Melayani Dengan Tulus dan Sepenuh Hati - Rekoleksi Pengurus Lingkungan Paroki St Alfonsus Nandan


Wisma Lentera Kasih, 18 - 19 Juni 2016.

Pengurus Lingkungan Paroki St Alfonsus Nandan kembali mengadakan rekoleksi selama 2 hari (18-19 Juni 2016).
Rekoleksi ini dipergunakan untuk penyegaran kembali setelah satu tahun yang lalu mereka juga mengadakan rekoleksi di tempat yang sama.


Untuk rekoleksi ini pesertanya lebih banyak dibandingkan tahun yang lalu, karena setiap lingkungan mengirimkan 2 sampai 5 pengurus lingkungan untuk mengikuti rekoleksi.
Selama dua hari mereka mendapatkan motivasi dari bapak Frans liem, seorang motivator sekaligus pemilik dari Wisma Lentera Kasih.

Dengan rekoleksi, diharapkan para pengurus lingkungan menjadi lebih bersemangat dalam mengabdi untuk lingkungannya.


Galeri foto klik disini

Dihari yang kedua, romo Gregorius Kriswanta Pr memberikan pencerahan, dengan memberikan Filosofi Angsa: Belajar Kebersamaan dan Cinta Sejati dari Angsa.  Dalam "Kisah Angsa" di perlihatkan serombongan angsa terbang dengan membentuk formasi huruf "V".
Mereka membentuk formasi huruf V, bukan tanpa alasan, karena para fisikawan mencatat bahwa tingkat resistensi terhadap angin akan lebih rendah, dalam formasi seperti itu, dibandingkan dengan terbang sendiri. Ini jauh lebih bermanfaat bagi mereka guna memacu kecepatan. 

Baca juga : Rekoleksi Pro Diakon “Pro Diakon = Pelayan Bukan Pejabat”

Bila ada anggota yang sakit, atau sayapnya kelelahan, lalu terlempar dari formasi, maka akan ada angsa yang lain yang datang mengapit untuk tetap terbang dalam formasi huruf V kecil yang baru. Dukungan sosial ini begitu penting, dalam menjaga kekompakan dan keberlangsungan hidup, agar yang lemah bisa tetap terbang dan tidak terjatuh sendirian. Berangkat bersama, terbang bersama, hingga sampai ditujuan juga bersama-sama. Seakan begitu filosofi mereka. Terbang sendirian bukan hanya soal keamanan, tetapi juga soal efektivitas kecepatan dan kepakan sayap.

Ketika angsa paling depan merasa lelah, maka dia akan terbang memutar ke belakang formasi V angsa itu dan angsa lain akan menggantikan posisinya untuk sementara waktu. Jika angsa tersebut sudah memulihkan tenaganya, dia akan kembali ke depan. Demikian seterusnya.

Dalam hidup, terutama terkait kepemimpinan, kita juga harus belajar bahwa ada saatnya seorang pemimpin untuk mundur sejenak. Membiarkan orang lain menggantikannya terlebih dahulu untuk memimpin. Namun bukan berarti dia melupakan tugasnya dalam mengarahkan.

Satu hal yang masuk dalam hasil pengamatan dari Formasi V ini adalah bahwa selama dalam formasi ini, para angsa mengeluarkan suara riuh rendah. Tujuannya adalah untuk menyemangati angsa yang di depan mereka – agar terus terbang.

Belajar dari angsa itulah, kita dapat memahami bahwa dalam kelompok, kita juga harus saling menguatkan dan mendukung. Tidak bisa kita hanya mengandalkan satu yang paling depan, pemimpin saja.

Ternyata, jika ada yang tertembak atau sakit dalam perjalanan, dua angsa akan keluar dari Formasi V ini dan menemani sang angsa tersebut. Mereka kemudia membuat formasi baru. Formasi ini terus dilakukan hingga angsa yang sakit itu sembuh atau meninggal. Jika sudah demikian, barulah dua angsa itu kembali dalam formasi.

Inspirasi terakhir dari Formasi V Angsa ini mengajarkan kita bahwa di dalam hidup ini, kita membutuhkan orang lain. Seseorang yang dapat menemani kita dalam suka ataupun duka. 


Rekoleksi ditutup dengan misa yang dipimpin oleh romo Gregorius Kriswanta Pr serta ada iringan musik dan koor dari anak-anak Papua.

Posting Komentar

0 Komentar