St. Alfonsus, Nandan Paroki yang Unik dan Dinamis Sebuah Nostalgia dalam Memori

Tanggal 1 Agustus 2012 merupakan hari yang penting bagi paroki Nandan dan juga bagi saya, karena tanggal tersebut adalah tanggal SK berdirinya paroki mandiri dan SK pengangkatan saya sebagai pastor paroki Nandan beralih tugas dari paroki Babarsari. Selama 4 tahun saya menjadi pastor paroki Nandan sejak berdirinya sebagai paroki mandiri (1 Agt 2012 sd 1 Agt 2016). Banyak keunikan yang saya alami di paroki Nandan ini. Disamping itu juga dinamika yang terjadi menggoreskan kenangan tersendiri bagi saya.

Unik
Keunikan paroki Nandan pertama-tama bukan saja bangunan gedung gereja yang menyerupai piramid atau filosofi yang mau digaungkan sebagai bangunan kemah Allah, tetapi terlebih pada orangnya yang memiliki transisi budaya antara desa dan kota. Tepatnya umat mengalami situasi transisi budaya dari desa ke kota. Dilihat dari letak geografisnya Paroki Nandan berada dalam situasi tersebut, desa juga bukan kota juga belum sepenuhnya. Cara berfikirnya masih bernuansa desa tetapi gaya hidupnya sudah mulai beralih ke model perkotaan. Bangunan kemah Allah sebenarnya memang cocok untuk suasana transisi tersebut, sebab kemah dapat dimaknai sebagai perubahan dan adaptasi menuju tempat tinggal yang baru dengan tetap bergantung pada Allah saja sebagai pegangan hidupnya. 

Paroki Nandan juga memiliki keunikan berdekatan dengan biara pembinaan calon imam CSSR, serta para Bruder Caritas,  sehingga dalam sejarahnya juga banyak diwarnai oleh kedua komunitas tersebut. Menggalang kerjasama pastoral bersama kedua komunitas itu juga terasa mengasyikkan. Potensi lokasi yang dimiliki paroki Nandan juga dapat menjadi keunikan tersendiri apabila ditata dan dikelola dengan terencana. Ada kemungkinan paroki Nandan akan menjadi semacam oase yang akan dikunjungi banyak orang mengingat tempat sejuk dan luas sekarang ini jarang didapat. Potensi budaya jawa akan semakin mendukung keunikannya jika digali dan dihidupkan oleh umat sendiri. Maka mentalitas umat untuk maju dan mandiri secara kompak dengan dedikasi yang tulus akan menambah kekuatan keunikan paroki Nandan.

Dinamis 
Bagaikan dalam sebuah permainan pingpong para pemain dalam memukul bola tidak selalu sama, bahkan mencari cara untuk melumpuhkan lawannya dengan pukulan-pukulan yang bervareasi serta berganti-ganti gaya, akan membuat permainan itu menjadi hidup dan dinamis. Paroki Nandan hidup dalam dinamika umat yang menggairahkan, menantang, dan vareatif: kadang-kadang bersemangat, kadang-kadang terlalu bersemangat, dan ada kalanya kurang bersemangat. Punya impian yang besar, cita-cita tinggi, dan tidak jarang berkhayal; sehingga seringkali perlu diajak menginjakkan kaki ke bumi agar dapat berjalan dengan telapak kaki sendiri dengan tegap dan perkasa. 

Kehidupan Paroki Nandan sangat dinamis sehingga tidak cukup digambarkan dengan rangkaian kata-kata dalam kalimat, perlu dilengkapi dengan aneka foto kegiatan dan perbandingan kisah dan cerita. Saya sendiri memberi kesan dalam dinamika pastoral yang saya kerjakan untuk paroki nandan sejak lahirnya sebagai paroki mandiri. Pertama saya melakukan orientasi dengan mengadakan berbagai kunjungan dan sapaan bersama pengurusa dewan paroki, sebab pada tahun pertama saya hanya sendiri. Oleh sebab itu rekan kerja saya adalah pengurus dewan paroki yang saya ajak untuk kerja keras melakukan adaptasi dan orientasi dengan idealisme dan cita-cita saya demi perkembangan paroki Nandan. Yang namanya dinamika tentu ada yang menyenangkan ada yang tidak, bersamaan dengan itu ada yang memahami dengan senang hati ada yang merasakan sebagai beban dan bahkan kecurigaan. Namun berkat kegigihan dan kesabaran baik pengurus dewan maupun para ketua lingkungan yang bersama-sama ingin memajukan paroki Nandan, akhirnya semua dinamika yang ada bisa dilalui dengan baik meskipun harus dengan nafas yang tersengal-sengal, kadang-kadang menahan nafas, dan akhirnya bernafas dengan lega…hmmm…lega… 

