MENGENAL KITAB-KITAB PERJANJIAN LAMA - PERTEMUAN 3

B. KITAB NABI-NABI

Kelompok kedua ini disebut Kitab Nabi-nabi. Untuk bisa melihat kaitan kitab nabi-nabi ini dengan bagian sebelumnya, kita bisa berangkat dari makna kata “nabi” itu sendiri. Kata Indonesia “nabi” sebenarnya bukanlah kata asli Indonesia tetapi berasal dari bahasa Arab yang serumpun dengan bahasa Ibrani. Makna kata Ibrani “nabi” banyak didiskusikan, tetapi secara umum seorang nabi adalah seorang yang diutus Allah untuk menyampaikan firman-Nya kepada orang lain atau umat pilihan-Nya. Meskipun demikian, seorang nabi tetap mempunyai kebebasan dalam menafsirkan dan merumuskan pesan yang mau ia sampaikan. Dengan kata lain, seorang nabi bukan hanya corong atau pengeras suara saja yang hanya mengatakan ulang apa yang ia terima dari Allah.

Lalu untuk apa seorang nabi diutus? Tentu para nabi tidak diutus hanya untuk say hello saja. Allah punya maksud tertentu. Berdasarkan tradisi alkitabiah bisa dikatakan bahwa tugas seorang nabi adalah menjaga dan memastikan agar bangsa Israel yang  berjalan melintasi zaman tetap hidup sesuai dengan Hukum Taurat. Pesan yang diberikan kepada Yosua mungkin memberi gambaran, “Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi” (Yos 1,7). Berhasil tidaknya Israel, berkat atau kutuk yang diterima Israel tergantung sepenuhnya pada pelaksanaan Hukum Taurat. Jika taat pada Hukum, berkat diperoleh; sebaliknya jika tidak taat, kutuk sudah menanti. Dalam situasi seperti ini, Allah masih mengutus para nabi untuk mendampingi Israel: menegur apabila mereka menyeleweng dan menghibur manakala mereka berada dalam kesulitan.

Karena fungsi atau tugas nabi adalah menyapa bangsa Israel pada periode tertentu, maka jelas bahwa untuk bisa memahami maka para nabi mesti diletakkan pada konteks sejarahnya. Sebenarnya hal ini tidak terlalu sulit karena kalau kita membaca kitab para nabi, dengan cukup mudah kita ketahui di mana atau dalam situasi apa seorang nabi berkarya. Oleh karena itu, pentinglah membaca teksnya dengan teliti.

Secara umum, para nabi Israel berkarya antara abad 8 sampai abad 4 sM. Yang dimaksud di sini adalah para nabi yang tulisan-tulisannya sekarang menjadi bagian dari kitab nabi-nabi. Tidak termasuk di sini para nabi yang kisahnya terdapat, misalnya dalam kitab 1-2Samuel dan 1-2Raja-raja (misalnya, nabi Gat, nabi Natan, nabi Elia, nabi Elisa, dsb.) tetapi tidak meninggalkan tulisan atas namanya. Mereka berkarya sejajar dengan raja-raja Israel dan Yehuda, walaupun memang tidak semua. Boleh dikatakan bahwa pewartaan para nabi merupakan detil atau close up dari beberapa raja Israel dan Yehuda.

Secara garis besar, tulisan-tulisan para nabi itu bisa dibagi menjadi tiga kelompok periode:
1.        Periode sebelum Pembuangan
2.      Periode Pembuangan
3.       Periode sesudah Pembuangan
Kita lihat satu per satu secara singkat.

1.         Periode sebelum Pembuangan

Bagian ini bisa dibagi lagi menjadi 2 kelompok: yaitu para nabi yang berkarya pada abad 8 dan mereka yang berkarya menjelang pembuangan (650-600 sM). Kelompok pertama adalah nabi Amos, Mikha, Hosea dan Yesaya (Yes 1-39 atau Proto-Yesaya). Kalau kita membaca kitab Amos – Hosea – Mikha, cukup jelas bahwa mereka berhadapan dengan penyelewengan bangsa Israel. Amos dan Mikha mengecam habis-habisan bangsa Israel karena memperkosa keadialan sosial. Hidup keagamaan berjalan dengan amat baik, tetapi tidak dibarengi dengan sikap sosial yang memadai. Nabi Hosea mengritik bangsa Israel yang “berzinah” dengan allah-allah lain. Sementara nabi Yesaya menasehati Raja Ahab agar tidak tergoda meminta pertolongan dari kerajaan Asyur ketika dikepung oleh Israel dan Damsyik dalam kasus perang Syro-Efraim (lihat Yes 7).
            
