Rekoleksi Pro Diakon “Pro Diakon = Pelayan Bukan Pejabat”

Sebagai bentuk penyegaran bagi para Pro Diakon Paroki Santo Alfonsus Nandan, diadakan Rekoleksi selama dua hari (20-21/2) bertempat di Lentera Kasih, Pantok Wetan, Kelurahan Banjaroya, Kalibawang, Kulon progo.

Rekoleksi ini diikuit peserta berjumlah 45 orang, dan sebagai moderator atau motivator adalah bapak Frans Lim.

Hari Pertama

Tepat pukul 17.00 wib, acara di mulai dengan yel yel sapaan, oleh bapak Frans dan di sambut dengan jawaban YES…YES…YES…dari peserta rekoleksi.

Pada sesi pertama, para perserta di berikan selembar form yang berisi kolom untuk dimintakan tanda tangan  pada rekan-rekan Pro Diakon.  Yang mendapat tanda tangan paling banyak mendapat reward dan yang paling sedikit mendapat punishment.

Tujuan dari game perkenalan ini adalah agar para peserta dapat saling menyapa dan mengenal lebih jauh rekan-rekan sesama Pro Diakon.



Kemudian para peserta rekoleksi di minta untuk membaca bersama-sama Kitab Suci Matius 7: 1-5, Hal menghakimi


“7:1 Jangan kamu menghakimi 1 , supaya kamu tidak dihakimi. o  7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. p  7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? 7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. 7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.“

Pak Frans memberikan sebuah cerita, di sebuah ruangan yang besar di surga, terdapat tiga ruangan, di ruang pertama nampak para malaikat sibuk menelpon, mencatat dan ber sms an, di ruang kedua masih juga nampak hal yang sama tapi tidak semua malaikat melakukan hal tersebut, dan di ruang yang ketiga nampak lebih banyak malaikat yang tidur, hanya sedikit yang menelpon atau ber sms an.

Cerita tersebutmemiliki makna, bahwa di ruang yang pertama para malaikat menerima dan mencatat doa, permintaan dan keluhan dari manusia, begitu juga dengan malaikat di ruang kedua.  Sedangkan di ruang yang ketiga para malaikat tidak tampak sibuk karena mereka menunggu jawaban dan balasan dari manusia.

‘Bersyukur adalah awal dari segalanya dan sebagai Pro Diakon adalah salah satu cara Allah memilihku untuk bekerja di ladang Tuhan”


Galeri foto klik disini

Acara di selingi dengan permainan 3 warna, dan setiap peserta di beri modal 3 warna yang berbeda.  Mereka diminta untuk saling adu warna ke peserta yang lain.

Acara rekoleksi hari pertama di tutup dengan pembuatan salib dari barang-barang yang dibawa peserta.  Makna dari pembuatan salib ini adalah “Dengan semakin banyak orang maka kita akan semakin terlihat,”  artinya dalam bertugas sebagai Pro Diakon akan lebih ringan jika dilakukan bersama-sama.

Hari Kedua

Di hari yang kedua, acara rekoleksi diawali dengan ibadat, dalam ibadat ini bapak Frans menyampaikan bahwa “memulai sesuatu dengan bahagia akan lebih baik,” dan mengajak para peserta untuk “Selalu gembira dan tidak mengeluh.”

Dalam ibadat ini di pergunakan juga untuk menumbuhkan rasa syukur kepada Tuhan dan setiap peserta dipersilahkan untuk mengucapkan syukur.

Kemudian dilanjutkan dengan membaca Kitab Suci Matius 5 : 13-16 ; Garam dunia dan terang dunia; secara bersama-sama


“ 5:13 Kamu adalah garam dunia 10 . Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. u  5:14 Kamu adalah terang dunia. v  Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. 5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah w  itu. 5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, x  supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik y  dan memuliakan z  Bapamu yang di sorga.“

Kemudian bapak Frans berkisah tentang seorang raja yang sudah tua dan akan mewariskan tahta kerajaan pada salah satu dari ketiga anaknya.  Sang raja membuat sayembara, di dalam  kerajaan ada satu ruangan yang luas, setiap anak diminta untuk mengisi ruangan itu sampai penuh tanpa ada celah.  Setiap anak mendapat modal yang sama.

Si sulung segera bergegas menghabiskan modalnya untuk membeli tumpukan jerami, dan semuanya di letakkan di dalam ruangan tersebut sampai penuh, tetapi masih tampak celah-celah di antara tumpukan jerami.

