisma Sang Penebus dan para Frater saja, tetapi juga mencurahkan perhatian secara penuh untuk memberikan pembinaan dan pelayanan pastoral kepada umat Katolik Kring Karitas Nandan Para Romo dari CSsR itulah yang kemudian memimpin Perayaan Ekaristi setiap hari Sabtu dan Minggu untuk umat Kring Karitas Nandan. Perayaan Ekaristi tetap diselenggarakan di kapel Bruderan Karitas. Romo dan para Frater CSsR terlibat langsung dalam pelayanan pastoral dan pembinaan umat. Mereka turun ke blok-blok . Di bawah bimbingan para Romo CSsR dan para Frater umat Katolik Kring Karitas Nandan semakin maju dan berkembang baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Pada masa sebelumnya nasib umat Kring Karitas Nandan kurang menentu.
Mengalami puncak perkembangnnya pada saat berada di bawah bimbingan Romo Willy Wagener CSsR. Romo Willy Wagener CSsR menjabat sebagai Rektor Wisma Sang Penebus sekaligus sebagai Romo Stasi Santo Alfonsus Nandan dari tahun 1978-1993. Di bawah bimbingan Romo Willy Wagener CSsR dan keterlibatan para Frater dalam pelayanan pastoral dan berbagai kegiatan, kehidupan umat semakin tertata dengan baik. Kemampuan para guru agama dan pemimpin ibadat ditingkatkan dengan cara diberi pembekalan secara periodik antara lain oleh Suster Carolin ADM dari Susteran Darah Mulia Jetis.
Kegiatan yang menonjol pada saat itu adalah munculnya kelompok Kitab Suci (KKS) di setiap blok dan kelompok mudika. Setiap sebulan sekali diadakan pendalaman Kitab Suci dibimbing oleh Frater CSsR dan Bruder Karitas. Untuk membangkitkan minat umat membaca Kitab Suci diadakan lomba membaca Kitab Suci, kuis Kitab Suci, tebak tepat Kitab Suci, lomba membuat renungan dengan memberikan hadiah. Kegiatan Kelompok Kitab Suci (KKS) ini oleh KWI (Kantor Wali Gereja Indonesia) Jakarta dinilai sangat bagus . Maka apa yang dilakukan umat Kring Karitas Nandan dijadikan sebagai Pilot Proyek Pencontohan oleh KWI sebagai cara untuk mendalami dan memahami Kitab Suci , Sesudah itu oleh KWI ditetapkan setiap tahun dalam bulan September sebagai Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN).
Romo Willy Wagener CSsR juga sangat memperhatikan pendidikan anak sekolah. Umat diajak untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak SD, SMP, SMA/SMK dan bahkan Mahasiswa untuk mnyelesaikan skripsi, terutama bagi keluarga yang kurang mampu. Sumber dana berasal dari umat dengan setiap keluarga Katolik menyerahkan amplop persembahan setiap bulan dan sumbangan dari Panitia Urusan Mahasiswa Sumba (PANURMA) Vice-propinsi CSsR Weetabula. Dibangun pula sebuah gedung perpustakaan yang menyediakan buku-buku bacaan rohani, buku cerita dan buku-buku pelajaran sekolah. Untuk meningkatkan minat membaca pada anak-anak dilakukan dengan cara memberikan hadiah kepada pembaca yang paling banyak meminjam dan membaca buku.
Kegiatan mudika semakin maju. Berbagai macam kegiatan mereka diprogramkan, antara lain: pendalaman iman, rekoleksi sebulan sekali, retret, latihan koor, kunjungan persahabatan mudika ke Paroki lain, bhakti sosial dengan mendampingi dan membina anak jalanan. Kegiatan mereka didampingi Romo CSsR, Frater CSsR, dan Frater Seminari Tinggi Kentungan.
Pada tahun 1985 Putra Altar Nandan memprakarsai kemah rohani putra altar se DIY di bawah bimbingan Frater Seluiruing Pr dan Frater Andreas Suhono CSsR . Kemudian setiap tahun diadakan kegiatan kemah rohani dan dijadikan kegiatan kevikepan.
  1. Pembentukan Stasi  Nandan
      Berkat bimbingan Romo Willy Wagener CSsR yang memiliki sifat kebapaan dan sangat dekat dengan umat, perkembangan umat Kring Karitas Nandan mengalami peningkatan pesat. Jumlah umat bertambah semakin banyak. Atas kesepakatan antara Romo Paroki Santo Aloysius Mlati Romo Suyadi, Pr dengan Romo Cokroatmojo, Pr Pastor Paroki Jetis, Kring Karitas Nandan diserahkan ke Paroki Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Sejak itu Kring Karitas Nandan secara resmi menjadi bagian wilayah Paroki Jetis.
