Kamis Putih merupakan misa untuk mengawali Tri Hari Suci. Umat Katolik Paroki St. Alfonsus Nandan merayakan Misa Kamis Putih dengan dua kali misa yaitu pukul 17.00 yang dipimpin oleh Romo Antonius Dodit Haryono, Pr. dan 19.00 yang dipimpin oleh Romo Stanislaus Eko Riyadi, Pr. Misa pertama disiarkan langsung melalui kanal YouTube Gereja Katolik St. Alfonsus de Liguori, Nandan. Misa Kamis Putih ini adalah suasana yang meningatkan kita tentang kesucian dan ketulusan kasih Kristus terhadap kita, umat-Nya.
Dalam homilinya
di misa pertama, Romo Dodit menyampaikan bahwa ada banyak cara kita untuk
menyampaikan kasih terhadap sesama yaitu bisa dengan saling mendoakan, memberi
perhatian, rela menolong sesama jika mereka mengalami kesulitan, ataupun taat
protokol Kesehatan walaupun ada yang sudah divaksin supaya pandemic COVID-19
segera berakhir. “Setiap orang merindukan kasih atau cinta karena membuat kita
merasa adem hatinya dan sukacita yang mendalam,” ujar Romo Dodit. Jika
ada hal-hal yang melawan kasih, seperti aksi terorisme di Gereja Katedral
Makassar dan Markas Besar POLRI di Jakarta, itu adalah aksi yang merusak kasih
yang pada dasarnya ditanam Allah dalam diri kita sebagai ciptaanNya. Ekaristi
ini menegaskan kembali bahwa Yesus mengajarkan tindakan kasih seperti Ia
menjalani hidup dalam sepenuhnya dalam kasih. Melalui Yesus, kita melihat dan
percaya untuk memahami untuk mengenal siapa Allah kita dan bahwa Allah adalah
Allah Maha Kasih.
Ada dua hal
yang ditekankan dalam Ekaristi Kamis Putih ini yaitu pembasuhan kaki para rasul
dan ekaristi itu sendiri. Yang pertama adalah pembasuhan kaki para rasul. Saat
ini, kita tidak bisa membasuh kaki di gereja, tetapi kita bisa membasuh kaki
orang tua atau anak di rumah seperti Yesus yang membasuh para muridNya. Yesus menegaskan untuk menghidupi semangat
pelayanan serta merendahkan diri di hadapan Tuhan dan sesama. “Setiap orang
yang menjadi besar pasti harus mau menjadi yang terkecil bahkan menjadi hamba.
Itu artinya kita siap melayani,” tambah Romo Dodit. Semua murid Yesus harus
menghidupi semangat spiritualitas pelayanan dan siap menjadi pelayan bagi orang
lain. Hal ini membuat kita menjadi pribadi yang rendah hati dan mengasihi.
Hal kedua
adalah ekaristi itu sendiri. Yesus mengorbankan diriNya karena kasihNya kepada kita
umat manusia. Dalam bacaan kedua, kita diingatkan untuk senantiasa mengingat
pengorbanan Yesus dalam wujud nyata kita dalam kehidupan sehari-hari. Komuni
yang tiap kita terima dalam ekaristi mengingatkan kita untuk menghadirkan
Kristus yang telah berkorban dan menyerahkan diriNya untuk kita. “Setiap kita
menerima komuni, kita menyambut Tubuh dan Darah Kristus ,” kata Romo Dodit. Sebagai
umat Katolik, kita diharapkan untuk menghayati komuni itu dan
mentransformasikannya dalam hidup kita yang dipenuhi dengan kasih, mau
mengampuni, dan mendoakan.
Marilah kita
bertanya dalam diri kita masing-masing, apakah kita sungguh bisa bertumbuh
dalam Kristus dan berbuah dalam iman? Mari kita bergerak untuk meninggalkan
sikap hidup yang tidak baik atau mbelgedes dan menjadi murid Yesus yang the
best.
Tetap mematuhi protokol kesehatan |
0 Komentar