GAGASAN DASAR AKSI PUASA PEMBANGUNAN 2019



Pengantar 
Masa Prapaskah di tahun 2019 dimulai sejak Hari Rabu Abu, 6 Maret 2019. Selama empat puluh hari masa Prapaskah, seluruh umat kristiani mempersiapkan diri untuk menyambut perayaan Paskah Kebangkitan Tuhan. Dalam masa persiapan ini, umat diajak untuk secara pribadi dan bersama-sama mengolah diri dalam hidup rohani, membuka diri terhadap rahmat belas kasih Allah melalui pertobatan, dan membangun keutamaan kasih dalam wujud belarasa terhadap sesama. Selain itu, menurut Konstitusi Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium art. 109, masa Prapaskah menjadi kesempatan untuk mengenangkan kembali atau menyiapkan Baptis dan membina pertobatan. 

Semenjak tahun 1970,Gereja Katolik Keuskupan Agung Semarang memulai gerakan Aksi Puasa Pembangunan selama masa Prapaskah. Melalui gerakan ini, seluruh umat diajak untuk bersyukur kepada Allah yang senantiasa berbelas kasih dan memberikan berkat, agar siapa pun dan apa pun dapat (dimampukan untuk) saling menjadi berkat. Selain itu, gerakan ini mengajak umat untuk mewujudkan diri sebagai "insan pembangunan" yang berkeadilan sosial sebagai wujud tanggung jawab menunaikan perutusan membangun Kerajaan Allah. Dalam semangat pertobatan, umat beriman diingatkan kembali untuk senantiasa bertumbuh dalam keutamaan hidup kristiani, mengasah kepekaan sosial dengan tergerak untuk berbelarasa dan memperjuangkan keadilan sosial, terutama bagi saudari-saudara yang menderita dan berkekurangan. 

Agar semangat dasar dari gerakan APP semakin mendarah-daging di tengah umat, bagian awal dari bahan permenungan APP 2019 (dua pertemuan pertama) mengajak umat untuk menggali semangat yang semestinya dihayati selama masa prapaskah dan semangat dasar gerakan APP. Bahan ini disusun untuk mengingat kembali akan makna dan semangat masa Prapaskah sebagai kesempatan retret agung bagi seluruh umat beriman, sebagai kesempatan mempersiapkan Perayaan Paskah dengan membina pertobatan sejati dan amal kasih kepada sesama. 

Berbagai informasi mengenai sejarah, tujuan, semangat dasar dari gerakan APP, serta pengelolaan dan pemanfaatan dana APP yang terkumpul semoga dapat menjadi sarana untuk menggerakkan semakin banyak orang untuk peduli dan berbela rasa, agar wajah Allah yang murah hati dan penuh belas kasih dapat dijumpai dan dialami oleh semakin banyak orang. 

Masa Prapaskah sebagai Momentum Retret Agung Umat 

Masa Prapaskah yang juga disebut dengan istilah tempus quadragesimale atau Quadragesima Paschae adalah masa empat puluh hari untuk mempersiapkan diri menyambut Perayaan Paskah. Dalam Konstitusi tentang Liturgi Suci Sacrosanctum Concilium art. 109, disebutkan bahwa "Hendaklah baik dalam Liturgi maupun dalam katekese liturgis ditampilkan lebih jelas dua ciri khas masa "empat puluh harl; yakni terutama mengenangkan atau menyiapkan Baptis dan membina pertobatan. Masa itu secara lebih intensif mengajak Umat beriman untuk mendengarkan sabda Allah dan berdoa, dan dengan demikian menyiapkan mereka untuk merayakan misteri Paska. Maka darl itu: 

a) Unsur-unsur Liturgi empat puluh hari yang berkenaan dengan Baptis hendaknya dimanfaatkan secara lebih luas; bila dipandang bermanfaat, hendaknya beberapa unsur dari Tradisi zaman dahulu dikembalikan; 

b) Hal itu berlaku juga bagi unsur-unsur yang menyangkut pertobatan. Mengenai katekese hendaknya ditanamkan dalam hati kaum beriman baik dampak sosial dosa, maupun hakekat khas pertobatan, yakni menolak dosa sebagai penghinaan terhadap Allah; jangan pula diabaikan peran Gereja dalam tindak pertobatan, dan hendaknya doa-doa untuk para pendosa sangat dianjurkan." 