Pada bulan Januari 1980 Romo Paroki Jetis, Romo Cokroatmojo Pr menerima surat dari Keuskupan Agung Semarang Mgr Yustinus Kardinal Darmoyuwono yang menetapkan bahwa Kring Karitas Nandan ditingkatkan manjadi Stasi di bawah Paroki Jetis. Dan secara tertulis Romo Willy Wagener CSsR mendapat mandat sebagai Pastor Pembantu untuk Stasi Nandan. Membantu Rm Willy sewaktu masih sebagai Kring Karitas Nandan adalah Bpk. Poniran.
—————————
Menjadi Stasi Nandan mulai tahun 1980
—————————-
Kemudian dibentuklah Pengurus Stasi (mulai tahun 1980) yang baru melalui pemilihan langsung.oleh umat stasi dan Bapak Y. Ponidjo terpilih sebagai Ketua Stasi yang pertama selama dua periode. Periode berikutnya digantikan oleh Bapak YB. Poniran, Bapak Al Sumardi, Bapak Ign Wintolo, Bapak Paryadi, Bapak Dwijoyuwono, Bapak Edi Setioharjo, dan di masa Nandan berstatus Paroki Administratif (tahun 2000) yang terpilih dari tokoh umat adalah Bapak Purnomo Harto, Bapak Ignatius Seto, dan kemudian  Bapak Wasieno.(waktu peresmian menjadi Paroki penuh 2012).

Karena di tahun 1980 an jumlah umat yang semakin bertambah banyak, kapel Bruderan Karitas Nandan sudah tidak mampu lagi menampung umat pada setiap Misa hari Sabtu dan hari Minggu. Umat meluap sampai di gang depan kapel, bahkan sampai teras di luar kapel. Jumlah umat sudah lebih dari 800 orang. Misa Hari Raya Natal dan Paskah diselenggarakan di aula SD/SMP Karitas.
————————————
Di awali sekitar tahun 1980 an, Stasi Nandan mempunyai perpustakaan dengan meminjam tempat di sebuah rumah milik CSsR. Sekitar tahun 2000 kegiatan perpustakaan ini terhenti.
————————————

Romo Paroki Jetis, Romo Cokroatmojo Pr yang setiap hari  Minggu kedua mempersembahan Misa di Nandan mengetahui bahwa Kapel Bruderan Nandan sudah tidak mampu lagi menampung umat. Maka Romo Paroki mendesak Pengurus Stasi berusaha membangun gedung gereja baru. Pada awalnya Pengurus merencanakan melakukan pembangunan perluasan Kapel Bruderan dengan melebarkan kapel. Tetapi pihak Bruder tidak setuju. Oleh karena itu tidak ada jalan lain kecuali harus membangun gedung gereja yang baru.

BAB III
PEMBANGUNAN GEDUNG GEREJA PAROKI SANTO ALFONSUS NANDAN
  1. Pembentukan Panitia Pembangunan Gedung Gereja
Kebutuhan akan gedung gereja yang baru yang dapat menampung jumlah umat yang semakin banyak dirasakan semakin mendesak. Ide atau gagsan untuk membangun gedung gereja muncul pada tanggal 1 Agustus 1981, karena terdorong oleh satu kenyataan bahwa kegiatan Misa Kudus tiap hari Sabtu sore dan Minggu pagi, umat sudah tidak tertampung lagi di dalam Kapel Bruderan Karitas. Lebih-lebih Misa Kudus pada hari raya Natal dan Paskah. Pada hari-hari raya itu Misa Kudus diselenggarakan di aula SD / SMP Karitas . Pada tanggal 1 Januari 1982 Pengurus Dewan Stasi membentuk panitia pembangunan gedung gereja dengan ketua bapak A. Dwidjojuwono BA (almarhum), seksi pembangunan bapak Ign. Wintolo lengkap dengan , sekretaris , bendahara dan seksi-seksi lain. Penasehat Romo Paroki Jetis , Romo Willy Wagener CSsR dan Bapak Drs FA. Susanto.
