Datang Dan Pergilah, Engkau Diutus!

Pada bulan Oktober umat Katolik menghidupi devosinya kepada ibu Maria Ratu rosario Suci. Bulan oktober juga dibuka dengan pesta St Theresia Kanak-kanak Yesus.

St Theresia dari Kanak-kanak Yesus adalah orang kudus pelindung karya-karya misi Gereja.
Inilah salah alasan penting mengapa Gereja menjadikan bulan Oktober sebagai bulan misi Gereja. pada bulan ini, Gereja mengajak setiap anggotanya memperbarui semangat penginjilan.

Ada 5 hal penting untuk menyegarkan pemahaman kita akan misi Gereja :

1. Apa Hakikat Misi Kita

Hakikat misi kita adalah hidup dalam pengalaman kasih Allah Bapa, dalam perutusan Putera dan dalam Roh Kudus

Allah Bapa menyelenggarakan segla sesuatunya dalam kasih. Dalamketerbatasan manusia, Sang Putera hadir di dunia dalam sabda, karya, dan tidak terlupa sengsara, wafat, dan kebangkitan Nya. Ia datang untuk mencari yang hilang dan mewartakan kabar keselamatan. Sampai Kristus datang lagi, Roh Kudus menjiwai gereja dalam peziarahannya di dunia.

Apa yang telah dilaksanakan Kristus harus diwartakan dan disebarluaskan sepanjang waktu. Sejak Pentakkosta, Gereja dipanggil untuk menjadi pewaris missi mewartakan kesatuan cinta di tengah-tengah dunia.

2. Mengapa Kita Bermisi

Kita berisi – mewartakan Injil, karena itulah pangiladn dasar kita. Setiap orang yang sudah dibaptis adalah pewarta injil. Gereja ada karena tugas misi. Kalu tidak ada misi, Gereja mati. Kalau di Gereja (baik paguyubannya, umatnya, liturginya, anak-anaknya, orang tuanya dan lain sebagainya) sudah tidak terdengar kabar gembira Kerajaan Allah, artia Gereja sudah kehilangan jatidirinya.

Bermisi bukan pertama-tama kita membuat atau menarik orang untuk menjadi Katolik. Bermisi merupakan jawaban dari mereka yang dengan iman mendenan suara panggilan Tuhan. Pengikut Kristus tidak pernah berhenti menjadi misionaris, karena mengerti bahwa “Yesus berjalan bersamanya, berbicara kepadanya, bernafas bersamanya. Mereka merasakan Yesus hidup bersamanya ditengah-tengah gerak misioner (EG 266). Santo Paulus bahkan mengatakan, “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor 9:16)

3. Siapa yang Harus Bermisi

Semua orang yang sudah dibaptis harus bermisi-mewartakan Injil supaya hidupnya menjadi berkat, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan, bagi masyarakat, bagi bangsa, dan bagi alam semesta.

Bapak Uskup Mgr Pujasumarta mengingatkan bahwa baik secara teologis, historis, maupun sosiologis-ekologis kita punya hutang tanggungjawab sejarah. Secara teologis, kita tahu bahwa hidup ini adalah sepenuh-penuhnya rahmat. Syukur kita atas hidup perlu diwujudkan dalam pelayanan dan paguyuban. Secara historis, iman Katolikditerima dari para bapa misionaris, katekis, para pendiri Gereja ini. Kita perlu mengembangkan kesadaran bermisi, baik secara lokal, maupun global. Secara sosial-ekologis, kita sadar bawha iman ini tumbuh dalam konteks Indonesia yang alam indahnya mulai rusak. Kini dihayati bahwa 100% Katolik adalah 100% Indonesia, dan juga 100% aktif melestarikan alam.

4. Bagaimana Kita Bermisi?

Pertama-tama kita bermisi dengan menghayati hidup Kristiani secara mendalam, sehingga hidup kita sungguh merupakan pengalaman cinta kasih Kristus pada manusia. Kedalaman itu kemudian diekspresikan dengan semangat pelayanan, persaudaraan, peribadatan, dan kesaksian hidup kita masing-masing. Kasih Kristus menantang Gereja untuk membantu orang kembali pada akar-akar budaya hidup mereka sendiri.

Mari meresapi dalam hidup sehari-hari empat semangat misi, @D-@K; doa, derma, kurban, dan kesaksian. Pada bulan ini, setidak-tidaknya, selipkanlah doa-doa untuk para misionaris dan karya-karya misi, sisihkanlah barang sedikit dana untuk membantu kelangsungan karya misi, sdari dan rasakan bahwa setiap hal yang kita kerjakan dalam hidup ini dapat dimaknai sebagai pewartaan kabar Gembira Injil. Satu perbuatn kecil untuk yang paling miskin dan menderita adalah satu tanda besar kehadiran Kerajaan Allah di dunia. (EG 48)

5. Dimana Kita Bermisi?

Dimanapun orang hidup dan beraktivitas, disitulah ia harus mewartakan injil, menjadi kabar baik untuk alam ciptaan dan segalanya. Orang yang sudah pernah menerima sabda diberi pewartaan, orang yang belum mengenal sabda lebih-lebih lagi harus diperkenalkan pada sabda. St Fransiskus bahkan mengajak kita mewartakan Injil kepada saudara matahari, Injil kepada saudari rembulan, air, udara, hewan-hewan dan saudara dekat kita, kematian. Tiada tempat dan waktu tanpa pewartaan Sabda Tuhan.

Secara khusus, dijaman ini, generasi baru lahir dalam dunia digital. Beberapa ciri era digital adalah adanya aneka perubahan cara hidup orang: informasi berlimpah, relasi virtual sepintas dan cenderung dangkal, pengetahuan melunturnya, nilai-nilai kemanusiaan, dan munculnya aneka bahasa baru dalam berkomunikasi.

Orang muda, remaja dan anak-anak jauh lebih mudah akrab dengan dunia digital ini. yang dianggap sebagai duni amaya orang dewasa, bisa jadi merupakan dunia nyata mereka. Kecenderungan ini tidak perlu terus menerus dirtapi, tetapi disyukuri dan disikapi. Dengan pendampingan tertentu, mereka yang aktif di dunia ini sebenarnya bisa juga menjadi pewarta.

Posting Komentar

0 Komentar