Oleh karena itu, dalam masa prapaskah tahun ini, katekese mengenai masa prapaskah disampaikan kembali agar seluruh umat semakin mengingat dan mensyukuri kesempatan masa prapaskah ini, terutama untuk mengenang dan mensyukuri karunia baptisan yang telah diterima, mempersiapkan diri lebih sungguh bagi mereka yang hendak menerimanya, dan membina pertobatan sebagai persiapan menyambut perayaan Paskah. Dalam usaha membina pertobatan, seluruh umat diajak untuk melatih diri berhenti melakukan berbagai kebiasaan buruk, melatih penguasaan diri dalam pantang dan puasa, melatih diri dalam kebiasan baik dengan membaca kitab suci, berdoa, mengikuti Sakramen Ekaristi lebih teratur, menyesali dosa dan menyambut sakramen pengakuan dosa, memperbaharui iman, serta mempersiapkan diri menyambut sukacita perayaan Paskah. 

Konstitusi tentang Liturgi Suci Sacrosanctum Concilium art. 110 juga menyebutkan bahwa "Pertobatan selama masa empat puluh hari hendaknya jangan hanya bersifat batin dan perorangan, melainkan hendaknya bersifat lahir dan sosial kemasyarakatan. Adapun praktek pertobatan, sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan zaman kita sekarang dari pelbagai daerah pun juga dengan situasi Umat beriman, hendaknya makin digairahkan, dan dianjurkan oleh pimpinan gerejawi seperti disebut dalam artikel 22, Namun puasa Paska hendaknya dipandang keramat, dan dilaksanakan di mana-mana pada hari Jumat dengan Sengsara dan Wafat Tuhan, dan bila dipandang berfaedah, diteruskan sampai Sabtu suci, supaya dengan demikian hati kita terangkat dan terbuka, untuk menyambut kegembiraan hari Kebangkitan Tuhan." Selaras dengan semangat ini, pada tanggal 9 April 2018 yang lalu, Paus Fransiskus menulis sebuah ekshortasi yang berjudul "Gaudete et exultate". Dalam ekshortasi tersebut, Paus Fransiskus ingin mengingatkan kembali semua orang beriman akan panggilan untuk mengusahakan kekudusan. Bapa Paus menegaskan bahwa dalam mengusahakan kekudusan, orang beriman tidak harus menjadi "penggalan" atau "salinan" dari santo-santa atau para orang kudus. Mengusahakan kekudusan pertama-tama adalah dengan menjadi diri sendiri. Setiap orang beriman perlu "membedakan jalannya sendiri" dan "memunculkan yang terbaik dari dirinya sendiri". 

Untuk menjadi kudus, setiap orang beriman tidak perlu menjadi seorang uskup, seorang imam, 'atau anggota dari suatu ordo/kongregasi religius. Setiap orang dipanggil untuk menjadi kudus dalam dirinya sendiri - sebagaimana dikatakan Konsili Vatikan II - entah sebagai seorang ibu atau ayah, seorang siswa atau seorang pengacara, seorang guru atau petugas kebersihan. Cukuplah bagi seseorang untuk menjadi seorang yang baik dan berkeutamaan bagi yang lain, atau yang disebut oleh Bapa Paus sebagai "the saints next door" dengan "menjalani hidup kita dalam cinta" dan "memberi kesaksian" tentang Tuhan dalam semua yang kita lakukan setiap hari. 

