Tahbisan Uskup Agung Semarang

QUAERERE ET SALVUM FACERE


Hari ini (19/5/2017) merupakan hari yang sangat mulia dan berbahagia yang dikaruniakan Tuhan kepada umat di Keuskupan Agung Semarang.  Doa umat agar diberi seorang Gembala yang mengasihi umat-Nya terjawab.


Sejak 18 Maret 2017, tahta Keuskupan Agung Semarang sebagai metropolit Provinsi Gerejani dipegang oleh Mgr Robertus Rubiyatoko.


Homili Mgr. Ignatus Suharyo

Bapak Kardinal, bapa Antonio Guido Filipazzi, para bapak Uskup, dan para administrator Keuskupan, rekan-rekan imam, biarawan, biarawati, ibu dan bapak, saudari saudara yang terkasih umat Keuskupan Agung Semarang yang berbahagia.

Bersama dengan para bapak Uskup yang hadir, dan tamu undangan, serta mewakili para bapa Uskup yang tidak hadir, saya ingin mengucapkan, selamat kepada seluruh umat Keuskupan Agung Semarang, yang telah dianugerahi Uskup baru. Kami ikut bersyukur, bersama dengan keluarga bapa Uskup terpilih yang menjadi persemayaman pertama panggilan hidup beliau, sebagai imam.  Dengan kehadiran dan doa-doa kami, kami ikut mendukung bapak Uskup terpilih yang telah bersedia menerima perutusan, menjadi Uskup Agung Semarang.


Uskup adalah bahasa asing yang berarti pemilik, saya yakin langsung sesudah tahbisan ini, bapak Uskup Robertus Rubiyatmoko akan mengunjungi umat untuk mencari dan menyelamatkan sehingga tidak ada seorang pun, yang merasa terpinggirkan, dan semua merasa diperhatikan.  Tidak mudah bagi saya, untuk menawarkan renungan didalam rangka pentahbisan Uskup ini, biarlah saya melanjutkan yang sudah dimulai, oleh bapak Kardinal, dalam Salve tadi malam.


Beberapa waktu sesudah bapak Uskup Rubiyatmoko di tunjuk menjadi Uskup saya bertemu dengan beliau, salah satu hal yang saya ingat betul pada waktu itu antara lain beliau menyampaikan kepada saya mengenai beberapa celotehan teman-teman imam dan umat mengenai kumis beliau.  Beliau minta pertimbangan kepada saya sebaiknya kumisnya dihilangkan atau dibiarkan saja. Sejak saya ditahbisan menjadi imam lebih dari empat puluh tahun yang lalu, baru kali saya dimintai pertimbangan tentang kumis. Bagi saya pertanyaan ini adalah ungkapan kesediaan beliau untuk meninggalkan segala sesuatu demi mengikuti Yesus dan melayani umat, persis seperti rasul Santo Paulus yang pernah berkata "Kalo makan daging korban menjadi batu sandungan bagi umat seumur-umur saya tidak akan makan daging lagi", tetapi spontan pada waktu itu saya berkat kepada beliau, jangan bapak Uskup biarkan saja kumisnya. Batin saya kalo bapak Uskup Rubi tanpa kumis itu seperti Gatotkaca kelangan gapit.

Dan bukankah ketika menasihati para rasul supaya mereka tidak takut Yesus berkata begini "Rambut kepala mu terhitung semuanya", kalo rambut kepala di hitung oleh Allah, pastilah rambut kumis juga dihitung oleh Allah.  Jadi tidak usah dibuang kalo perlu disemir.

Namun sodara sodariku yang terkasih, alasan utama usul saya adalah ini, kalo bapak Uskup Rubi membuang kumisnya  beliau tidak bisa lagi berkata aku masih seperti yang dulu, pertanyaannya ialah seperti apakah bapak Uskup terpilih Rubi sebelum ditunjuk sebagai Uskup Agung Semarang.  Kalo membaca riwayat hidup beliau jawaban saya adalah ini, sejak awal beliau selalau berusaha untuk menanggapi panggilan Tuhan, yaitu mencapai kepenuhan hidup Kristiani. Artinya menjadi semakin serupa dengan Kristus, menjadi Kristus-kristus kecil untuk jaman ini.  Bagi saya pribadi ini amat jelas ketika didalam sebuah wawancara bapak Uskup Rubi menggambarkan diri sebagai pribadi yang taat, sendiko dawuh, seperti Yesus.


