Rekoleksi Paguyuban Organis


Puji Tuhan, Rekoleksi Paguyuban Organis Gregorius dengan tema “Meningkatkan Kepedulian dan Kerja Sama sebagai Paguyuban Gerejani dalam Semangat Kasih Persaudaraan” berlangsung lancar pada hari Sabtu, 20 Februari 2016 bertempat di Joglo Antoni, Gereja St. Alfonsus Nandan, dengan narasumber kami Rm. Gregorius Kriswanta, Pr. Rekoleksi sederhana ini berlangsung selama tiga jam yakni dari pukul 19.00 hingga pukul 22.00. Yang hadir berjumlah 28 orang, terdiri dari sembilan orang dari komunitas organis, sepuluh orang dari komunitas pelatihan, dan sembilan orang lainnya adalah calon anggota pelatihan organis (paguyuban sedang membuka pendaftaran anggota pelatihan organis yang baru, kemudian diundang ikut rekoleksi).Diawali dengan makan malam bersama terlebih dahulu di Limasan Gereja.

Acara setelah makan malam adalah Doa pembuka. Setelah itu, sambutan oleh koordinator Paguyuban Organis yaitu Bu Sinta. Bu Sinta menyampaikan bahwa Paguyuban Organis terdiri dari dua komunitas, yaitu komunitas organis dan komunitas pelatihan organis. Komunitas organis adalah yang sudah sering mengiringi (misa mingguan) dan komunitas pelatihan organis beranggotakan orang-orang yang akan dipersiapkan untuk mengiringi misa harian terlebih dahulu. Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan organis di Paroki Nandan, sekarang dan kelak.


Galeri foto klik disini

Setelah sambutan, masuk pada pemaparan materi dari Narasumber, judul materi yang diberikan Rm. Gregorius Kriswanta, Pr. adalah “Banyak Anggota tapi Satu Tubuh”. Beliau menyampaikan materinya diselingi dengan beberapa video inspiratif, antara lain, video dimana orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik tapi masih bisa berprestasi di bidang olahraga. 

Artinya bahwa kita tetap harus mengembangkan talenta yang kita miliki diatas keterbatasan kita. Selain itu, ditampilkan pula video anggota paduan suara, tetapi yang bernyanyi hanya dua orang, lainnya hanya berdiri dibelakang mereka berdua. Mengapa yang bernyanyi hanya dua orang tetapi bisa begitu luar biasa? Disini kita bisa mengambil arti bahwa mereka yang hanya berdiri dibelakang juga sangat berfungsi, dua anak tersebut bernyanyi baik karena “merasa didukung” oleh orang-orang dibelakang mereka.

Begitupun dengan Paguyuban ini, mungkin memang belum semuanya mahir dalam mengiringi di gereja, beberapa masih dalam proses pelatihan, tetapi jikakita tingkatkan kepedulian dan kerja sama, semua orang didalamnya menjadi sangat berguna, mungkin menjadi pengurus jadwal organis misalnya, mengurusi konsumsi paguyuban, dll.


Pesan Romo di akhir acara adalah paguyuban harus ada inovasi baru misalnya membuat konser musik kecil-kecilan. Selain itu, tidak ada orang yang “tidak ada waktu” alias sibuk, yang ada hanyalah ketidakinginan mengikuti kegiatan yang ada didalam paguyuban. Maka dari itu, harus ada kesadaran dari diri sendiri untuk tetap aktif. (kontributor Jovita Angela)

Posting Komentar

0 Komentar