Panitia pembangunan gedung gereja mendapat dukungan penuh baik moril maupun pendanaan dari banyak pihak yaitu Mgr Yustinus Kardinal Darmoyuwono, kemudian dilanjutkan  Bapak Uskup Agung Semarang Mgr Darmoatmojo, Mgr Ign. Suharyo ,  Romo Vikep DIY, Romo Paroki Jetis, Romo Willy Wagener CSsR, Bruder Karitas, Suster ADM dan seluruh umat Stasi Nandan. Semuanya memberikan perhatian dan semangat dalam menghadapi berbagai tantangan agar cita-cita dan harapan umat dapat terlaksana. Peran Romo Willy Wagener dalam hal ini sangat dirasakan dan sangat menentukan.
Umat Nandan juga mengadakan kegiatan olah-raga, seperti senam untuk ibu-ibu. Untuk OMK antara lain sepakbola, bulutangkis, dsb
  1. Pembentukan Yayasan Papa Miskin
Berhubung segala sesuatu yang berkaitan dengan kepemilikan harta benda dan urusan lain, harus dikelola oleh suatu Yayasan, maka pada bulan yang sama dibentuk pula Yayasan Papa Miskin Santo Alfonsus oleh Keuskupan Agung Semarang. Yayasan itu dengan Akte Notaris  tanggal 4 Oktober 1982 di Semarang. Nama Yayasan dipilih Santo Alfonsus diambil dari nama Bruder Alfonso dan Santo Alfonsus de Ligouri Pendiri  dan Pelindung Konggregasi Redemptoris sebagai penghargaan atas jasa Bruder Alfonso dan Bruder Karitas serta para Romo dan Frater CSsR dalam membina dan mengembangkan umat Stasi Nandan. Santo Alfonsus juga ditetapkan menjadi Santo Pelindung Stasi Nandan.
—————————————————–
MULAI DENGAN NAMA ST. ALFONSUS
Bersamaan dengan dibentuknya Yayasan Papa Miskin di stasi Nandan, yayasan itu diberi nama St. Alfonsus – pada tahun 1982
——————————————
  1. Tugas Panitia Pembangunan
      Dapat dikatakan bahwa Panitia Pembangunan gedung gereja mulai melaksanakan tugasnya dengan modal yang sangat minim. Pengurus Dewan Stasi pada saat itu memiliki uang kas Rp 800.000 (delapan ratus ribu). Modal utama adalah semangat Panitia Pembangunan, kebersamaan umat, peran dan dukungan penuh dari Romo Willy Wagener CSsR.
Tugas dan usaha panitia pembangunan untuk mewujudkan cita-cita membangun gedung gereja yang baru pada awalnya adalah :
Pengadaan tanah dan mencari dana
Merencanakan pembangunan
Mengurus perijinan

3.1 Pengadaan Tanah
Pengadaan Tanah Tahap I
Tanggal 29 April 1982 atas bantuan Suster Komunitas Darah Mulia Jl. Abubakar Ali 12 Yogyakarta lewat Suster Theresia ADM, Panitia Pembangunan dapat membeli tanah milik suster yang terletak di sebelah Barat rumah Bapak A. Amir seluas 2.330 m2. Pada saat itu harga pasaran tanah Rp 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) per meter persegi. Panitia pembangunan hanya diminta membayar Rp 5000,- (lima ribu rupiah) per m2. Harga seluruhnya Rp 11.650.000,-. Panitia Pembangunan baru dapat membayar Rp 5.000.000. Kekurangannya dilunasi oleh Keuskupan Agung Semarang pada tanggal 9 Januari 1984
Pembelian Tanah Tahap II
Pada tanggal 9 Maret 1984 Panitia Pembangunan membeli tambahan sebagian tanah milik suster ADM pada lokasi yang sama seluas 2128 m2 dengan harga tetap Rp 5000,- per m2 . Harga seluruhnya Rp 10.640.000,-. Harga pembelian tanah ini dibayar dari sumbangan donatur khusus yang diperoleh lewat Romo Willy Wagener CSsR . Luas tanah yang telah dibeli tahap I dan tahap II seluas 4.458 m2.
Gerakan Umat Stasi Nandan (tahun 1983 – 1984) dalam usaha pembelian tanah awal. Panitia membuat “Kartu Tanah Suci” – Rp 5.000 per lembar, sebuah kartu untuk membeli 1 meter persegi tanah. Umat yang membeli kartu tsb. berarti menyumbang dan ikut membeli tanah seluas 1 meter persegi.
Begitu pula pada waktu pembuatan bangku-bangku (tahun 1990 an)  dengan gerakan Kartu bangku gereja.
