BISA - Laudato Si


Laudato si'  (bahasa Italia Tengah yang berarti "Puji Bagi-Mu") adalah ensiklik kedua dari Paus Fransiskus. Ensiklik ini memiliki subjudul On the care for our common home (Dalam kepedulian untuk rumah kita bersama).

Dalam ensiklik ini Paus mengkritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil "aksi global yang terpadu dan segera" sebagaimana dijelaskan oleh Jim Yardley dari The New York Times.

Ensiklik tersebut, tertanggal 24 Mei 2015, dipublikasikan secara resmi pada siang hari (waktu setempat) tanggal 18 Juni 2015 dan disertai dengan konferensi pers.[2] Vatikan merilis dokumen tersebut dalam bahasa Italia, Jerman, Inggris, Spanyol, Perancis, Polandia, Portugis, dan Arab.

Ensiklik Laudato si' merupakan ensiklik kedua yang dibuat Paus Fransiskus setelah Lumen fidei (Terang Iman), yang dirilis pada tahun 2013. Karena sebagian besar isi Lumen fidei merupakan karya pendahulunya, Paus Benediktus XVI, Laudato si' umumnya dipandang sebagai ensiklik pertama yang seluruhnya adalah hasil karya Paus Fransiskus

TERPUJILAH ENGKAU (TUHAN): MEMELIHARA RUMAH KITA BERSAMA” (LAUDATO SI, ON CARE FOR OUR COMMON HOME).

Isi menarik dari “rahim” Ensiklik ini, Ensiklik ini terdiri atas 6 bab:

(1) Apa yang sedang terjadi pada rumah kita bersama ini (Ibu Pertiwi);

(2) Injil tentang Alam Ciptaan Tuhan;

(3) Akar manusiawi dari Krisis Ekologis;

(4) Ekologi yang utuh (integral);

(5) Garis Kebijakan Pendekatan dan Tindakan-tindakan konret (program-program);

(6) Pendidikan dan spiritualitas Ekologis.

Pertanyaan dasar yang menjadi jantung dari Ensiklik ini ialah “Bumi macam apa yang hendak kita wariskan kepada generasi baru sesudah kita hidup, kepada anak-anak yang sedang bertumbuh?”. Pertanyaan ini menyentuh makna eksistensial hidup ini dan nilai-nilai sosial dari hidup itu sendiri. “Apa tujuan hidup kita di dunia ini”, “apa maksud dari pekerjaan dan usaha-usaha kita”, “apa yang dunia butuhkan dari kita”, merupakan serangkaian pertanyaan dasar yang disuguhkan. Paus berkeyakinan bahwa panggilan memelihara lingkungan hidup tidak bisa terlepas dari bagaimana manusia memberi makna dan cara manusia melaksanakan hidupnya di bumi pertiwi ini.

Kenangan Paus akan Santo Fransiskus dari Assisi (1181-1226)

Dalam menyusun ensiklik ini, kami berkeyakinan bahwa Paus Fransiskus mengenangkan spirit iman santo Fransiskus dari Assisi berkaitan dengan pandangannya terhadap makhluk ciptaan Tuhan. Maka nama ensiklik “Laudato si (Praise be to you, my Lord) ini diambil dari seruan santo Fransiskus dari Assisi berjudul “Terpujilah Engkau Tuhanku” dalam “Kidung Saudara Matahari atau Puja-pujian Mahkluk-makhluk ciptaan”.  Menyitir penghayatan santo Fransiskus dari Assisi, Paus mengajak kita
semua untuk memandang ibu bumi ini sebagai “saudari, rumah kita bersama”. Sebagai saudari, kita mestinya berbagi kehidupan dan memuji keindahan ibu bumi ini yang lengannya terbuka lebar untuk memeluk kita semua. Hendaklah kita jangan lupa bahwa kita berasal dari tanah; badan jasmani kita dibentuk dari elemen-elemen bumi, kita menghirup udara bumi dan menikmati kehidupan dan kesegaran dari air yang dialirkan oleh ibu bumi ini.

