Ibaratnya, antara orang yang kelaparan dan orang yang sudah kenyang, mana yang akan lebih menghargai ketika diberi makanan? Bukankah mereka yang lapar akan lebih menghargai arti sepotong roti? Apakah kau juga merasakan kelaparan jiwamu, sehingga mampu menghargai roti surgawi itu?
Bukankah kau sering menghadiri Ekaristi dengan jiwa yang "kenyang"? Sekadar datang-ikut tata gerak seadanya- tak menyanyi dan bungkam saat jawaban umat- terima komuni- seringkali menjawab "amin" pun berat- lantas pulang. Tak ada yang istimewa. Tak ada rasa lapar. Pun seringkali tanganmu yang berlumur dosa berat kaupaksakan menadah roti itu tanpa mengaku dosa terlebih dahulu. Pantaskah menyambut buah pengorbanan sebesar itu dengan hati yang sudah merasa puas dan kenyang?
Lepaskan congkak, nafsu, malas dan serakahmu. Rasakan sungguh-sungguh kelaparan jiwamu hingga kau mampu menghargai roti hidup yang teramat penting itu...


0 Komentar