————————————————
Pembelian Tanah Tahap III
Suster ADM memberi sumbangan dana kepada Panitia Pembangunan sebesar Rp 35.500.000,- (tiga puluh lima juta lima ratus ribu rupiah). Sumbangan itu dipergunakan untuk membeli tanah sisa milik suster ADM, sehingga pada tanggal 21 Maret 1988 usaha pengadaan tanah untuk gedung gereja mencapai luas 7.211 m2.

—————————————————–
Tahun 1988, ditandai dengan gerakan TABUNGAN CINTAKASIH Rukun Wanita Katolik (RWK) Stasi Nandan. Ibu-ibu menabung bersama-sama dan bunganya untuk dana pembangunan gereja – semangatnya menyumbang sebatang paku atau sebuah genteng.
Tahun 1988 juga dimulai KOPERASI SEHATI yang dimulai oleh tokoh-tokoh umat stasi Nandan. Koperasi SEHATI beranggotakan umat Stasi Nandan dan masyarakat umum yang mau menjadi anggotanya.
————————————————–
Tukar Guling Dengan Tanah Milik Bruder Karitas
Tanah milik Suster yang telah dibeli Panitia Pembangunan gedung gereja adalah yang sekarang digunakan lapangan olahraga murid-murid SD/SMP Karitas. Oleh karena tidak mendapat ijin untuk membangun gedung gereja di lokasi itu, maka tanah tersebut ditukar dengan tanah milik Bruder Karitas di lokasi di mana gedung gereja Santo Alfonsus sekarang berada. Tanah seluas 7.511 m2 ditukar tanah seluas 9.804 m2. Kelebihan tanah seluas kurang lebih 2.500 m2 oleh Bruder Karitas disumbangkan kepada Panitia Pembangunan gedung gereja.
Pada tanggal 25 Februari 1990 Romo Willy Wagener CSsR membeli dua bidang tanah dari penduduk Gemawang yaitu tanah milik Ny. Sastro Perwito seluas 692 m2 dan tanah milik Bapak Waluyo seluas 672 m2 dengan harga Rp 20.000,- per m2 .. harga seluruhnya Rp. 27.280.000. Tanah tersebut terletak di sebelah timur gereja. Kemudian tanah ini ditukar dengan tanah lapangan yang ada sekarang dan tanah di sebelah utara tempat parkir yang adalah bagian tanah milik gereja menjadi bagian milik CSsR. dengan luas kurang lebih sama
3.2 Pengumpulan Dana
      Sumber-sumber dana yang diperoleh Panitia Pembangunan adalah :
Dari umat Stasi Santo Alfonsus :
Sumbangan sukarela dari Blok-blok
Kolekte pembangunan
Penjualan kartu kuning dengan slogan Aksi Tanah Suci @ Rp 5000,- per kartu senilai harga tanah Rp 5000,- per m2
Berbagai aksi pengumpulan dana melalui kegiatan
Bantuan dari Keuskupan Agung Semarang Rp 6.650.000,- untuk menutup kekurangan pembelian tanah milik Suster.
Sumbangan Suster ADM Rp 35.500.000,-
Sumbangan Bruder Karitas
Sumbangan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman
Sumbangan dari Direktorat Jenderal Dinas Katolik Dep. Agama RI Rp 2.000.000,-
Bantuan Presiden RI Rp 7.000.000,-
Dari Romo Willy Wagener
Donatur Jerman 20.000 DM
Sumbangan dari Paroki Redemptoris Santo Alfonsus Leoben Austria 2.000 DM untuk sumbangan membangun Patung Santo Alfonsus yang berada di depan gereja.
Selanjutnya setiap bulan umat Paroki Santo Alfonsus Jerman mengirim sumbangan pembangunan gereja lewat Romo Willy Wagener CSsR
Sumbangan dari umat Paroki Jetis
Sumbangan para donatur dari lingkungan Stasi Nandan dan dari luar Stasi Nandan.
3.3 Merencanakan Pembangunan Gedung Gereja
Perencanaan pembangunan gedung gereja dilaksanakan oleh mahasiswa Katolik yang tinggal di Stasi Nandan dan dikonsultasikan dengan Romo YB Mangunwijaya Pr sebagai arsitek  dan juga sebagai Romo Stasi Nandan yang pertama. Mengenai konstruksi bangunan dikonsultasikan dengan Bp Ir Suhendrojati. Luas bangunan 700 m2 dengan biaya Rp 200.000.000,-.
