Sarasehan Ketidakadilan dan Kekerasan Dalam Masyarakat


Timja Keadilan Perdamian dan keutuhan Ciptaan


Menanggapi akan ensiklik Laudato Si dan maraknya kekerasan dan ketidakadilan di masyarakat maka tim kerja keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan paroki St Alfonsus Nandan berkerjasama dengan timja pendampingan keluarga serta Komisi keadilan, perdamaian dan keutuhan Ciptaan (KKPKC) kevikepan DIY menyelenggarakan sarasehan ini. 

Ibu Elisabeth Setyaningsih

Kegiatan ini dilaksanakan sesuai jadawal yaitu pada hari minggui 6 mei 2018 di Joglo Antonio. Acara dimulai pukul 09.30  sampai dengan 11.45.  Acara ini dibuka oleh Ketua bidang Diakonia Bpk Julius Sulastro yang mengajak peserta semakin peka terhadap dinamika di masyarakat terutama maraknya kasus kekerasan dan ketidak adailan terutama dalam keluarga yang banyak memicu pecahnya keluarga. 

Bp. Julius Kabid Diakonia memberi sambutan 
Lalu diisi oleh paparan langsung narasumber dari KKPKC kevikepan DIY yaitu Ibu Elisabeth Setyaningsih yang memamparkan tentang apa itu KKPKC suatu komisi yang akan membantu dan mendampingi umat katholik dalam menghadapi semua tindak kekerasan dan ketidakadilan yang dialami serta melestarikan keutuhan ciptaan. 

Penyematan Pin KKPKC

Selanjutnya Ibu Eli menyampaikan paparan tentang ketidakadilan dalam dunia kerja  yang  selalu dialami diantaranya adalah ketidakjelasan gambaran kerja, upah kurang layak, upah tidak dibayar secara rutin, jam kerja yang tidak pasti dsb. Ibu Elisabeth Setyaningsih menganjurkan agar terhidar dari ketidakadilan dalam dunia kerja kita harus memiliki kelebihan skill yang khusus dan memahami betul kontrak kerja. 

Selain itu  kita harus yakin dengan kemampuan dan integritas kita dan yakin masih banyak perusahaan yang menginginkan kemampuan dan skill kita. Narasumber kedua adalah Ibu Tiwi yang memaparkan perdagangan manusia dan kekerasan dalam rumahtangga. Menurut  Ibu Tiwi  penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga diantaranya adalah saat pacaran yang salah kaprah dan salah gaul serta  terjadinya disfungsi laki-laki sebagai kepala keluarga. 

Ibu Tiwi
Para korban tindak kekerasan harus berani untuk menghargai diri sendiri dan jangan mau terus menerus menjadi korban, jika perlu melaporkan ke pihak berwajib, meskipun dengan resiko hancurnya keluarga. Dalam acara ini peserta yang hadir 40 orang terdiri dari ketua bidang puguyuban, ketua bidang diakonia,  5 ketua lingkungan, 10 tim pendamping keluarga, dan sisanya tim sosial.  


Acara berjalan dengan semarak sampai selesai banyak yang bertanya dan memberikan komentar.   Semua orang bisa mengalami dan menjadi pelaku kekerasan dan tindak ketidakadilan baik di keluarga, dunia kerja atau masyarakat. Agar terhindar dari semua itu kita harus eling dan waspada serta selalu mendaraskan doa yang bunyinya “aku mengasihimu” sesering mungkin demikian Bruder Johanes memberikkan bekan makanan rohani dalam menutup acara ini. 

Semoga dengan acara ini kepekaan para pengurus lingkungan, pendamping keluarga dan tim sosial lingkungan akan semakin tanggap dan tangguh dalam melayani dan mendampingi umat yang bermasalah demikian sambutan ketua panitia Bpk Kianto. Dalam acara ini ditutup dengan penyematan pin keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan  pada para peserta#Kianto Atmodjo



Posting Komentar

0 Komentar