Festival Dolanan Anak, Kembali ke Permainan Tradisional



"Ini cara mainnya bagaimana?", itulah celoteh beberapa anak melihat dolanan tradisional yang mereka pegang.  

Misa minggu kali ini tampak berbeda, beberapa anak-anak tampak berdiri berderet bersama romo Antonius Dodit Haryono, Pr dan romo Pascalis Bayu Edvra, Pr sebagai among tamu menyambut umat yang datang ke gereja.  
Tampak wajah-wajah ceria memberi salam kepada setiap umat yang hadir, dan hari itu minggu (23/7/2017) bertepatan dengan Hari Anak Nasional.  Tiga baris bangku paling depan di sediakan untuk anak-anak dan setelah mendapatkan komuni bath'uk anak-anak berbaris di depan untuk bernyanyi bersama-sama.

Yang paling istimewa adalah panitia lustrum  bersama pendamping PIA telah mempersiapkan acara yang seru untuk anak-anak setelah misa, yaitu festival dolanan anak dimana mereka diajak untuk bermain dolanan tradisional.

Acara ini diadakan karena menjadi keprihatinan dari pendamping PIA, bahwa anak-anak sekarang sudah lupa dengan dolanan tradisional, mereka lebih asyik dengan gadget dan kuota.  Agar anak-anak tidak lupa dengan dolanan tradisional dalam festival ini mereka tidak hanya dolanan tetapi juga di ajak untuk mewarnai dan merangkai dolanan tradisional.  Ada syarat untuk ikut serta acara ini, yaitu orang tua, pendamping dan anak-anak selama mengikuti acara 'dolanan bocah' di larang menggunakan gadget atau hp, dan aturan ini di ikuti dengan baik.

Dalam festival dolanan bocah ada workshop untuk mewarnai angkrek, merangkai kitiran, othok-othok dan payung, anak-anak juga di sediakan arena bermain diantaranya nekeran, dakon, lompat tali, kempyeng, gangsingan, yoyo, bekelan dan sempritan bambu. Ada beberapa dolanan tradisional yang masih asing bagi anak-anak, seperti gangsingan, kempyeng dan bekelan.

Suasana cukup riuh karena selain celoteh anak-anak juga adanya suara-suara peluit bambu yang dibunyikan para pendamping, juga terlihat orang tua yang bernostalgia masa kecil mereka dengan ikut bermain.

Acara dolanan bocah ini mendapatkan tanggapan yang positif dari romo Dodit dan orang tua yang menemani anak-anak bermain, dan hebatnya lagi selama acara berlangsung tidak ada yang memgang hp karena fokus dengan dolanan tradisional.



Menurut romo Antonius Dodit Haryono, Pr bahwa saat ini gadget begitu sangat lekat dan dekat dengan anak-anak, dan bahkan kadang sangat sulit untuk di lepaskan.  Hal ini bisa memberikan efek yang kurang baik untuk sosialisasi mereka.  Dengan adanya festival dolanan tradisional, anak-anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan baik, meninggalkan dunia gadget.  Dengan adanya acara ini anak-anak makin bahagia dan juga makin bersosialisasi dengan teman-temannya.

Selamat Hari Anak Nasional, mari lestarikan dolanan tradisional.#denblangkon


 

Galeri klik disini



Posting Komentar

0 Komentar