3.4 Mengurus Perijinan
      Pada bulan Desember 1986 Panitia sudah mulai bergerak mengurus perijinan membangun rumah ibadat mulai dari instansi paling bawah yaitu Kepala Dukuh Nandan, KKLKMD Nandan, KUA Kecamatan Ngaglik, Kantor Departmen Agama Kabupaten Sleman, dan terakhir Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sleman.
Semula gedung gereja direncanakan akan dibangun di atas tanah yang dibeli dari Suster ADM . Pada awalnya semua pihak sudah setuju, tetapi kemudian takmir Masjid Al-Ikhwan Nandan menyatakan keberatan dengan mengajukan surat keberatan tertanggal 8 Januari 1987 No.01/Tm/I/1987 dengan alasan terlalu dekat dengan lokasi masjid.
Demi menjaga kerukunan hidup beragama, Panitia Pembangunan mencari lokasi tanah yang lebih ideal. Timbul gagsan untuk mengadakan tukar  guling tanah milik Stasi Nandan dengan tanah milik Bruder Karitas. Romo Willy Wagener CSsR mengajukan permohonan kepada Bruder Provinsial di Purworejo untuk mengadakan tukar guling tanah milik Stasi Nandan yang diperoleh dari Suster ADM dengan tanah milik Bruder Karitas di mana sekarang gereja berada.
Romo Mangunwijaya,Pr yang pernah menggembalakan umat Stasi Nandan sebagai Pastor Kring Karitas Nandan memahami betul kondisi dan keprihatinan umat Stasi Nandan. Maka Romo YB Mangunwijaya, Pr tergerak hatinya untuk membantu mengadakan pendekatan dengan Provinsial Bruder Karitas agar dapat mengabulkan permohonan umat Stasi Nandan. Berdasar musyawarah bersama yang didukung Romo YB Mangunwijaya Pr, Romo Willy Wagener CSsR, Romo Paroki  Jetis dan Romo Vikep DIY, Provinsial Bruder Karitas menyetujui dan mengabulkan permohonan tukar guling tanah. Bahkan tanah milik umat Stasi Nandan yang luasnya 7511 m2 ditukar tanah milik Bruder Karitas yang luasnya 9804 m2. Kurang lebih 2500 m2disumbangkan oleh Kongregasi Bruder Karitas kepada Panitia Pembangunan. Dengan demikian kesulitan Panitia Pembangunan gedung geraja teratasi berkat bantuan dan kebaikan Bruder Karitas. Setelah Bruder Karitas  menyetujui gedung gereja dibangun diatas lokasi yang baru itu, Panitia Pembangunan dengan surat tertanggal 21 Maret 1988 mengajukan pembaruan permohonan ijin pembangunan kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sleman, karena lokasi yang semula di dusun Nandan, pindah dusun Gemawang. Permohonan ijin itu disetujui Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sleman dengan  surat tertanggal 9 maret 1988 No 69 Th. 1988 . Berdasarkan surat ijin itu pembangunan gedung geraja dapat mulai dilaksanakan.
  1. Pelaksanaan Pembangunan Gedung Gereja 
4.1 Persiapan Pelaksanaan Pembangunan
Untuk persiapan pelaksanaan pembangunan gereja, umat Stasi Nandan bersama-sama kerja bakti membersihkan calon lokasi gedung gereja dan dilanjutkan dengan pemagaran lokasi gedung gereja.
4.2 Peletakan Batu Pertama
Pada tanggal 31 Juli 1988 menjelang pesta nama Santo Alfonsus de Ligouri (1 Agustus ) dilaksanakan Peletakan Batu Pertama oleh Wakil Bupati atas nama Bupati Kepala daerah Tingkat II Sleman.
4.3 Pembangunan Tahap Pertama
Pembangunan tahap pertama dilaksanakan mulai bulan Juli 1988 – 31 Desember 1989. Pada saat itu umat dengan dukungan berbagai pihak berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 85.000.000,- Dengan biaya itu dapat diselesaikan pembangunan tahap pertama yang meliputi fondasi, tiang, dinding dan atap. Pada hari Raya Natal 1988 Gereja sudah dapat digunakan Perayaan Misa Natal yang pertama kalinya, meskipun lantai belum dipasang tegel (masih tanah), belum ada jendela, tembok belum diplester, tetapi umat tidak kehujanan.