Posisi Israel yang strategis seperti itu memang membuatnya menjadi rebutan kekuatan negara superpower seperti Mesir dan Mesopotamia. Tidak jarang mereka berebut pengaruh di Israel. Akibatnya, Israel pun terombang-ambing; atau berpihak pada Mesir atau pada Mesopotamia. Pada periode menjelang pembuangan berturut-turut muncul beberapa nabi yang mewartakan kehendak Allah kepada Israel. Bisa disebut antara lain, nabi Zefanya, Nahum, dan Habakuk. Masing-masing mewartakan pesan singkat tentang tema atau pokok tertentu. Karena singkatnya pesan, maka mereka biasa disebut juga nabi-nabi kecil. Di antara nabi-nabi besar, yang patut disebut di sini adalah Nabi Yeremia merupakan salah satu nabi yang pada waktu itu pewartaannya dianggap aneh: Israel disuruh menyerah dan menerima “kuk” Babel (Yer 27). Yeremia bahkan mengirim surat kepada orang buangan supaya menjalani bahkan menikmati hidup yang biasa saja di tanah asing. Tidak usah tegang dan memberontak. Pewartaan ini dianggap sebagai tidak nasionalis, tetapi kemudian terbukti benar.

Nabi Yehezkiel termasuk nabi yang juga diangkut ke pembuangan. Menjelang jatuhnya Yerusalem dan Bait Suci, nabi Yehezkiel mendapat penglihatan bahwa kemuliaan TUHAN meninggalkan Bait Suci (Yeh 10). Hal ini menggambarkan bahwa ketika Bait Suci dihancurkan Babel, YHWH sudah tidak ada di dalamnya. YHWH justru berangkat mengikuti umatnya ke pem buangan (bdk. Yeh 43,2). Nabi Yehezkiel juga menubuatkan pemulihan Bait Allah yang dihancurkan Babel. Dalam Yeh 40-48 dinubuatkan akan hadirnya zaman baru yang diwujudkan dalam bentuk Bait Suci yang Baru.

2. Periode Pembuangan

Akhirnya malapetaka tidak terhindarkan. Pada tahun 587 Kerajaan Yehuda dihancurkan oleh Babel. Penduduk dari kalangan atas dibuang ke Babel. Peristiwa ini jelas menimbulkan krisis besar dalam diri orang Yehuda. Sebagai bangsa terpilih, mereka tidak bisa membayangkan bahwa mereka akhirnya bisa hancur. Tanah terjanji yang diperjuangkan dan selama ini dipertahankan – bahkan juga dengan jaminan janji YHWH kepada Daud lewat Nabi Natan – ternyata sekarang lepas dari tangan mereka. Mereka tidak bisa mengerti bahwa Yerusalem dengan Bait Sucinya yang diyakini sebagai tempat tinggal YHWH ternyata bisa dihancurkan oleh musuh. Banyak orang berpikir bahwa YHWH sudah memutuskan hubungan dengan mereka karena pelanggaran mereka terhadap perjanjian yang mereka ikat bersama YHWH. Pembuangan adalah kutuk perjanjian. Mereka menyesal, tetapi nasi sudah jadi bubur. YHWH sudah memutuskan hubungan-Nya dengan bangsa Israel.
  
Beberapa saat kemudian di Yehuda orang menulis Kitab Ratapan untuk meratapi kehancuran Yerusalem dan Bait Suci yang didirikan oleh Salomo. Kita tidak tahu persis bagaimana situasi orang yang dibuang di Babilonia itu. Mzm 137 yang diawali dengan kalimat “Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion” mungkin bisa menggambarkan situasi di tanah pembuangan. Meskipun demikian, dari sudut sosial ekonomi, situasinya tampaknya tidak terlalu parah. Nabi Yeremia mengirim surat kepada orang buangan untuk menjalani hidup ini dengan santai. Bahkan orang buangan itu dianjurkan untuk mengusahakan “kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yer 29,8).

Dalam situasi pembuangan ini tampillah tiga nabi besar yang mendampingi Bangsa Israel. Nabi Yeremia, nabi Yehezkiel dan seorang nabi anonim mewartakan bahwa Pembuangan bukanlah akhir segala-galanya. Mereka memang dihukum, tetapi hukuman ini bukan tanpa batas.  Sang nabi anonim, yang pewartaannya lalu disatukan dengan nabi Yesaya (Yes 40-55), dan oleh karena itu biasa disebut “Deutero-Yesaya” menyerukan, “Hiburkanlah, hiburkanlah... tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya” (Yes 40,1-2).