Kekudusan tidak selalu harus melalui tindakan-tindakan besar dan dramatis. Melalui kesederhanaan hidup harian yang dijalani, setiap orang beriman dapat mengusahakan kekudusannya. Ada beberapa contoh yang disampaikan oleh Bapa Paus: orang tua yang penuh kasih membesarkan anak-anak mereka, usaha dan pengorbanan sederhana seseorang untuk tidak meneruskan gosip, dll. Dengan menyadari bahwa setiap orang diutus setiap hari sebagai "murid Kristus yang diutus", setiap orang beriman dapat berjuang dalam kebaikan dan keutamaan hidup, bergerak menuju kekudusan. Dalam mengemban perutusan tersebut, setiap orang perlu mengusahakan keseimbangan antara tindakan dan kontemplasi. Bagi Bapa Paus, mengusahakan kekudusan itu sederhana: dengan berbuat baik, menghayati kemiskinan dalam roh dan takut akan Allah, menjadi pembawa damai bagi siapa pun, senantiasa haus dan lapar akan kebenaran, dan seterusnya. Kekudusan yang diusahakan juga nampak dalam sikap penuh belas kasih yang terwujud dalam tindakan konkret membantu - melayani orang lain dan memaafkan - merengkuh kerapuhan sesama. 

Revitalisasi Semangat Dasar Gerakan APP 

Semangat dasar dalam mengusahakan kekudusan dalam keseharian hidup yang disampaikan oleh Paus Fransiskus tersebut di atas "ternyata sambung" dengan semangat dasar dari gerakan Aksi Puasa Pembangunan di Keuskupan Agung Semarang yang digagas dan dimulai semenjaktahun 1970. 

Sejak pertama kali digagas oleh Rm. C. Carry SJ (Vikjen KAS waktu itu), gerakan Aksi Puasa Pembangunan mendasarkan diri dalam kesadaran akan Allah yang senantiasa berbelas kasih, melimpahkan berkatNya agar siapapun dan apapun dapat saling menjadi berkat. Belas kasih Allah merangkul semua orang supaya semua orang menikmati kembali Syalom (damai sejahtera) dalam kerajaan Allah. Puncak dari limpah berkat belas kasih Allah terwujud dalam pengorbanan dan solidaritas Yesus Kristus yang telah menderita, sengsara, wafat, dan bangkit untuk keselamatan semua orang. Kelimpahan berkat belas kasih Allah inilah yang patut disyukuri selama masa prapaskah dan dalam usaha membangun pertobatan sejati. Pertobatan yang diupayakan selama masa Prapaskah mengajak umat untuk mengalami metanoia - berpaling kembali kepada Allah, dan mewujudkan tanggung jawabnya sebagai "murid kristus yang diutus" untuk membangun Kerajaan Allah. Perutusan ini dapat secara konkret diwujudkan dalam keterbukaan orang untuk terlibat aktif dalam dalam usaha-usaha menegakkan keadilan, kedamaian, dan keutuhan ciptaan, terutama dengan mewujudkan pilihan dasar Gereja:preferential option for and with the poor, pilihan untuk mengutamakan mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. 

Agar gerakan APP tidak sekedar hanya dipahami dan diterima sebagai kegiatan rutin dan ritual Gereja, kegiatan pendalaman Kitab Suci dan renungan, sharing, ibadat, atau pun hanya sekedar kegiatan pengumpulan kotak / amplop APP, perlulah seluruh umat diajak kembali untuk memahami dan menghayati semangat dasar dari gerakan ini. Gerakan APP yang sejak semula dimaksudkan sebagai gerakan untuk membangun kesalehan hidup dan pertobatan melalui olah rohani dan matiraga perlulah terus digali agar dapat menjadi momentum religius dan wahana iman untuk menumbuhkembangkan pribadi yang berkeutamaan hidup kristiani: menghidupi belas kasih dan kemurahan hati Allah, berbelarasa terhadap mereka yang menderita dan berkekurangan, berpartisipasi dalam aneka wujud perjuangan keadilan sosial dalam membangun Kerajaan Allah di dunia. 

