Latihan Pemadaman Api Di Gereja Nandan


Untuk meningkatkan ketrampilan dan kewaspadaan dari pengurus dan keamanan gereja Nandan, pada minggu malam (21/12) diadakan latihan pemadaman api.

Pelatihan ini bekerjasama dengan Depot Safety Indonesia, yang bergerak di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja [ PJK3 ] Bidang Proteksi Kebakaran.

Sebagai pembicara dan pelatih dari Depot Safety Indonesia, yatu bapak Heru Pramono, mengawali pelatihan dengan pembekalan secara pengetahuan dan teori terlebih dahulu.

Dikatakan bahwa tujuan dari pelatihan ini adalah untuk persiapan jika ada bencana kebakaran, terutama di lingkungan gereja Nandan. Dijelaskan oleh bapak Heru, bahwa sumber api berasal dari 3 unsur : udara, panas, material.


Galery foto klik disini

Ada beberapa alat yang digunakan dalam penangan kebakaran, antara lain :
Fire alarm; alat bantu untuk mengetahui jika ada kebakaran, berupa detector panas, tujuannya agar jika ada api dapat segera dipadamkan
Apar, P3 kebakaran; alat pemadam api ringan, tetapi yang menjadi perhatian adalah orang yang bertanggjung jawab untuk pemadam, karena orang yang mengetahui pertama kali sumber api yang wajib untuk memadamkan api dan itu tergantung dari tingkat keberanian orang tersebut.
Sprinkler; pemercik air
Hydrant, indor dan out door.
Fire truk
Terlepas dapat dipadamkan sendiri atau tidak, tetap wajib menghubungi Damkar

Pengelompokkan kebakaran menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1 mengkalisikasikan kebakaran menjadi 4 yaitu katagori A,B,C,D. Sedangkan National Fire Protection Association (NFPA) menetapkan 5 katagori jenis penyebab kebakaran, yaitu kelas A, B, C, D dan K.  Bahkan beberapa Negara menetapkan tambahan klasikasi dengan kelas E.

Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebakaran Klas A

Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh : Kebakaran kayu, kertas, kain, plastik, dsb.
Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah dengan : pasir, tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .

2. Kebakaran Klas B

Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.
Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.
Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung pemadam (dry powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.

3. Kebakaran Klas C

Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik.
Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.

4. Kebakaran Klas D

Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium, kalium, dsb.
Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.

5. Kebakaran Klas K

Kebakaran yang disebabkan oleh bahan akibat konsentrasi lemak yang tinggi. Kebakaran jenis ini banyak terjadi di dapur. Api yang timbul didapur dapat dikategorikan pada api Klas B.

6. Kebakaran kelas E

Kebakaran yang disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek pada peralatan elektronik. Alat pemadam yang bisa digunakan untuk memadamkan kebakaran jenis ini dapat juga menggunakan tepung kimia kering (dry powder), akan tetapi memiliki resiko kerusakan peralatan elektronik, karena dry powder mempunyai sifat lengket. Lebih cocok menggunakan pemadam api berbahan clean agent

Setelah pemaparan pelatihan, acara dilanjutkan dengan praktek penanganan kebakaran dengan dua cara, yaitu dengan karung goni yang dibasahi dan menggunakan apar.

Satu persatu anggota keamanan dan pengurus gereja mencoba untuk memadamkan api dengan menggunakan karung goni. Sepertinya mudah, akan tetapi dalam percobaan pemadaman yang pertama, tidak mudah memadamkan api, hal ini berhubungan dengan tingkat keberanian dari orang yang melakukan pemadaman api.

Pada latihan pemadaman dengan menggunakan apar, seluruh yang hadir termasuk romo Gregorius Kriswanta Pr, diajarkan cara membawa apar, membuka pin dan menggunakan apar untuk memadamkan api.

Pada pelatihan penggunaan apar ini, romo Gregorius Kriswanta Pr didampingi bapak Heru, mencoba memadamkan api, dan berhasil.

Dari hasil pelatihan pemadaman api, ditarik kesimpulan bahwa kebakaran dapat di tanggulangi dengan cepat, jika kita tahu bahan yang terbakar dari apa sesuai klasifikasi dan alat apa yang dapat digunakan untuk memadamkan api. Juga tingkat keberanian dari orang yang pertama kali mengetahui kebakaran.

Posting Komentar

0 Komentar