Si tengah juga sama menghabiskan modal untuk membeli balon yang cukup banyak, segera di tiup balon-balon tersebut dan di masukkan dalam ruangan tersebut, walaupun terisi penuh tetapi masih tampak celah-celah yang kosong.

Tinggal si bungsu, dia pergi untuk membeli pelita dan korek api dan sisa modal di kembalikan pada sang raja, dan di malam hari mengajak sang raja untuk memasuki ruangan tersebut yang gelap, kemudian si bungsu menyalakan pelita, dan cahaya pelita memenuhi semua ruangan tanpa ada celah.

Karena kepandaian dan bijaksana si bungsu, maka di pilih untuk menggantikan ayahnya menjadi raja.

Untuk lebih menyegarkan suasana,s etelah makan pagi, pak Frans mengajak para peserta untuk melakukan game “Trust Fall”, game tersebut dapat dilihat di video di bawah ini.

Makna dari game ini adalah :

  1. Keberanian ada jika saya percaya
  2. Saya berani karena ada beberapa teman saya yang siap menerima saya
  3. Keberanian dan kebersamaan akan memunculkan kepercayaan
  4. Yang di bawah memiliki hati dan punya tanggung jawab.
  5. Pro Diakon tidak dapat berdiri sendiri, perlu teman saat bekerja.

Setelah game peserta rekoleksi kembali ke aula, dan acara dilanjutkan dengan perumpaan 10 orang kusta yang di sembuhkan oleh Yesus, Lukas 17: 11-19;Kesepuluh orang kusta


“ 17:11 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem f  Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. g  17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta h  menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh i  17:13 dan berteriak: “Yesus, Guru, j  kasihanilah kami!” 17:14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam. k ” Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. 17:15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah l  dengan suara nyaring, 17:16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya 4 . Orang itu adalah seorang Samaria. m  17:17 Lalu Yesus berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? 17:18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?” 17:19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.“

Dalam bacaan tersebut hanya ada 1 orang yang kembali untuk berterima kasih kepada Yesus, dan 9 orang lainnya pergi begitu saja.  Dari bacaan tersebut peserta di minta untuk membuat 9 alasan, mengapa 9 orang tersebut pergi begitu saja.

Alasan-alasan tersebut antara lain :

  1. Saya senang, sehingga lupa atau lalai
  2. Untuk apa? Sudah cukup
  3. Aku tak biasa
  4. Saya “pamer” sehingga lupa
  5. Malas kembali/lain kali
  6. Promosi kemana-mana
  7. Ada urusan penting yang lain
  8. Acara keluarga
  9. Masa bodoh/tidak penting

Sebagai selingan, peserta rekoleksi diajak untuk menyanyikan lagu kodok ngorek dan lihat kebunku secara bersamaan, lihat video berikut ini :



Setelah bernyanyi para Pro Diakon diajak bermain game Samson, Delilah dan Singa



Makna dari permainan ini adalah :

  1. Perlunya kebersamaan dan kerjasama  dan terlibat satu dengan yang lain
  2. Akan menghasilkan yang hebat jika mau saling memperjuangkan satu sama lain.
  3. Dengan tidak komitmen dan kebersamaan, akan menghancurkan.

Dari makna permainan tersebut, para Pro Diakon kemudian membuat komitmen bersama, yang tertuang dalam “


KOMITMEN PRODIAKON

PAROKI SANTO ALFONSUS NANDAN

Periode 2016 – 2018


  1. Datang 15 menit sebelum bertugas
  2. Mentaati jadwal pelayanan dan pertemuan rutin
  3. Melaksanakan pelayanan dengan suka cita
  4. Kepedulian setiap individu, sebagai penganti dan melihat ke Sankristi
  5. Koordinator tugas selalu melakukan cek
  6. Latihan tata gerak setiap hari Jumat jam 18.00 wib
  7. Apabila berhalangan tugas wajib mencari pengganti sendiri
  8. Bersedia untuk mengikuti pertemuan BISA (wajib)

Komitmen tersebut merupakan hasil dari penyegaran atau rekoleksi dan merupakan acuan dari Pro Diakon dalam bekerja di ladang Tuhan.


Pro Diakon Paroki Santo Alfonsus Nandan “Selalu Bergembira dan Tidak Mengeluh.”

Posting Komentar

0 Komentar