Pengharapan bahwa mereka akan kembali ke Tanah Terjanji membuat mereka mampu bertahan dan menjaga identitas mereka sebagai Bangsa Israel di tengah-tengah bangsa-bangsa asing lainnya, di tanah asing. Karena Bait Suci tidak ada, maka sebagai gantinya mereka berkumpul pada hari Sabat dan menjalankan semacam ibadat sabda. Firman YHWH mulai berperanan di dalam jemaat. 

Satu catatan tentang tulisan singkat yang kemudian disebut nabi Obaja (hanya satu bab dengan 21 ayat). Tulisan ini seringkali dikaitkan dengan seorang nabi yang mewartakan pesannya di Yehuda pada tahun-tahun awal sesudah malapetakan tahun 586. Satu topik penting dari kitab ini adalah kritik yang amat keras terhadap Edom, bangsa yang memanfaatkan malapetaka di Yehuda untuk merebut sebagian daerah Yehuda di bagian selatan.

3. Periode Sesudah Pembuangan

Akhirnya, seperti sudah kita lihat dalam kitab 2Taw dan Ezra, Koresh, raja Persia yang baru naik tahta menggulingkan Babilonia mengambil strategi yang berbeda dengan raja sebelumnya dalam berhadapan dengan raja dan kerajaan kecil di sekitarnya. Kalau raja sebelumnya, termasuk Babel, melumpuhkan raja-raja tersebut dengan membuang kalangan atas dari para penduduknya, Koresh memilih untuk memberikan izin bagi orang buangan untuk pulang ke negeri mereka masing-masing. Tampaknya Koresh pilih memberikan kemerdekaan terbatas, kepada raja bawahannya tetapi tetap berada di bawahnya.

            Meskipun ada izin untuk pulang dan membangun kembali tanah kelahiran mereka, tetapi tampaknya tidak banyak yang tertarik untuk kembali. Untuk apa lagi? Toh hidup mereka sudah cukup mapan di Babel? Meskipun demikian, beberapa kelompok mengambil kesempatan ini untuk kembali ke Tanah Kanaan.  Demikianlah, dipimpin oleh Zerubabel, orang-orang buangan secara bertahap mulai kembali ke Tanah Terjanji. Tetapi ternyata sesampainya mereka di tanah Kanaan, aneka macam masalah muncul. Tanah dan rumah yang sudah diduduki oleh mereka yang tidak pernah dibuang, konflik dalam pembangunan Bait Suci, kekecewaanyang timbul akibat kenyataan yang jauh berbeda dari pewartaan yang dijanjikan, dsb merupakan problem yang muncul dalam masyarakat Israel sesudah pembuangan.

            Dalam situasi seperti ini muncul beberapa nabi, seperti misalnya, Nabi Haggai dan Zakaria yang mendorong bangsa untuk mulai membangun Bait Suci. Harus disebut juga seorang - tetapi mungkin lebih dari beberapa orang – nabi anonim yang pesannya sekarang terdapat dalam Yes 56-66 atau biasa disebut dengan Trito Yesaya. Tampaknya nabi(-nabi) ini bergulat dengan nubuat para nabi terdahulu yang dirasa tidak kesampaian secara utuh. Kemudian ada juga tulisan nabi Yoel dan Yunus. Kitab nabi Maleakhi menutup rangkaian kitab nabi-nabi ini. Cukup jelas bahwa kitab Maleakhi memperlihatkan adanya kesulitan internal yang ada di dalam komunitas Yahudi pada abad V serta juga peran penting dari masalah kultik dalam kehidupan mereka.