Untungnya di pastoran, saya hidup dengan dukungan para karyawan yang tidak menyulitkan untuk saya sehingga dalam pelayanan saya tidak banyak menemui hambatan. Tantangan justru sering muncul ketika ada orang yang kurang memahami dan minta dilayani secara istimewa. Namun begitu semuanya saya rasakan sebagai bagian dari dinamika paroki Nandan.  Kehidupan saya di pastoran juga tidak banyak mengalami gangguan yang berarti termasuk kesehatan, puji Tuhan saya tidak pernah mengalami sakit yang berarti, sakit kecil-kecil sering terjadi, namun dapat teratasi dengan semestinya, wajar, dan tidak merepotkan banyak orang. Soal makan dan minum terjamin dengan melimpah, bersama romo yang pernah bersama-sama berkarya-Rm Yudho dan rm Santo semuanya terjadi dengan menyenangkan. Bahkan rasanya belum puas karena belum dapat menuntaskan pekerjaan pelayanan dengan sempurna…dan tetap berada dalam kerinduan pengharapan. 

Pilar-pilar
Pesan yang mungkin bisa diungkapkan adalah bahwa gereja itu memiliki dua kekuatan pokok yaitu liturgia dan kerygma (liturgi dan pewartaan). Pertama, Ekaristi menjadi ibadah umat Allah yang perlu diselenggarakan agar umat mengalami sukacita kerena dapat memuji Tuhan. Sehingga ekaristi bukanlah mengikuti selera pribadi maupun minat perseorangan. Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup kristiani perlu memancarkan ibadah yang agung pujian kepada Allah melalui Yesus Kristus. Jadi liturgi tidak pantas menjadi arena permainan egoisme yang mencerminkan persaingan fanatisme kelompok maupun kepentingan individu. Liturgi adalah nafas dan jantung kehidupan menggereja. Kedua, pewartaan menjadikan gereja suatu paroki hidup dinamis dan berkembang. Untuk itu pembinaan-pembinaan iman selalu dan terus menerus diperjuangkan keberadaannya mulai dari anak-anak usia dini sampai dengan orang dewasa dan bahkan lansia. 

Pandangan harus selalu ke depan melihat gereja Nandan di tahun-tahun mendatang, sementara jika ingin meletakkan dasar-dasarnya perlu melihat tonggak-tonggak yang pernah ditancapkan sebagai pondasi oleh para perintis. Apa yang mereka wartakan dan apa yang mereka rayakan merupakan nilai-nilai yang perlu dikumpulkan untuk menyusun kekuatan guna melaju di era digital dan arus gelombang elektromagnetik, bahkan pada masa yang akan tiba yang belum kita ketahui sama sekali era apa itu…gereja sudah siap dengan aneka macam kemungkinan. Namun demikian liturgi dan pewartaan harus tetap menjadi pilar uatama. 

Terakhir paroki adalah umat beriman yang dipimpin oleh pastor sebagai gembalanya sendiri. Maka umat beriman paroki adalah umat yang sedang berjiarah menuju tanah terjanji bersama pastor sebagai gembala, tanpa gembala akan mengalami kesulitan mencapai tujuan. Namun demikian gembala dalam hal ini selalu berpegang pada tongkat penggembalaan sang gembala utama yaitu Yesus Kristus. Gembala tanpa Kristus bukanlah gembala, hanya akan menjadi seorang upahan yang akan lari ketika serigala datang. Dengan demikian sinergi diantara kawanan bersama gembala sungguh menjadi arena perjumpaan rahmat yang menyelamatkan.

Dirgahayu paroki Nandan, selamat lustrum yang pertama…doaku melantun merdu, membubung ke hadirat sang Penuntun Agung…ketika anda menyanyikan Hymne Santo Alfonsus. Salam bahagia, Tuhan memberkati.***Rm. G. Kriswanta, Pr***


Posting Komentar

0 Komentar