“Gaudete et Exsulatte In Omni Tempore”
(bdk. Mat.5:12)
Jumat Legi 09 Juli 2021
semestinya menjadi saat penuh bahagia bagi 99 orang calon penerima Sakramen
Penguatan di Paroki Santo Alfonsus Nandan. Mengapa? Karena hari ini adalah saat
yang sudah ditunggu hampir 1,5 tahun lamanya oleh para calon penerima Sakramen
Penguatan setelah mengalami penundaan akibat mere-baknya pandemi covid-19.
Namun apa daya akhirnya saat bahagia itu untuk semen-tara waktu harus tertunda.
Pandemi covid-19 yang semakin menggila kembali menjadi alasan bagi adanya
kebijakan pemerintah untuk menerapkan PPKM Darurat di hampir sebagain besar
wilayah Jawa-Bali; dan akibatnya perayaan syukur peneri-maan Sakramen Penguatan
di Paroki Santo Alfonsus Nandan pun mesti tertunda sampai batas waktu yang
belum bisa dipastikan.
Namun demikian rasa kecewa,
sedih, dan mungkin pula putus asa yang ada dalam benak para calon penerima
Sakramen Penguatan, orangtua, wali, katekis; dan juga para pengurus Dewan
Pastoral Paroki Nandan terobati. Tepat pada saat yang sama sesuai agenda
Perayaan Syukur Penerimaan Sakramen Penguatan, yakni hari Jumat Legi 09 Juli
2021, pukul 17.00-19.00 WIB - Bapak Uskup Keuskupan Agung Semarang Mgr.
Robertus Rubiyatmoko berkenan hadir menyapa dan memberikan peneguhan bagi para
calon sekalipun hanya melalui ruang zoom. Acara sapaan dan peneguhan Bapak
Uskup via ruang zoom dikemas dalam bentuk wawanhati, dihadiri 112 orang lebih,
terdiri dari unsur calon penerima Sakramen Penguatan, para orangtua, wali,
katekis, dan pengurus Dewan Pastoral Harian Paroki Nandan. Kehadiran bapak
Uskup mampu menjadi oase kesegaran yang memberikan pene-guhan dan harapan bagi
semua pihak. Inilah yang menjadi alasan mengapa hari Jumat Legi 09 Juli 2021
tak sesuram yang diperkirakan. “Gaudete et exsulate in omni tempore”
Dalam sapaan dan peneguhannya,
bapak Uskup sekali lagi menggarisbawahi serta mengingatkan seluruh yang hadir
dalam ruang zoom - utamanya para calon penerima Sakramen Penguatan - akan makna
Sakramen Penguatan sebagai tanda rahmat kedewasaan iman. Kedewasaan iman
dimaksud dicirikan dengan tiga hal ini:
Pertama, bahwa setiap pribadi yang telah menerima rahmat
Sakramen Penguatan semakin mampu memahami dan mengenal pokok-pokok iman
Katolik. Kemampuan memahami dan mengenal pokok-pokok iman kekatolikan ditandai
de-ngan hal-hal berikut:
l Memiliki informasi yang baik dan benar tentang
kekatolikan,
l Siap dan berani mempertanggungjawabkan iman di hadapan
orang lain,
l Tidak mudah terombang-ambing oleh banyak ajaran-ajaran
yang berbeda serta adanya iming-iming atau godan untuk meninggalkan Kristus.
Kedua,
setiap pribadi yang memiliki kedewasaan iman adalah pribadi yang mau dan mampu
menghidupi iman akan Yesus Kristus dalam kesehariannya secara nyata. Kemampuan
ini dicirikan dengan hal-hal berikut:
l Mau menerima Yesus Kristus sebagai sumber dan
orientasi hidupnya. Artinya setiap tingkah laku, tutur kata, pikiran, dan
perbuatannya sungguh mencermin-kan sebagai murid Kristus,
l Semakin bersatu dengan Yesus Kristus, yang semakin
nampak dalam ketekunan oleh hidup rohani maupun semakin menjadi orang Katolik
yang baik,
l Kemampun dalam poin kedua ini juga ditunjukkan dengan
semakin terlibat da-lam kehidupan menggereja baik di tingkat lingkungan,
wilayah, maupun paroki. Tentu saja keterlibatan itu sesuai dengan kemampaun
masing-masing pribadi. Dan sangat disayangkan bila menjadi pribadi Katolik yang
“amem”, pasif, dan anonim.
Ketiga,
kedewasaan sebagai pribadi beriman juga dinampakkan dalam ke-mampuan untuk
menghasilkan dan berbagi buah-buah iman. Kemampuan dalam hal ini dihadirkan dan
nampak dalam tiga aspek ini:
l Kasih, setiap pribadi katolik mampu dan mau untuk
memberi perhatian kepada sesama, dan hidup dalam semangat saling menghormati,
l Damai sejahtera, artinya bahwa setiap pribadi Katolik
dipanggil untuk semakin mewujudkan dan menghadirkan kedamaian bagi semua dan
membangun har-moni bagi semua; menjadi KATOLIK berarti semakin terbuka untuk
semua dan mau menerima semua tanpa membeda-bedakan,
l Sukacita, setiap pribadi Katolik seyogyanya mampu dan
mau hidup dalam sukacita, ceria, dan penuh kebahagiaan. Inilah ciri khas
pribadi kristiani “gaudete et exsultate in omni tempore” - senantiasa mampu
mensyukuri setiap masa dan penuh sukacita menjalaninya.
Pada
kesempatan perjumpaan ini, bapak Uskup juga mengingatkan penting dan perlunya “mystagogi”
yang tiada henti. Kegiatan “mystagogi” dimaksud mesti melibatkan setiap pihak -
baik Pastor Paroki, Katekis, Orangtua, dan juga wali. Mengapa Wali? Karena para
wali hakikatnya adalah ‘bagaikan orangtua kedua’ bagi para krismawan-krismawati.
Ia mempunyai tugas untuk membantu para orangtua mendampingi dan memberikan
teladan konkret kepada para krismawan-krismawati. Memang idealnya satu wali
untuk satu calon; namun karena situasi dan kondisi darurat - oleh karena
pandemi covid-19 - maka bisa dan amat dimungkinkan “wali rombongan”.
Mengakhiri sapaan dan
peneguhannya, bapak Uskup sekali lagi mengajak setip pribadi - khususnya para
calon penerima Sakramen Penguatan - untuk mensyukuri setiap masa; dan
menjadikan setiap masa menjadi kesempatan untuk berbagi kasih dan berkat.
Situasi pandemi menantang semua pihak untuk kreatif dan inovatif mewartakan.
Beliau mengusulkan agar para calon penerima Sakramen Penguatan tetap saling
meneguhkan dan memanfaatkan sarana media sosial WA guna membangun grup; grup
yang dibangun juga bisa menjadi sarana mystagogi.
Acara
sapaan dan peneguhan bagi para calon penerima Sakramen Penguatan di paroki
Nandan oleh bapak Uskup - Mgr. Robertus Rubiyatmoko - diakhiri dengan doa
penutup oleh KaBid. Pelayanan Liturgi & Peribadatan; dan berkat oleh bapak
Uskup. “Gratiam in omni tempore” - tetap mensyukuri setiap masa, dan mampu
menghasilkan serta membagikan buah-buah iman dalam kehidupan nyata. Inilah
tanda murid Kristus yang dewasa, Berkah Dalem!
#TRM
0 Komentar