Paus mengingatkan kita akan prilaku manusia terhadap ibu bumi ini. Bumi pertiwi diperlakukan cara semena-mena, dieksploitir, diporak-porandakan. Semuanya itu disebabkan oleh keserakahan serta
arogansi dan rendahnya rasa menghormati manusia terhadap saudarinya, ibu bumi ini.

“Pertobatan Ekologis” santo Yohanes Paulus II

Menghadapi tindakan keserakahan dan arogansi manusia terhadap saudarinya ibu bumi, Paus mengangkat kembali seruan atraktif santo Yohanes Paulus II agar manusia melakukan “Pertobatan Ekologis”. Kita diajak untuk berbalik, memutar haluan, “merubah pola pikir dan pola bertindak kita” sebagai penghuni ibu pertiwi masa kini. Pola pikir dan bertindak baru perlu dikumandangkan. Pola baru itu berkenaan dengan “cara lebih memandang keindahan dan rasa tanggung jawab kita untuk
melestarikan rumah kita bersama ini” dari pada mengeksploitasi habis-habisan isi perut bumi dan menghilangkan keindahan “saudari” kita ini.

Energi positip Ensiklik ini: secercah harapan yang kian membesar

Sentuhan humanis ensiklik ini melekat pada karakter pribadi Paus Fransiskus, pencetus surat apostolic “Evangelii Gaudium”. Kesegaran hidup penuh sukacita injili ditampilkan. Paus menegaskan bahwa ditengah hiruk pikuk pemerkosaan terhadap ibu bumi yang dilakukan saudara-saudari manusia tamak, arogan, sesungguhnya ada secercah harapan. Tidak sedikit saudara-saudari manusia di planet ini mempunyai jiwa serta semangat memelihara ibu bumi, rumah kita bersama ini.  Dimana-mana berkecambah dan bertumbuh subur kesadaran di kalangan manusia berhati baik untuk memperhatikan lingkungan, menjaga alam, memelihara air, menumbuhkan pohon-pohonan, mengatasi polusi udara.
Pengakuan akan realitas positif ini menjadi bagian intrinsik dari ensiklik ini. Mengakui kenyataan ini, Paus Fransiskus menegaskan:
“Kita manusia ini mempunyai kemampuan untuk melahirkan tindakan yang positif terhadap ibu bumi, walau tidak disangkal anda juga anak manusia yang bertindak semena-mena terhadap saudari ibu bumi. Marilah kita memilih untuk mengembangkan kemampuan positip pada diri kita. Inilah saatnya kita “memulai lagi” bertindak dalam semangat “pertobatan ekologis”.

Seruan “Pertobatan ekologis”: Dialog ekumenis, antar umat beragama dan dialog kemanusiaan

Ensiklik ini bermuara pula pada inti hidup manusia. Peristiwa perjumpaan antar manusia ditempatkan selaras dengan perhatian untuk memelihara ibu bumi. Paus Fransiskus mengalamatkan ajarannya ini
pertama-tama tertuju kepada umat katolik. Beliau mengingatkan:
“Sadarilah tanggung jawab kita terhadap alam ciptaan Tuhan dan kewajiban mereka terhadap alam semesta dan Pencipta. Pelaksanaan tanggung jawab dan kewajiban ini merupakan bagian integral dan
esensial dari hidup beriman”. Tetapi Paus Fransiskus mengarahkan pandangannya terhadap sesama umat manusia yang mendiami planet bumi ini. Diakuinya bahwa ada gerakan-gerakan memeliharan ibu bumi yang dimotori oleh Gereja-gereja Kristen lainnya dan juga umat beragama lain. Diakuinya pula institusi, yayasan-yayasan kemanusiaan yang mengutamakan penyelamatan ibu bumi. Menyadari realitas yang menggembirakan ini, Paus Fransiskus mengajak kita sekalian untuk meningkatkan gerakan dialog antar umat manusia dengan fokus pada “Laudato si, memelihara rumah kita bersama”.#karel beny 

Posting Komentar

0 Komentar