Umat Katolik Diajak Tidak Terpuruk dan Bangkit Lewat Minggu Palma

 


24 Maret menjadi minggu pembuka memasuki Pekan Suci bagi umat Katolik. Diawali dengan Minggu Palma, umat Katolik diajak untuk merenungkan bagaimana semarak Yesus disambut di Yerusalem sebelum akhirnya berubah menjadi amarah dan desakan untuk disalibkan.

 

Perarakan yang dimulai dari luar Gereja seolah memvisualisasikan bagaimana kondisi Yesus datang ke Yerusalem dulu. Perarakan dilakukan dengan meriah sebelum akhirnya masuk ke ibadat Sabda, yang mana bacaan yang berisikan penderitaan Yesus dibacakan.

 “Orang-orang yang memaki dan mengkhianati Yesus memilih untuk berdiam diri,” ujar Romo AG. Luhur Prihadi, Pr.



Ia mengungkapkan Yesus memilih jalan penyelamatan, yang datang dengan seekor keledai alih-alih menggunakan kereta kuda nan mewah. Meskipun ditangkap, Yesus memutuskan untuk tetap diam. Hal ini karena Ia tahu apa yang harus diperjuangkan.

“Kalau kita sekarang ini sudah mengalami diselamatkan oleh Allah, kita juga harus menyelamatkan sesama kita. Kita menyambut kedatangan Tuhan,” ujarnya. “Kita berkesempatan wujudkan iman kita untuk hidup yang nyata. Kesaksian kita nyata, bukan hanya mengatakan saya alami ini itu tapi bahwa saya telah diselamatkan oleh Kristus. Jangan tenggelam di masa lampau, tetapi bangkit untuk masa depan,” tutupnya. 

 

Di samping itu, Minggu Palma juga mengajak umat Katolik untuk meninggalkan kebiasaan negatif. Ini jadi salah satu aksi nyata untuk memaknai bagaimana Yesus rela sengsara demi menebus dosa manusia.

“Kita diajak untuk keluar dr kebiasaan negatif, supaya kita punya cara berpikir yang positif agar kita tidak memperburuk keadaan orang lain. Agar kita seperti Yesus yang juga bangkit,” kata Romo Singgih.





(Ayusandra Adhitya S.A.)

Galeri foto : klik di sini

Cuplikan Minggu Palma 2024

 

Posting Komentar

0 Komentar