Maunya studi lanjut dibidang kitab suci, tetapi ketika pimpinan memintanya untuk belajar hukum gereja beliau berangkat juga, taat.  Selama menjalankan tugas-tugasnya berkaitan dengan bidang hukum sebagai dosen, sebagai Vikaris Yudisial beliau pun ingin semakin serupa dengan Yesus.  Dituntun oleh iman akan Yesus wajah kerahiman Allah.  Mengikuti Yesus hakim yang lemah lembut dan selalu membawa suka cita injil.


Sodari sodaraku yang terkasih, mulai sekarang bapak Uskup Rubiyatmoko akan menjalankan perutusan baru dengan semboyan "Mencari dan Menyelamatkan". Saya yakin bahwa semboyan itu tidak dicari-cari karena beliau ditunjuk sebagai Uskup, melainkan adalah muara dari suatu proses panjang yang sudah menjadi watak rohani beliau, benih-benihnya sudah ada dan terlihat sejak awal dan sekarang menjadi matang dan akan terus menjadi semakin matang. Dengan watak dasar ini, dengan watak dasar ingin hidup semakin serupa dengan Yesus bapak Uskup terpilih akan mencari kesempatan, berjumpa dengan siapapun, antara lain dengan Sakeus-sakeus jaman sekarang.  Mengundang mereka untuk turun dan singgah dirumah mereka, mendorong transformasi atau pembaharuan hidup seperti yang terjadi didalam diri Sakeus sebagaimana di ceritakan dalam injil tadi.


Sakeus yang semula memungut, menjadi Sakeus yang memberi, Sakeus yang semula memeras menjadi Sakeus yang berbagi.  Buahnya adalah suka cita, dan ini semua adalah suatu proses panjang yang mengarah pada terciptanya peradaban kasih yang menjadi cita-cita umat Keuskupan Agung Semarang ini.


Namun, sodari sodaraku yang terkasih, selain Sakeus di dalam injil tadi juga disebut orang banyak, kalo kisah Sakeus berakhir dengan suka cita, orang banyak tetap bersungut-sungut, bermulut keras dan pada akhirnya mereka akan berteriak, salibkanlah Dia.  Seandainya yang dijumpai ketika mencari hanyalah Sakeus-sakeus , pribadi-pribadi yang terbuka yang rela akan mudahlah tugas ini.  Tetapi ketika yang dijumpai adalah seperti orang banyak yang diceritakan  dalam injil, tugas mencari dan menyelamatkan, mensyaratkan kerelaan untuk memikul salib suci menjadi martir dalam arti yang seluas-luasnya.


Bapak Uksup Robertus Rubiyatmoko  selamat menjalankan perutusan untuk mencari dan menyelamatkan, jangan lupa jaga kesehatan, kami mendukung dengan doa-doa kami, Tuhan memberkati. 



Curriculum Vitae
Mgr. Tobertus Rubiyatmoko
Uskup Agung Semarang

10 Oktober 1963
Lahir di Sleman, DI Yogyakarta, dari pasangan Bpk. Stanislaus Harjopartono dan ibu Elizabeth Harjopartono
1969 - 1971
TK Indriyasana Babadan
1971 - 1977
SD Kanisius Babadan
1977 - 1980
SMP Sanjaya Babadan
1980 - 1984
Pendidikan Seminari Menengah Mertoyudan Magelang
1984 - 1985
Pendidikan Tahun Oreintasi rohani Di TOR Sanjaya, Jangli, Semarang
1988 - 1989
Tahun Orientasi Pastoral sebagai Wakil Pamong di Seminari Mertoyudan, Magelang
1985 - 1990
Studi Filsafat Teologi di Fakultas Teologi Wedabhakti, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
12 Agustus 1992
Menerima Tahbisan Imam dari Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ
1992-1993
Bertugas sebagai Pastor Rekan di Paroki St Maria Assumpta Pakem Yogyakarta
1993 - 1997
Studi Ilmu Hukum Gereja di Universitas Gregoriana roma
1998 - 2017
Dosen Hukum Gereja di Fakultas Teologi Wedabhakti, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
1998 - 2017
Staf Seminari tinggi St. Paulus Kentungan
2011 - 2017
Vikaris Yudisial Tribunal Keuskupan Agung Semarang
18 Maret 2017
Ditunjuk oleh Takhta Suci sebagai Uskup Agung Semarang
19 Mei 2017
Menerima Tahbisan Uksup dari Mgr. Ignatius Suharyo.

Posting Komentar

0 Komentar