Kamis Putih mengawali Tri Hari Suci Paskah yang dirayakan oleh umat Katolik. Salah satu hal yang cukup identik dengan perayaan Kamis Putih adalah upacara pembasuhan kaki.
Di samping itu, Kamis Putih menyimpan makna yang mendalam. Bahkan menyinggung hal yang menjadi ciri khas bagi orang Katolik.
"Apakah masih ada cinta ketika kita mengalami pengkhianatan? Apakah masih ada kasih ketika orang menipu kita?" Tutur Romo Enos, pemimpin Misa Kamis Putih 2 di Gereja Nandan, Kamis (13/4/2022).
Ia pun menyinggung soal cinta dan kasih ketika ada orang lain yang sudah berbuat hal negatif. Menurutnya, kebanyakan orang cenderung akan menghindar atau bahkan membenci orang yang sudah berbuat salah.
"Rasa-rasanya sulit (untuk memiliki cinta dan kasih pada orang-orang yang sudah berbuat salah) bahkan untuk memandang atau melihat orang yang sudah berbuat tidak baik, saya yakin tidak akan kuat," lanjutnya.
Rupanya, hal inilah yang dialami oleh Yesus pada malam Perjamuan Terakhir. Namun, Yesus tidak menghindar dan menunjukkan sikap tak membenci.
Ketika tahu para murid akan melarikan diri bahkan menyangkal hingga menyerahkan-Nya, Yesus tetap tegar. Ia memberi diri dan melayani para Murid.
"Yesus masih membasuh kaki rasul yang dia tau malam itu juga mereka lari meninggalkan dia karena takut. Yesus masih tulus melayani. Satu alasan mengapa Yesus melakukan hal itu karena Ia mengasihi kita," ujarnya.
Perayaan, cinta kasih, dan kasih tanpa batas, menjadi 3 hal yang direnungkan dalam Kamis Putih ini. Ketiga hal itu juga menjadi keutamaan umat Kristiani.
Pasalnya, kerendahan hati membuat konflik dalam hidup jadi berkurang. Hati menjadi lebih bebas dengan kerendahan hati yang dimiliki.
"Kurangnya kerendahan hati membuat kita sulit menghargai orang lain, untuk mengakui kelebihan orang lain," tuturnya.
"Kita sebagai orang Katolik harus jadi orang yang rendah hati, ini yang perlu direnungkan. Apakah kita sungguh-sungguh sebagai orang Katolik?" Lanjutnya.
Perayaan kamis putih adalah perayaan cinta kasih. Merenungkan kesetiaan Kristus, bagaimana Yesus begitu konsisten dan setia dengan misi perutusan.
"Kesetiaan ini jadi tantangan besar dalam hidup dengan keluarga, dalam tugas-tugas kita. Tanda untuk orang katolik tidak cukup hanya salib, doa, dan perayaan liturgis," katanya.
(Ayusandra Adhitya S. A.)
Galeri foto : Klik di sini
0 Komentar