Refleksi Lucia Di Pergantian Tahun

“Tuhan, meski dalam menjalani tahun lalu kami juga pernah mengalami kesedihan dan rintangan. Namun kami percaya dan yakin bahwa Engkau selalu menyertai kami di saat-saat kami terjatuh. Hanya dengan menyebut namaMu dan berdoa padaMu maka kami akan dihibur dan semuanya akan dimudahkan.” Itulah sepenggal doa pergantian tahun menuju tahun 2016 yang dipimpin oleh Bapak Purwoputranto.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, umat Lingkungan Santa Lucia menutup tahun lama dan membuka tahun baru dengan berefleksi dan saling mengungkapkan harapan untuk tahun depan. “Sudah menjadi tradisi di lingkungan Santa Lucia untuk merayakan malam pergantian tahun secara bersama. Semua menantikan perayaan ini, mungkin karena perjalanan dalam setahun kemarin sudah sesak dengan kepahitan sehingga kita ingin menutupnya dan berharap ke depan akan lebih baik” demikianlah sambutan Pak Agus Hutoro untuk mengawali perayaan tahun baru. Lingkungan Lucia juga bersyukur atas baptisan baru, anak Desi, semoga pewartaan akan Yesus Kristus Tuhan kita semakin berkembang di lingkungan St. Lucia.

Dalam refleksi Pak Pur menyampaikan bahwa bernostalgia umumnya terasa mengasyikkan. Khususnya jika yang dikenang adalah saat-saat yang menyenangkan dalam hidup. Namun kenangan akan pengalaman kesedihan, kegagalan, penolakan atau kesepian cenderung ingin dilupakan dan dikubur dalam-dalam. Tetapi di awal sebuah tahun baru, ada baiknya kenangan akan peristiwa yang tidak mengenakkan juga diingat dan direnungkan kembali supaya kita dapat belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan dan menjadi lebih berhati-hati untuk tidak jatuh ke dalam kelalaian yang sama.

Galery foto klik disini

Memutuskan untuk belajar dari kesalahan adalah juga bentuk sebuah usaha untuk bertumbuh menjadi lebih baik. Walaupun mungkin pahit, barangkali hal ini juga merupakan sebuah keterbukaan dan kerendahan hati untuk bersedia diubah dan dibentuk oleh Tuhan supaya kita dapat hidup semakin dekat dengan Dia, semakin menyerupai Dia, sebagaimana kita temui dalam surat Rasul Paulus kepada umat di Roma, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna,” (Roma 12:2).

Tak seorang pun dari manusia yang hidup di dunia ini yang sudah mencapai kesempurnaan, kita selalu mempunyai sisi-sisi lemah dan kebiasaan-kebiasaan yang mendatangkan dosa yang perlu untuk diperbaiki. Kadang Tuhan justru memakai kesalahan dan kegagalan untuk membantu kita menjadi lebih kuat dan dewasa dalam iman. Sesungguhnya kita tidak pernah sendirian dalam berjuang, tinggal apakah kita mau mengklaim penyertaan Allah itu dengan penuh iman, Allah tetap memandang setiap orang dengan penuh cinta, belas kasihan, pengampunan serta harapan.

Besok tentu kita juga masih gagal dan jatuh lagi, tetapi kita ingat jati diri yang sebenarnya sebagai nak-anak Tuhan, kita tidak akan menyerah dan ingin selalu bersemangat untuk terus bergantung kapada Allah dengan kerendahan dan keterbukaan hati. Menjadi miskin dan rendah di hadapan Allah adalah kekuatan kita, “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran (kolose 3:12). Allah yang Maha mencintai, akan selalu menyertai kita. Amin. (Yenny Patnasari)

SELAMAT TAHUN BARU 2016.

Posting Komentar

0 Komentar