Menjadi Prodiakon yang Ekaristis

 

Sabtu dan Minggu 21 dan 22 Oktober 2023 menjadi hari yang mengesankan bagi hampir empat puluh orang anggota Prodiakon Paroki St. Alfonsus de Liguori Nandan. Mereka melaksanakan Rekoleksi Prodiakon dengan mengangkat tema “Menjadi Prodiakon yang Ekaristis” yang dilaksanakan di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM).

Rekoleksi ini adalah rekoleksi kali kedua bagi para Prodiakon St. Alfonsus Nandan tahun periode 2022-2024, dengan bimbingan oleh Romo Emanuel Grasius Purwohartoko SVD, selama 2 hari.

 


Acara dibuka dengan icebreaking yang dipandu oleh Ibu Cornelia dan Doa pembuka oleh Bapak Sutrisno, selaku Ketua Panitia Rekoleksi serta sambutan Koordinator Prodiakon Paroki Bapak Sylvester.

 


Romo Grasius mengawali rekoleksi ini dengan mengajak para peserta mengenali diri siapa diri kita, siapa itu seorang prodiakon. Mereka dibawa kepada pemahaman sejarah ada awal mula munculnya istilah dan peran prodiakon yang dimulai dar Keuskupan Agung Semarang dan menyebar ke beberapa Keuskupan di Indonesia, dimulai dari istilah diakon awam, kemudian diakon paroki pada tahun 1983, dan menjadi prodiakon paroki sejak tahun 1985.

Perjalanan seorang prodiakon yang Ekaristis perlu memahami dan menghayati empat spiritualitasnya, yaitu spiritualitas pelayanan, spiritualitas ekaristi, spiritualitas pewartaan dan spiritualitas persaudaraaan.

Penghatayan Spiritualitas pelayanan seorang prodiakon, bisa ada beragam sumber kekuatan dalam menyemangati pelayanan, seperti dukungan keluarga, dukungan umat, dukungan teman, ketekunan belajar, ketekukan mengikuti ekaristi, keyakinan melayani Tuhan dan berbagai macam ragam motivasi yang lain. Dan berbagai motivasi itu bisa dibagi menjadi tiga besar sumber, yaitu dari sekitar, dari diri sendiri dan dari Roh Yesus. 

Berangkat dari salah satu persyaratan menjadi prodiakon adalah rajin mengikuti perayaan ekaristi. Dan salah satu tugas utama seorang prodiakon adalah membagikan komuni. Seorang perodiakon sangat diharapkan agar hidupnya tidak terpisahkan dari ekaristi, ekaristi selalu dihidupi dihayati dengan meriah. Pertumbuhan spiriualitas ekaristi akan bisa dicapai dengan mengimani bahwa ekaristi adalah sakramen kasih, tanda kesatuah dan ikatan kasih. Selanjutnya seoang prodiakon senantiasa tumbuh dalam kekudusan untuk selalu berusaha menjadi serupa dengan Kristus sebagai bagian dari rasa syukur atas Rahmat Tuhan menjadi pelayan ekaristi.

 

Satu tugas lain dari seorang prodiakon adalah menjadi pewarta firman dengan memberikan kotbah. Landasan awal dari tugas ini adalah dari Perutusan Yesus yang mewartakan kabar baik kepada orang yang membutuhkan, kemudian melanjutkan perutusan Yesus itu menjadi perutusan kita sebagai murid untuk mewujudkan Misi Allah. Spiritualitas pewarta merupakan pengalaman pergulatan diri seorang  prodiakon bersama Allah, yang dihidupi sebaga pengalaman iman, dan dengan rendah hati diwartakan kepada dunia. Pengalaman akan Allah ini perlu terus menerus dihidupi oleh seorang prodiakon.

Spiritualitas terakhir yang perlu dihayati oleh seorang Prodiakon yang ekaristis adalah Spiritualitas Persaudaraan. Para peserta rekoleksi diingatkan akan adanya landasan sosial dan landasan teologis untuk menghayati spiritualitas Persaudaraan ini. Landasan sosial yang menegaskan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah makhluk sosial yang perlu teman, yang memiliki hakikat kesalingan, saling berbagi, saling menguatkan..dan saling yang lain, namun juga memilik potensi kehancuran jika dalam interaksinya memilik sifat dan perilaku yang negatif seperti egois dan kurang jujur. Landasan teologis spiritualitas persaudaraan ini dapat kita dari dari kisah penciptaan, dimana Tuhan menciptakan manusia dengan memberikan teman yang sepadan, persaudaraan semesta, manusia secitra dengan sang Pencipta, persaudaran sejati dan lain-lain.

Kehidupan paguyuban Prodiakon perlu belajar dari cara hidup jemaat yang pertama, cara hidup murid Yesus, bahwa roh Kuduslah yang mempersatukan, setiap anggaota persekutuan adalah sesama yang sederajat, ada kepimpinan yang memberikan kesaksian tentang kebangkitan Kristus, bertekun dalam pengajaran dan bergiliran melakuka perjamuan Kudus. Romo Grasius mengingatkan juga bahwa kehidupan prodiakon merupakan satu komunitas yang holistik yang meliputi koinonia (orang-orang yang percaya ke pada Tuhan), liturgia (hidup peribadatan), kerygma (dinamika intelektual), diakonia (pelayanan yang nyata), dan martyria (kesaksian hidup)

Selain pengajaran dari Romo Gracius, kegiatan rekoleksi diisi juga dengan diskusi kelompok, serta kegiatan renungan malam di ruang pertemuan dan kegiatan olah raga dengan tema Jalan Emaus berdua-dua dari PPSM menuju ke pamakaman Romo Sanjoyo yang di pandu oleh Bapak Cahyo.

Kegiatan rekoleksi ditutup dengan sambutan ucapan terima kasih  dan pesan-pesan dari Romo Paroki St. Alfonso Nandan, Romo Jonatan Bilie Cahyo Adi, Pr. dan  Misa Kudus di Kapel PPSM yang dipersembahkan oleh Romo Gracius, SVD dan Romo Bilie, Pr.

Sampai jumpa di Rekoleksi Prodiakon Nandan tahun depan. Tuhan memberkati.

(pvadi)

Galeri foto : klik di sini

Foto oleh:
- Maria Elisabeth
- Bernadetha Hastya Varani

Posting Komentar

0 Komentar