Pada sabtu siang (20/6/2015), bertempat di Limasan Gereja St Alfonsus Nandan, berlangsung pertemuan antara tim Master Plan Gereja dengan Tim Pembangunan KAS, yang membahas perencanaan pengembangan Bangunan Gereja St Alfonsus Nandan.
Tim Pembangunan dari Keuskupan Agung Semarang yang hadir pada pertemuan tersebut adalah : Pak Herwindo, Pak Thomas Dwi, Pak MR. Priyanto, Romo V. Kirjito Pr, sedangkan dari Paroki Nandan, selain Tim Master Plan juga hadir Romo Gregorius Kriswanta Pr dan Romo Yohanes Dwi Harsanto Pr.
Dalam kesempatan ini, salah satu tim Master Plan memberikan penjelasan latar belakang perencanaan pengembangan Gereja St Alfonsus Nandan.
Galeri foto klik disini
Bahwa Gereja St Alfonsus Nandan memiliki ciri khas bangunan yang megah dan menjadi cagar budaya, dengan suasana lingkungan yang sangat tenang, jauh dari kebisingan kendaraan, cocok untuk menyepi dan berdoa. Selain itu lokasi gereja nandan berdampingan dengan TK, SD, SMP Caritas, Bruderan Caritas dan CSsR.
Gereja nandan memiliki lahan yang sangat luas yang perlu penataan ulang sehingga komplek gereja nandan mampu menjadi komplek gereja yang dapat mewadahi kebutuhan umat.
Dalam sambutannya, Rm Kirjito berkata : “Ini pertama kali saya ke Nandan. Memang luar biasa, tanahnya luas dan hijau. Saya diberi tugas untuk memberikan pendidikan lingkungan hidup yang langsung bisa diterapkan pada masyarakat. Saya menyelidiki air, udara, tanah, cahaya matahari… Saat ini, saya akan bicara tentang apa yang saya dalami yaitu air hujan. Saya pernah tinggal lama di kalangan orang di Deles lereng Merapi sisi Timur selatan yang hanya hidup dari air hujan. Di Jepang, juga, orang memakai air hujan, bahkan kamar mandinya diberi tulisan: “Kamar Mandi ini memakai air hujan”. Di Indonesia, tampaknya ada kesengajaan bahwa air hujan tidak dibudayakan. Usul saya, gereja Nandan harus membudayakan air hujan. Semua tanaman di Nandan ini selama 9 bulan hidup sehat oleh air hujan. Musim kemarau, Anda sirami mereka dg air Sumur. Apakah bisa sesubur ketika Musim hujan dan embun? Tidak. Hutan itu sehat alami karena air hujan dan embun, air yang murni. Air dikatakan murah. Namun, kok kita membayar kalo mengambilnya di supermarket? Ya, air itu murah ketika dibuang, namun mahal ketika diambil. Yang mahal ialah wadahnya, yaitu plastik dll. Mari tampung air hujan sebanyak-banyaknya. Saya mesti keluar biaya untuk memelihara air hujan. Entah itu drainase, tampungan, harus ada. 70 persen tubuh kita air. 70 persen dunia ialah air. Maka Gereja Nandan ini 70 persen Lahan harus menampung air. Demi kelestarian keutuhan kehidupan. Semua kehidupan, dihidupi oleh air hujan”.
0 Komentar