Mengenangkan Sengsara dan Wafat Tuhan, Ibadat Jumat Agung 2021

       “Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia --- begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi---” (Yes. 52:14). Inilah penggambaran nubuatan yang disampaikan nabi Yesaya untuk menampilkan ‘nasib tragis’ yang mesti dialami oleh “Anak Manusia” untuk akhirnya mencapai martabat kemuliaan ke-Allahan-Nya. Peristiwa tragis nan mengharu-biru inilah yang setiap tahun boleh kita kenang dan renungkan dalam Ibadat Jumat Agung.

                          

Pada tahun ini - saat kita mengenang dan merenungkan peristiwa kemartiran Yesus sebagai wujud kasih dan pengorbanan-Nya demi keselamatan manusia - situasi dunia dan masyarakat kita masih berada dalam “selimut” pandemi korona. Kesediaan dan kerelaan Yesus Kristus untuk menderita, menyusuri jalan salib kesengsaraan demi keselamatan manusia menjadi peneguh dan kekuatan kita untuk melewati ujian dan tantangan pandemi. Umat Katolik Paroki St. Alfonsus de Liguori Nandan pada tahun ini merayakan Ibadat Jumat Agung dengan dua kali sesi jadwal Ibadat. Ibadat sesi I pukul 15.00 dipimpin oleh Romo Stanislaus Eko Riyadi, Pr. dan pada sesi II pukul 18.00 dipimpin oleh Romo Antonius Dodit Haryono, Pr.

Sebagaimana Yesus mengetahui bahwa saat-Nya sudah tiba untuk kembali pada Bapa, seperti  saat Ia berdoa bahwa “biarlah saat ini berlalu daripada-Ku” di Taman Getsemani, Yesus sungguh merindukan kehadiran dan pertolongan Allah Bapa-Nya. Kini dalam situasi pandemi - bersama seluruh masyarakat bangsa - kita pun merindukan kehadiran dan pertolongan Allah Bapa kita. Apa yang dihayati Yesus adalah taat kepadanya BapaNya. Yesus memilih untuk mengikuti Allah yang menuntut pengorbanan. Kita sebagai pengikut Yesus tidak boleh menghindari Salib dan perjuangan di tengah semua kesulitan dan penderitaan. “Yesus berkata: Setiap orang yang mau menjadi muridKu, hendaklah ia menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Aku. Maka, setiap orang yang mau menjadi murid-Ku, hendaklah ia merendahkan dirinya, menjadi pelayan sama seperti anak manusia datang untuk melayani bukan dilayani,” ujar Romo Eko.

Merayakan Jumat Agung adalah saat di mana kita memandang Salib Kristus. Ia tergantung di Salib bukan karena kesalahanNya sendiri, melainkan demi kita semua. Bahkan ketika Pilatus ingin membebaskan Yesus karena Dia tidak melakukan kesalahan apapun, orang-orang yang membencinya tetap menghendaki Yesus mati dengan berbagai alasan dan tuduhan. Tetapi, Yesus tetap diam dan tidak melawan. Yesus menyerahkan hidupnya seutuhnya pada Allah.

Kita diajak untuk menghayati hidup Yesus yang tekun mengikuti jalan Allah dalam sikap kerendahhatian, saling melayani, dan hidup dalam cinta kasih di dalam lingkungan keluarga, gereja, dan masyarakat. Yesus merupakan benih gandum yang jatuh ke tanah untuk menumbuhkan kehidupan yang baru dan menghasilkan kehidupan bagi kita. Marilah kita bersatu dan membuahkan buah kasih dan kebaikan yang selalu kita nyatakan dalam kehidupan kita sehari-hari.

#MHH

Imam memasuki gereja dan sesampainya di depan altar tiarap sambil berdoa dalam keheningan

Tim Pasio Misa Jumat Agung I

Tim Pasio Misa Jumat Agung II

Imam membuka kain yang menutupi Salib,
umat memberi penghormatan dari tempat duduk masing-masing

Kepolisian membantu menjaga keamanan Gereja


Lebih banyak foto, klik di sini

FOTO: RSN, MER, VN, BW




Posting Komentar

0 Komentar