4.4 Pembangunan Tahap Kedua
Pembangunan tahap kedua berlangsung antara bulan Januari 1989 – Agustus 1991. Dalam tahap kedua ini dapat diselesaikan pemasangan tegel lantai, dinding, jendela, pintu, kaca, cat, listrik, air, bangku, jalan masuk ke Gereja dan tempat parkir. Pembangunan tahap kedua menghabiskan biaya kurang lebih Rp 40.000.000,-
4.5 Pembangunan tahap Ketiga
Dilaksanakan bulan Maret 1992 – Maret 1994. Pembangunan tahap ketiga meliputi : membuat lisplang, penyelesaian pemasangan kaca, plafon, gedung utama, kamar mandi dan WC, penataan Panti Imam, menutup lubang yang ada di atas tiang dengan gambar, menyempurnakan pengecatan, penataan halaman dan tanaman, penataan tata lampu, pembuatan patung Santo Alfonsus. Pembangunan tahap ini menghabiskan biaya sebanyak Rp 50.000.000,-
Sebuah monumen kecil diserahkan kepada Bruder Karitas dalam sebuah upacara Umat Stasi Nandan pindah tempat merayakan Ekaristi dari Kapel Bruderan Karitas ke Gedung Gereja – th. 1990.
Umat berkumpul di halaman depan Bruderan Karitas, setelah sambutan dan menyerahkan monumen tsb, umat berprosesi menuju ke Gedung Gereja untuk merayakan Ekaristi di tempat yang baru. Peristiwa yang mengharukan dan mengesankan.
—————————————————————————-
Catatan: ditetapkan St. Alfonsus de Liguori sebagai Pelindung, karena Br. Alfons Wiryotaruno FC berpelindungkan St. Alfonsus dan  pendiri CSsR adalah St. Alfonsus. Untuk mengenangkan semua itu ditetapkan nama Pelindung adalah St. Alfonsus.
——————————————————————————
Bersamaan dengan pembangunan gedung gereja, Tuhan berkenan membangun fondasi-fondasi GEREJA-Nya terus-menerus. Banyaknya panggilan hidup bakti menjadi imam-bruder-suster dari umat setempat adalah salah satu bagian integral dari Pembangunan Gereja secara lengkap-menyeluruh. Sebelum peresmian dan pemberkatan gedung Gereja pada tahun 1996, ada 2 orang muda Stasi Nandan pada tahun 1995 ditahbiskan menjadi imam diosesan KAS, yaitu: Rm. Pius Riana Prapdi Pr dan Rm. Yohanes Iswahyudi Pr (keduanya tamatan SD Karitas Nandan dan keduanya buah sulung tahbisan imam stasi Nandan).  Dan di tahun-tahun kemudian menyusul beberapa orang muda katolik stasi Nandan lain yang ditahbiskan menjadi imam, yaitu Rm. Paulus Dwiya Minarta CSsR (juga lulusan SD Karitas Nandan, adik dari Rm. Pius Riana Prapdi Pr), kemudian dua orang bersaudara lulusan SMP Karitas Nandan, yaitu Rm. Tarsisius Priyanto Pr menjadi imam diosesan Keuskupan Palangkaraya  dan Rm. Ignatius Priyantoro OMI menjadi imam OMI. Juga seorang anak dari Bpk. Alfonsus Amir (yang pensiunan Kepala Sekolah SD Karitas Nandan) menyusul menjadi imam diosesan KAS bernama Rm. Paulus Tri Wahyu Widiantoro Pr (juga tamatan SD karitas Nandan). Rm. Fabianus Muktiyarso Pr – menjadi imam diosesan Keuskupan Bandung. Selain itu ada juga beberapa yang menjadi Bruder dan Suster.
Pius Riana Prapdi, Paulus Dwiya Minarta —  dari Lingkungan Gemawang (wilayah Tengah)
Yohanes Iswahyudi, Paulus Tri Wahyu Widiantoro —-  dari Lingkungan Nandan (wilayah Tengah)
Priyanto, Priyantoro —  dari Lingkungan Kutu Patran (wilayah Barat)
Gedung Gereja Nandan sudah dipakai untuk tahbisan imam dari CSsR, yaitu Rm. Andreas Suhana Nitiprawira CSsR dari Wisma Sang Penebus (komunitas CSsR di Nandan) pada tahun 1991, dan pernah dipakai untuk Perayaan Ekaristi pengikraran kaul Bruder Karitas. Selain itu, gedung gereja pernah dipakai untuk Perayaan Ekaristi pengutusan misionaris Bruder Karitas Indonesia ke negara Tanzania – Afrika pada tahun 1996.

ANUGERAH BAGI PAROKI ST. ALFONSUS NANDAN
Putra Paguyuban Umat Nandan menjadi Uskup

Mgr. Pius Riana Prapdi Pr.