Gerak Pastoral Keuksupan Agung Semarang 

Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) 2016- 2035 sebagai garis besar dan arah penggembalaan umat di Keuskupan Agung Semarang, mengajak seluruh umat untuk mewujudkan peradaban kasih dalam konteks masyarakat Indonesia yang ber-bhineka tunggal ika dan ber-Pancasila. Peradaban kasih menjadi roh dalam aneka upaya untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera, bermartabat, dan beriman. Dalam Arah Dasar KAS 2016-2020, cita-cita mewujudkan peradaban kasih ini dimulai dengan mengupayakan terwujudnya Gereja yang inklusif (merangkul), inovatif (terus membaharui diri) dan transformatif (memiliki daya ubah) dalam kehidupan bersama. Dalam konteks inilah, semenjak tahun 2016, selama masa Prapaska, umat beriman di Keuskupan Agung Semarang diajak untuk mengolah tema-tema: "Akulah Garam dan Terang Dunia" (2016), "Aku Pelopor Peradaban Kasih" (2017), dan "Mengasihi dengan Kata dan Perbuatan" (2018). 

Kita patut bersyukur atas aneka praktik baik yang kemudian muncul di tengah umat dan paroki-paroki di Keuskupan Agung Semarang sebagai wujud konkret penghayatan atas tema-tema pengolahan tersebut dan sebagai wujud dari panggilan dan perutusan Gereja sebagai Komunitas murid-murid yang diutus. Agar semangat dan praktik baik tidak semakin pudar dan terus berlanjut, gerakan APP Keuskupan Agung Semarang 2019 mengambil tema: 

"Makin Tergerak untuk Berbagi berkat" 

Tema tersebut di atas selanjutnya akan diolah, baik secara pribadi maupun secara bersama, dalam lima kali pertemuan dengan masing-masing fokus pertemuan sebagai berikut: 
 
PERTEMUAN I : 
Syukur atas Rahmat Belas Kasih Allah 
Bahan dalam pertemuan pertama APP kali ini berupa katekese mengenai masa Prapaskah. Seluruh umat diajak untuk menyadari kembali semangat yang hendak dibangun selama masa Prapaskah. Selain itu, sejak awal masa prapaskah ini, seluruh umat telah diajak untuk berani membuat niat konkret pertobatan yang akan diperjuangkan dan dihayati selama mempersiapkan diri menyambut sukacita perayaan Paskah. 

PERTEMUAN II :
Memperjuangkan Kekudusan dalam Hidup Harian 
Dalam pertemuan kedua, seluruh umat diajak untuk merenungkan tentang panggilan untuk mengusahakan keutamaan dan kesalehan hidup pribadi dalam hidup harian. Sumber inspirasi permenungan dalam pertemuan kedua adalah SC art. 110 dan Ekshortasi Paus Fransiskus "Gaudete et Exultate". 

PERTEMUAN III : 
Mewujudkan Komunitas Kasih yang menyatukan dan menyempurnakan 
Dalam pertemuan ketiga, seluruh umat diajak untuk merenungkan tentang panggilan Gereja dalam membangun komunitas kasih murid-murid Kristus. Keutamaan untuk merengkuh dan budaya untuk merawat yang dihayati dalam hidup bersama akan membawa komunitas untuk mengikis budaya membuang serta mau menerima siapa saja dalam kelebihan maupun kekurangannya untuk bersama-sama membangun komunitas kasih yang menyatukan dan menyempurnakan. 

PERTEMUAN IV: 
Menjadi Berkat Melalui Gerakan Aksi Puasa Pembangunan 
Bahan dalam pertemuan keempat adalah katekese mengenai Gerakan APP, meliputi sejarah, semangat dasar/spiritualitas, serta berbagai informasi mengenai pemanfaatan dan pengelolaan dana APP. Dalam pertemuan ini, umat diajak untuk saling bertukar pikiran bagaimana dapat terlibat untuk mewujudkan berkat melalui pemanfaatan dan dana APP dalam suatu study kasus. 

PERTEMUAN V: 
Mensyukuri Perutusan: Sanggup Menjadi Berkat untuk Siapa dan Apa Saja 
Dalam pertemuan terakhir, seluruh umat diajak duduk bersama, menggagas dan merancang gerakan bersama yang dapat dilakukan sebagai wujud konkret semangat belarasa, wujud menjadi berkat untuk siapa saja dan apa saja. 

Semarang, 27 September 2018 

Yohanes Krismanto, Pr 
Ketua Panitia APP KAS 

Posting Komentar

0 Komentar