            Kitab Maleakhi yang menutup bagian kitab Nabi-nabi ini mempunyai akhir yang menarik (4,1-6). Diingatkan bahwa “hari TUHAN” akan datang (Mal 4,1.5).  Sebelum hari itu datang, dikatakan bahwa “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah” (Mal 4,5-6). Elia yang tidak pernah mati tetapi diangkat ke surga (2Raj 2,1-18) akan datang lagi. Dengan demikian, kitab nabi-nabi ditutup dengan sebuah pengharapan ke masa depan. Ending-nya adalah ending yang terbuka. Apa pun yang dimaksud dengan “Hari TUHAN”, kedatangannya akan didahului oleh kedatangan Nabi Elia. Siapa yang dimaksud? Menarik bahwa dalam nubuat kelahiran Yohanes Pembaptis, dikatakan bahwa “Ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati para bapak berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar” (Luk 1,17). Yesus dalam Injil Matius mengatakan, “Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia”. Terhadap kata-kata Yesus ini, penginjil memberi komentar, “Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis” (Mat 17,12-13). Orang Kristen memandang Yohanes Pembaptis sebagai Elia yang akan datang mendahului “Hari TUHAN”. Sementara orang Yahudi masih menantikan kedatangan Elia. Pada setiap perayaan Paskah Yahudi sampai saat ini, tersedia 5 piala untuk perjamuan, satu di antaranya disebut Piala Elia karena diperuntukkan bagi Elia yang dinantikan kehadirannya untuk menyelesaikan sejarah ini.

3. KITAB-KITAB HIKMAT ATAU SASTRA KEBIJAKSANAAN

Sampai saat ini kita sudah melihat dua blok besar dari kitab-kitab Perjanjian Lama, yaitu kitab-kitab sejarah dan kitab nabi-nabi. Tertinggal sekarang satu blok tulisan yang isinya bermacam-macam jenis yaitu kitab-kitab hikmat atau kitab kebijaksanaan. Seperti hukum selalu dikaitkan dengan Musa dan mazmur dengan Daud, maka tulisan-tulisan kebijaksanaan dikaitkan dengan Salomo, karena dia dianggap raja yang paling bijaksana. Tetapi apa itu kitab kebijaksanaan atau hikmat?

            Kita mulai dengan membahas Kitab Amsal, karena kitab ini yang paling mewakili sastra kebijaksanaan. Dalam tulisan-tulisan yang kita  bahas sebelumnya, kita melihat bagaimana Allah ikut campur dalam sejarah umat-Nya. Demikian juga dalam kitab nabi-nabi kita melihat Alla yang terlibat melalui perantaraan para nabi yang diutus-Nya. Tidak demikian halnya dengan kitab kebijaksanaan. Di dalam kitab hikmat, khususnya Amsal, Allah tidak langsung terlibat dalam hidup manusia. Kitab Amsal merupakan refleksi atas pengalaman hidup yang amat biasa, seperti persahabatan, kerja, rumah tangga, uang, dsb. Peristiwa-peristiwa besar bagi Israel tidak pernah muncul dalam kitab Amsal. 

Melalui pengamatan yang lama, orang akhirnya bisa berkesimpulan bahwa tindakan tertentu akan menghasilkan hasil tertentu juga. Sebagai contoh, air jika dipanaskan sampai suhu tertentu akan mendidih.  Dari situ orang bisa mengatakan bahwa air mendidih pada suhu 100o Celsius. Demikian juga orang bisa mengatakan “Rajin pangkal pandai” atau “Hemat pangkal kaya.” Dari sini orang lalu mengajarkan, “Rajinlah belajar kalau ingin pandai” atau “Berhemat jika kamu ingin kaya.” Ini menjadi petunjuk konkret bagaimana kaum muda bisa hidup lebih baik dan belajar dari kesalahan terdahulu. Demikianlah, kitab Amsal merupakan kumpulan ajaran atau kata-kata bijak agar hidup bisa lebih nyaman.

Tetapi kita tahu bahwa halnya tidak selalu berjalan dengan lancar. Tidak selalu orang hemat menjadi kaya, orang rajin menjadi pinter. Tidak selalu orang saleh mendapatkan berkat. Kitab Ayub menunjukkan secara panjang lebar bahwa ada orang benar tetapi menderita atau mendapat kutuk. Ini bertentangan dengan pengajaran kitab Amsal. Orang benar yang menderita menjadi skandal atau persoalan besar dalam hidup keagamaan. Untuk apa bermoral kalau ternyata tidak menghasilkan apa-apa bahkan menerima penderitaan? Kitab Ayub belum bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Hanya dikatakan bahwa Allah terlalu besar untuk bisa dipahami manusia. Kitab Pengkhotbah juga menghadapi persoalan yang sama. “Dalam hidupku yang sia-sia aku telah melihat segala hal ini: ada orang saleh yang binasa dalam kesalehannya, ada orang fasik yang hidup lama dalam kejahatannya” (Pkh 7,15). Kitab Pengkhotbah hanya bisa memberikan solusi praktis pragmatis, “Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya” (Pkh 5,17).