Uskup Ketapang

Your Excellency,
I inform you that His Holiness, Pope Benedict XVI, has accepted the
resignation as Bishop of Ketapang presented by His Excellency Msgr.
Blasius Pujaraharja, and has appointed the Rev. Fr. Pius Riana Prapdi,
Vicar General of the Archdiocese of Semarang, as new Bishop of
Ketapang.
The date of publication of the above appointment will be Monday, 25
June 2012, at noon in Rome (17.00 WIB). Until that time the matter is
to be kept strictly confidential.
With cordial regards and veruy best wishes, I remain
Fraternally yours in Christ,
Archbishop Antonio Guido Filipazzi
Apostolic Nuncio

4.6 Sumber Dana Pembangunan Gereja
Dana pembangunan Gereja diperoleh dari beberapa sumber, yaitu:
Umat Katolik Stasi Nandan
Umat Katolik diluar Stasi Nandan
Keuskupan Agung Semarang
Bantuan Pemerintah Tingkat II, Tingkat I dan bantuan Presiden RI
Bantuan Direktorat Jendral Bimas Katolik Departemen Agama RI
Konggergasi Suster-Suster ADM, Komunitas Bruder Karitas, Konggergasi Redemptoris (CSsR), Karya Kepausan.
Para Donatur dari dalam maupun di luar paroki.
4.7 Akhir Pembangunan Gereja Santo Alfonsus Nandan
Setelah melalui keprihatinan dan perjuangan selama 15 tahun yaitu mulai dari tanggal 1 Agustus 1981 sampai tanggal 1 Agustus 1996, akhirnya umat Katolik dapat menyelesaikan pembangunan gedung Gereja. Dengan demikian terwujudlah cita-cita umat Katolik Stasi Nandan untuk memiliki gedung Gereja sendiri yang dapat menampung umat yang sudah cukup banyak. Pembangunan gedung Gereja itu menghabiskan biaya seluruhnya sebesar Rp 216.000.000,-
Kesulitan yang pernah dialami oleh Panitia Pembangunan gereja pada saat  awal menentukan lokasi membangun gedung gereja, ternyata membawa hikmah yang sangat menguntungkan bagi umat Katolik Stasi Nandan. Letak gedung Gereja yang sekarang sungguh sangat ideal sebagai tempat beribadat. Keadaan di sekitar gereja tenang tidak terganggu oleh kebisingan lalu lintas maupun hiruk pikuk kesibukan masyarakat di sekitarnya. Tanah yang sekarang lebih luas daripada lokasi tanah yang direncanakan semula.
4.8 Peresmian Gedung Gereja
Setelah seluruh bangunan pokok sudah selesai maka tanggal 1 Agustus 1996 gedung Gereja diresmikan oleh Bupati Daerah Tingkat II Sleman. Dan diberkati oleh Rm. Administrator KAS  Harjoyo Pr.. Jumlah umat     Stasi Nandan berdasarkan sensus umat pada tahun 1989 sebanyak 1.600 jiwa.
———————————
Dalam perjalanan sejarah umat St. Alfonsus Nandan, baptisan terbanyak terjadi pada tahun 1987 –  jumlah baptisan 150 orang dalam setahun itu.
———————————–
Tahun 1990 dibeli seperangkat gamelan lengkap. Dana dari donatur pribadi umat stasi, dari donatur lewat Rm. Willy, dan usaha kelompok umat.

Setalah adanya gamelan tsb, mulai gerakan kesenian di kalangan umat Stasi Nandan.  Ada kelompok yang diberi nama GITA WILASITA, yang mengadakan latihan dan pelatihan karawitan, dan juga menari. Kiprahnya sudah mengaktifkan Perayaan Ekaristi dengan iringan gamelan, juga pentas-pentas tari dengan iringan gamelan. Sayang gerakan Gita Wilasita ini hanya beberapa tahun saja.


Seksi Pendidikan Stasi mengadakan bimbingan belajar untuk anak-anak di samping juga memberikan bantuan bea-siswa.
Rm. Robert Ramone CSsR dengan SK sebagai Pastor Pembantu Paroki Jetis yang tinggal di Nandan (Wisma Sang Penebus) tahun 1995 – 1998.
Pembangunan tambahan ini semasa Rm. Suyatno Pr selaku pastor paroki Jetis yang ditugasi di Nandan (tahun 1998 – 2001). Di masa penggembalaan Rm. Suyatno Pr, dibangun tempat parkir dengan konblok berlubang.
