Perayaan Paskah Ibu-Ibu Paroki st. Alfonsus Nandan 2017


Ada yang berbeda suasana joglo Antonio pada hari Minggu pagi (30 April 2017). Sesudah misa Minggu pagi itu, banyak ibu-ibu yang datang menuju ke joglo dan disambut oleh ibu-ibu berbaju batik merah dengan ceria. Ternyata hari itu adalah perayaan Paskah ibu-ibu Paroki st. Alfonsus Nandan, dan ibu-ibu wilayah Tengah yang menjadi panitia kali ini dan sebagai ketua Panitia adalah ibu Mamiek.

Perayaan Paskah dengan tema Aku Pelopor  Peradaban Kasih ini  diawali dengan doa dan lagu-lagu dengan iringan organ oleh Pak Aris serta istri sebagai pemimpin lagunya. Sambutan-sambutan disampaikan oleh ibu Mamiek selaku ketua panitia dan ibu Sulastri Susanto selaku ketua Ibu-ibu Paroki.  Sebelum renungan Paskah yang disampaikan romo Paskalis Bayu Edvra, Pr, dilaksanakan penyalaan Lilin oleh Romo Antonius Dodit Haryono, Pr  dan Pak Wasieno. 


Renungan Paskah yang disampaikan romo Paskalis Bayu Edvra, Pr berkaitan dengan makna kata pelopor dalam tema Aku pelopor peradaban Kasih.  Pelopor berarti yang pertama, yang memulai atau mengawali. Menjadi pelopor adalah melakukan hal baru yang lebih baik, tidak hanya ikut-ikutan.  Ibu-ibu diharapkan dapat menjadi pelopor dalam pengembangan gereja menjadi lebih baik.  Ketika diminta untuk memberi tambahan renungan, romo Antonius Dodit Haryono, Pr  menyampaikan bahwa ibu-ibu diharapkan lebih cerdas melihat situasi  juga mampu berbagi kepada yang membutuhkan.


Selaku Wakil Ketua Dewan II, Pak Wasieno diminta menyampaikan sambutannya. Beliau menyampaikan bangga bahwa ibu-ibu selalu punya acara untuk kebersamaan, dan kalau rapat ada ibu-ibu, pasti ‘kopen’.  Disampaikan pula kasih ibu hanya memberi tak harap kembali.



Selanjutnya penampilan dari perwakilan wilayah, dan diawali dari wilayah Timur yang menampilkan tarian modern. Ibu-ibu yang tampil menggunakan kostum kotak-kotak.  Penampilan berikutnya dari wilayah Tengah menampilkan tarian Zumba, lalu disusul wilayah Utara dengan line Dance Lansia. Dari wilayah Selatan menampilkan ‘tembang dolanan bocah’ yang dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan Jawa, yaitu lagu cublak-cublak suweng, Menthok-menthok dan jaranan. Penampilan terakhir dari wilayah Barat kolaborasi dari anak-anak ibu-ibu muda, yang menampilkan tarian modern juga.


Suasana terasa meriah karena di sela-sela pergantian acara dibagikan doorprice dengan cara yang kreatif yang dibawakan oleh MC mbak Decy dan bu Deta. Door prise pertama dibagikan kepada 5 orang ibu perwakilan tiap wilayah yang hadirnya paling awal, lalu ibu yang berulang tahun di bulan April diminta maju dan menyampaikan harapan-harapannya sebelum dibagikan doorprisenya. Dibuat juga semacam acara berpacu dalam melodi, serta mengundang sepuluh orang ibu  maju untuk bersama goyang Morena sebelum mendapat doorprise. Dalam kesempatan ini, romo Paskalis Bayu Edvra, Pr ditarik untuk ikut bergoyang. 


Yang terakhir, diundang ke depan ibu-ibu sepuh untuk diberi doorprice, namun sebelumnya para ibu sepuh ini diminta untuk berjalan seperti peragawati berjalan di atas catwalk… salah satu ibu sepuh yang kena ‘dikerjain’ adalah ibu Krisdiharjo. 

Akhir acara ditutup dengan doa makan sekaligus doa penutup oleh ibu Heru dan berkat dari romo Antonius Dodit Haryono, Pr .  Romo, bapak dan ibu semua dipersilahkan menyantap hidangan di limasan. Menu lodeh kluwih, ayam dan tempe bacem, soon goreng dan peyek teri terasa sangat lezat disantap bersama dalam suasana penuh kegembiraan, dan ibu-ibu siap menjadi Pelopor peradaban Kasih. Berkah  Dalem #Lily

Posting Komentar

0 Komentar