Sampai akhir periode Perjanjian Lama, tidak ada jawaban memuaskan sehubungan dengan persoalan ini. Hidup sesudah mati yang mestinya bisa menjadi jawaban baru muncul sekitar abad 2 sM. Nanti, tulisan deuterokanonika, yaitu Kitab Putra Sirakh dan Kitab Kebijaksanaan Salomo berusaha juga menanggapi soal ini.

Sekarang kita melihat Kitab Mazmur. Apa yang dimaksud dengan Kitab Mazmur? Pada dasarnya, mazmur adalah sebuah doa yang dinyanyikan. Pengalaman manusia sebenarnya hanya ada dua: pengalaman menggembirakan dan menyedihkan. Reaksinya pun berbeda. Ketika seorang Israel mengalami hal yang menggembirakan, maka ia bersyukur kepada Allah; sebaliknya, ketika ia mengalami hal yang menyedihkan, reaksinya adalah mengeluh kepada Dia. Dengan demikian, kita mempunyai mazmur keluhan dan mazmur syukur. Keistimewaan sebuah mazmur adalah bahwa doa itu kemudian dinyanyikan. Di dalam ibadat, mazmur ini dinyanyikan sebagai tanggapan atas bacaan dari Kitab Taurat. Oleh karena itu kalau kita amati, mazmur dalam Alkitab kita dibagi menjadi 5 bagian atau lima kitab (Mzm 1-41; 42-72; 73-89; 90-106; 107-150) sesuai dengan Pentateukh atau lima Kitab Musa.

Kidung Agung tampaknya adalah sebuah madah kasih antara dua anak manusia, pria dan wanita. Meskipun demikian, sepanjang sejarah kitab Kidung Agung hampir selalu dianggap menggambarkan hubungan antara Allah – Manusia, atau Kristus – Gereja, atau YHWH – umat Israel. Relasi antara Allah dan manusia sebenarnya hanya bisa dilukiskan dengan analogi. Maka relasi kasih suami istri atau seorang pria dan wanita merupakan gambaran yang dipakai untuk melukiskan relasi Allah dan manusia. Dalam konteks ini, kita bisa memahami mengapa Kristus disebut sebagai Mempelai Pria (Mrk 2,19 par).

Akhir Kata

Kita sudah berusaha menelusuri tulisan-tulisan Perjanjian Lama dalam konteks globalnya masing-masing. Tentu saja waktu tidak memungkinkan kita untuk menelusuri tulisan-tulisan tersebut secara lebih mendetil satu per satu. Harapan saya, semoga pemaparan singkat tulisan-tulisan Perjanjian Lama dalam panorama global sejarah keselamatan Allah yang terlaksana dalam sejarah bangsa Israel menimbulkan niat dan kehendak kita untuk menelusuri sendiri dan menikmati tulisan-tulisan Perjanjian Lama ini. Kita ingat ungkapan yang terdapat dalam salah satu dokumen Komisi Kitab Suci Kepausan yang berjudul The Jewish People and Their Sacred Scriptures in the Christian Bible (2001), “Without the Old Testament, the New Testament would be an incomprehensible book, a plant deprived of its roots and destined to dry up and wither.”


DAFTAR RAJA-RAJA ISRAEL dan YEHUDA
YEHUDA
ISRAEL

Rehabeam                          
Abijah (Abiam)                  
Asa                                     





Josaphat                             

Joram                                  
Ahazia                                 


Atalya                                 
Yoas                                     

Amazia                               
Uzziah (Azariah)                

Yotam                                 



Ahas                                   

Hizkia                                

Manasye                            
Amon                                
Yosia                                  
Yoahaz                                                          
Yoyakim                            
Yoyakhin                           

Invasi I Babilonia              

Zedekia                              

Hancurnya Yerusalem     


922-915
915-913
913-873





873-849

849-843
843-842


842-837
837-800

800-783
783-742

742-735



735-727/715

727/715-687

687-642
642-640
640-609
609
609-598
598-597

597

597-587

587

Yerobeam                             


Nadab                                  
Baesa                                   
Ela                                       

Omri                                    
Ahab                                     
Ahazia                                  
Yoram                                   


Yehu                                     


Yoahas                                  
Yoas                                      
Yerobeam II                           

Zakharia                                
Salum                                     Menahem                              
Pekahya                                 
Pekah                                    
Hosea                                     

Jatuhnya Kerajaan Utara             722

922-901


901-900
900-877
877-876

876-869
869-850
850-849
849-843


843-815


815-802
802-786
786-746

746-745
745
745-737
737-736
736-732
732-723


  


Posting Komentar

0 Komentar