  1. Pembentukan Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan
Syarat untuk menjadi suatu Paroki penuh  harus memenuhi empat persyaratan yaitu :
jumlah umat minimal 1000 orang, memiliki gedung gereja, memiliki gedung Pastoran dan ada seorang Pastor Paroki serta kesiapan umat. Pada saat gedung gereja selesai dibangun jumlah umat katolik sudah mencapai 2000 orang lebih. Tetapi belum ada gedung Pastoran dan Pastor Paroki.
Umat mulai berfikir bagaimana dapat membangun sebuah gedung pastoran. Modal belum ada. Kelompok Koor Santo Mateus wilayah selatan di bawah pimpinan Bapak Alexander Raymond Panggabean berhasil mencari sponsor untuk mengadakan pentas konser musik di Hotel Ambarukmo. Dari kegiatan itu dapat menghimpun dana Rp 125.000.000,- yang kemudian dijadikan modal pertama membangun Gedung Pastoran. Pembangunan gedung Pastoran menghabiskan biaya kurang lebih Rp. 350.000.000 ,- Dana diperoleh dari swadaya umat Paroki dan bantuan dari Keuskupan Agung Semarang Rp. 15.000.000,-  Gedung Pastoran diresmikan oleh Mgr Ign Suharyo,  Uskup Agung Semarang pada tanggal 24 Agustus 2004.
Untuk ditingkatkan dari Stasi menjadi Paroki, tiga persyaratan sudah dimiliki. Namun untuk mendapatkan seorang Pastor Paroki, Keuskupan Agung Semarang masih mengalami kesulitan karena kekurangan tenaga imam. Di samping itu masih dibutuhkan kesiapan umat untuk dapat berdiri sebagai Paroki Mandiri.
Setelah mempunyai Gedung Gereja, umat Nandan dibimbing Romo-romo dari Wisma Sang Penebus dan yang mendapatkan SK sebagai Romo Pembantu Paroki Jetus bertugas di Stasi Nandan dan tinggal di Stasi nandan adalah Romo Robert Ramone CSsR, yang kemudian digantikan oleh beberapa Romo dari paroki Jetis sampai tahun 2005, tetapi mereka tinggal di Paroki Jetis, hanya bila bertugas memimpin misa  dan ibadat atau memimpin rapat pastoral saja datang ke Nandan, itu berlangsung sampai kedatangan  Romo I. Jayasewaya Pr yang sebagai pastor pembantu Paroki Jetis dan tinggal di Pastoran Nandan 2005 – 2010.
———————–
Menjadi Paroki Administratif St. Alfonsus Nandan
mulai tahun 2000
————————-
Dan stasi Santo Alfonsus Nandan ditingkatkan Statusnya manjadi Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan. pada tahun 2000.  Secara administratif terpisah dari Paroki Jetis. Tetapi kepemimpinan dan urusan keparokian masih di bawah Pastor Kepala Paroki Jetis. Rm. Jayasewaya bersama umat secara serius mempersiapkan kelengkapan untuk menjadi Paroki penuh.
Pada tahun 2005 – 2010, Romo I. Jayasewaya Pr, mantan Vikep DIY menjadi Pastor Pembantu dan tinggal menetap di Pastoran St. Alfonsus Nandan di bawah kepemimpinan Pastor Kepala paroki Jetis.  Pada tahun 2009, Romo Antonius Triwahyono Pr bertugas membantu di Nandan.
Pengganti Romo Jayasewaya adalah Romo Gregorius Sulistiyanto Pr yang mulai bertugas akhir tahun 2010 dengan tugas khusus dari Keuskupan Agung Semarang untuk secara praktis melaksanakan persiapan terakhir paroki Administratif St. Alfonsus – Nandan menjadi paroki penuh. Jumlah umat Nandan pada tahun 2012 berdasarkan sensus adalah 2.478  (jumlah semakin banyak karena semakin banyak umat Katolik dari berbagai daerah lain bertempat tinggal di wilayah Paroki Nandan, meskipun demikian tetap ada tambahan jumlah umat dari baptisan dewasa dan baptisan bayi) dari waktu ke waktu.
Surat Keputusan dari Keuskupan Agung Semarang yang ditandatangani oleh Mgr. J. Pujasumarta menyatakan terhitung mulai 1 Agustus 2012, menjadi PAROKI.
Dan Perayaan Ekaristi Syukur di adakan pada hari Sabtu, 4 Agustus 2012, mulai pk. 16.00 dengan selebran utama Mgr. J. Pujasumarta dan konselebran 26 imam.

Posting Komentar

0 Komentar