KESAN LIVE IN DI PAROKI ST. ALFONSUS NANDAN YOGYAKARTA – Sr. Maria Zita,SFS

Saya Sr. Maria Zita,SFS (Suster Fransiskan Sukabumi), adalah salah satu anggota komunitas Santo Fransiskus Sragen yang beruntung mendapat tugas dari Pemimpin Komunitas yaitu Sr. Maria Leoni,SFS, untuk memenuhi undangan Paroki St. Alfonsus Nandan. Mengapa beruntung ada beberapa alasan.

Pertama nama Nandan membangkitkan ingatanku puluhan tahun lalu, ketika aku masih remaja. Salah satu Guruku adalah Br. Robert , BM (Budi Mulia), sering menyebutkan nama Nandan, karena di sana ada Bruder-Bruder Caritas. Kami diperkenalkan akan bentuk hidup yang berbeda (selain hidup berkeluarga) khususnya bagi teman-temanku yang cowok. Jadi Nandan bagiku yang pertama ku kenal adalah Bruderan Caritas. Dengan kata lain aku mendapat kesempatan untuk mengunjungi Bruderan tersebut ternyata masih ada di sana.

Kedua aku bersyukur, diusiaku yang sudah berkepala 5 dan hampir 6, diberi kesempatan untuk mengalami kehidupan lain yang berbeda dengan kehidupan yang sudah puluhan tahun kujalani yaitu tinggal bersama dengan umat. Selama waktu empat hari ini sungguh-sungguh aku manfaatkan semaksimal mungkin untuk melihat, mendengar, merasakan gerak langkah perjuangan umat Paroki Nandan dalam hal menggereja.

Saya sebenarnya datang bersama Sr. Emilia,SFS, namun setelah sampai paroki kami dipisah. Saya mendapat lingkungan St. Ignatius bersama Sr, Vero, PMY. Sr. Vero adalah suster muda yang bertekat menanggapi panggilan Tuhan dengan cara mempersembahkan diri pada Tuhan melalui Tarekat PMY. Dan keberuntunganku yang ketiga, adalah kesempatan berjumpa dengan para Gembala Paroki Nandan yang penuh sukacita menyambut kami, panitia yang dengan senyumnya yang memikat dan teristimewa umat yang antusias dan bersemangat hal ini menambah semangatku. Kesempatan yang baik ini kumanfaatkan juga untuk memperkenalkan cara hidupku, sehingga memberi gambaran atau pandangan bahwa hidup tidak harus berkeluarga. Artinya ada bentuk hidup lain yang diakui dan restui oleh Gereja yaitu hidup membiara.

Kami dijemput di Paroki oleh dua Malaikat Rafael yaitu Ibu Cip dan Ibu Ibu Rudi, kemudian dihantar ke rumah Bapak Agustinus Hookkay Gunarto dan Ibu Christina Supindari di Jln. Kutu Ngemplak MT 1-176 Sindu Adi Mlati Sleman DIY. Kami diterima dengan amat baik di keluarga ini sehingga kami tidak mengalami kesulitan apapun dalam menyesuaikan dengan keluarga, merasa di dalam keluarga sendiri. Secara bergantian kami diantar mengunjungi umat lingkungan St. Ignatius. Hari pertama kami mengunjungi dua Keluarga yaitu Kel. Bpaka Agustinus dan Keluarga Mbak Sri, yang tidak lain adalah keluarga yang kami tempati.

Hari Kedua kami diantar oleh Ibu Cip mengunjungi 9 keluarga. Kunjungan kami mulai pukul 09.00, dan keluarga-keluarga yang akan dikunjungi sudah dihubungi oleh Ketua Lingkungan yaitu Mbak Paula. Hari ketiga diantar oleh Ibu Endang, mengunjungi enam keluarga. Namun kami mendapat bonus atau kejutan dua kali yaitu diajak makan siang oleh Keluarga Bapak Budi di Rumahmakan Jamuran wah….eunaknya makan dalam suasana gembira, kejutan berikut kami diajak untuk adorasi di Gereja Kidoloji, meski hanya satu jam rasanya semakin lengkap kasih Tuhan kejutan-kejutan ini. Meskipun kalau dipresentasi belum mencapai 50 % warga yang kami kunjungi, saya mempunyai kesan yang mendalam akan kegiatan live in di Paroki Nandan ini.

Kesan

Umat guyub khususnya warga yang kami kunjungi, hadir juga dalam dua kali pertemuan lingkungan meskipun kebanyakan kaum ibu. Keguyuban juga saya rasa dan lihat dari para panitia lingkungan yang bergiliran menghantar berkunjung. Terbuka menerima kehadiran kami dan merasa senang karena baru pertama kali ini dikunjungi oleh para Suster.
Umatnya sangat berfariatif baik profesi maupun pekerjaannya. Sehingga ketika kami berkunjung rata-rata sebagian anggota keluarga sedang bekerja atau sekolah.

Ramah dan menyaudara hal ini tampak dalam kesiapan menerima kedatangan kami, dan selalu ada hidangan teh masih dan teman-temannya.
Religius hal ini saya rasakan, alami, mendengar sharing dari masing-masing keluarga. Masing-masing keluarga mempunyai devosi kepada Bunda Maria, Sakramen Maha Kudus dan Hati Kudus Yesus. Adalah Cako anak Ibu Sri setiap pukul enam dia akan keliling berteriak: “…doa…..doa…..sudah jam enam…”. Keluarga berkumpul dan berdoa bersama doa Angelus dilanjutkan dengan menyebut nama santa atau santo pelindung masing-masing dan keluarga yang didoakan.

Kaum muda dan anak-anak kurang terlibat. Misalnya dalam pertemuan dua kali yang diselenggarakan hari pertama: 1 anak laki-laki namanya Cako, Remaja laki-laki 3, Remaja putri 1. Pertemuan kedua anak-anak ada 5, remaja dua.

Kemeriahan acara menambah hangatnya suasana pesta 3 tahun berdirinya Paroki. Semoga Paroki St. Alfonsus Nadan makin “ Tangguh, tanggap, cakap dalam beriman dan berbagi kasih pada sesamanya”.
Harapan:

Kunjungan keluarga sebaiknya di buat sebagai salah satu model dalam reksa pastoral, karena dengan kunjungan kita dapat melihat, mendengar dan merasakan apa saja yang menjadi kesulitan dan perjuangan umat. Dengan pastoral kehadiran umat berani mengutarakan kepedihan, kegembiraan dan mersa dikuatkan.

Keluarga adalah gereja terkecil dan menjadi dasar bagi gereja lingkungan, paroki, keuskupan dll. Pembinaan iman anak dan remaja tidak cukup hanya mengandalkan pendidikan agama di sekolah. Sebaiknya hal ini disadari oleh para orang tua dan pengurus lingkungan. Sehinngga dibentuklah pendidikan iman di masing-masing jenjang agar lebih menarik dan tidak mudah berpaling ketika mengalami kesulitan dalam hidup.

Di lingkungan St. Ignatius ada satu remaja yang bertekat akan melanjutkan pendidikan di Seminari, semoga mendapat perhatian dukungan baik dari lingkangan maupun dari Paroki.
Demikian kesan yang mampu saya tulis, yang lain biarlah tersimpan dalam hati sebab kalau ditulis tidak akan mampu menampungnya dan yang jelas malas membacanya.

Salam Sr.M. Zita,SFS

Posting Komentar

0 Komentar