Berangkat dari pertanyaan definisi “Saudara” di Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang salah satu definisi Saudara adalah: Segala Sesuatu yang hampir serupa, mendapat jawaban dari Ensiklik Fratelli Tutti, Saudara Sekalian, dari Paus Fransiskus tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial.
BISA, Bincang Iman Santo Alfonsus, adalah kegiatan rutin bincang-bincang santai aneka topik yang diselenggarakan setiap bulan di Paroki Santo Alfonsus Maria de Liguori Nandan. Topik yang diangkat dalam BISA pada hari Selasa, 28 November 2023, adalah mengenai “Bedah Ensiklik Fratelli Tutti”, yang dipandu oleh Romo Paroki, Romo Jonathan Billie Cahyo Adi Pr. Romo Bilie membuat judul BISA kali ini adalah Belajar Menjadi Saudara
Paroki Nandan sudah membagikan buku Ensklik
Fratelli Tutti, Saudara Sekalian, ini kepada seluruh keluarga di Paroki Nandan.
Satu keluarga mendapatkan satu buku, dengan harapan seluruh umat mendapat akses langsung
untuk bisa membaca dan mempelajari ensiklik ini. Dan BISA kali ini, adalah
wahana yang dimaksud untuk lebih bisa menancapkan pemahaman umat pada Ensiklik
ini.
BISA: Fratelli Tutti ini dimulai pukul 18:30
diikuti lebih dari tiga puluh peserta, dan sebagian peserta adalah para
mahasiswa/mahasiswi Katolik ari Instiper Yogyakarta.
Romo Bilie mengawali bincang-bincang dengan bertanya apa definisi “Saudara” menurut yang hadir. Ada bermacam definisi dari jawaban yang hadir. Romo Bilie memperlihatkan definisi “Saudara” dari KBBI. Dari lima definisi yang dipaparkan, ada empat definisi yang mudah dipahami, sedangkan ada satu definisi terakhir, yang kurang dipahami; yaitu Saudara adalah segala sesuatu yang hampir serupa. Masih belum paham dengan definisi itu kan? Mari kita bahas lebih dalam lagi.
Fratelli Tutti, Saudara Sekalian adalah ensiklik Paus Fransiskus tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial yang dikeluarkan pada tanggal 3 Oktober 2020. Ensiklik ini berdasarkan dari ajaran Santo Fransikus Asisi, tentang Semua Saudara dan saudari, dimana Hakikat Persaudaran adalah terbuka dan memungkinkan orang untuk mengakui, menghargai dan mengasihi setiap orang, terlepas dari kedekatan fisik, telepas dari tempat mereka dilahirkan atau tinggal.
Santo Fransiskus Asisi membagi permenungannya yang sangat terkenal:
- menemukan Tuhan dalam kemiskinan dan kesederhanaan dalam kontemplasi dan dalam pekerjaan
- mencari persahabatan dengan semua makhluk Tuhan, termasuk menjadi saudara matahari, laut, dan angin)
- menjadi seorang dari yang terkecil, dan berusaha untuk hidup harmonis dengan semua orang
Kembali ke definisi dari KBBI Saudara adalah: Segala Sesuatu yang hampir serupa, kita menjadi paham bahwa bukan hanya oranglain, tapi binatang, tumbuhan dan batupun adalah saudara kita, yang banyak memberi kebaikan kepada kita.
Hidup sebagai seni perjumpaan dengan semua orang, karena kita masing-masing dapat belajar sesuatu dari orang lain. Dan permbangunan perdamaian adalah upaya terbuka, tugas yang tidak pernah berakhir dan oleh karena itu pentinguntuk menempatkan pribadi manusia, martabatnya dan kebaikan bersama sebagai pusat dari semua aktivitas.
Paus Francis menulis, “Cinta, pada akhirnya, lebih dari sekadar serangkaian tindakan kebajikan. Tindakan-tindakan cinta bersumber dalam persatuan yang semakin diarahkan kepada orang lain, menganggap mereka sebagai bernilai, layak, menyenangkan dan indah terlepas dari penampilan fisik atau moral mereka” (Fratelli Tutti art.94)
Sebagai bahan diskusi, Romo Bilie menampilkan
gambar Orang Samaria yang baik HATI (Luk 10:25-37).
Dari gambar ini, kita bisa melihat siapa saja yang baik hati:
- orang Samaria yang tergerak hatinya oleh belas kasihan, yang mengorbankan waktunya, membalut luka, menyiram dengan minyak dan anggur, menaikkan orang yang luka ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapannya dan merawatnya. Bahkan masih menitipkan uang ke pemilik rumah penginapan dan masih juga menjanjikan uang pengganti untuk seluruh beaya perawatannya. Sangat total menolong
- keledai yang dengan mata penuh kasih menatap yang terluka, pohon-pohon yang menaungi, memberi kesejukan
- batu-batu yang menjadi alas tempat yang teluka bisa terlentang dengan lebih nyaman
BISA ditutup dengan beberapa tanya jawab dan komentara dari yang hadir, yang antara lain menyampaikan pentingnya mengampuni dan melukapan kesalahan orang, kemudian ada yang memberi komentar bahwa ajaran ensiklik ini sangat melelahkan kalau dibayangkan bahwa kita harus terus menerus melakukan hal baik, terus menerus meluangkan waktu untuk orang lain yang kadang orang yang tidak baik dan membuat kesal. Romo Bilie menjawab bahwa itulah hakikat hidup untuk berjuang mengatasi kelelahan untuk terus melakukan hal baik, karen kita juga tanpa lelah terus diberi kebaikan oleh Allah kita yang Maha Baik.
Romo Bilie menutup bincang-bincangnya dengan
dua kutipan Kitab Suci yang sangat bagus ini:
“Kita tahu bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut” (1Yoh 3:14)
“Barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang
dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya” (1Yoh 4:20)
(PVA)
Refleksi Singkat:
Ada pengalaman menarik dari Bapak Pambuka Vita
Adi (Pak Adi). Pada BISA kali ini, Pak Adi langsung belajar dari satu peristiwa
yang terjadi saat beliau duduk di bagian belakang mengikuti kegiatan. Sesaat
setelah beliau minum air teh, kemudian diletakkan gelas di lantai di samping
kursi, dan tanpa sengaja, handphone di saku beliau jatuh, menimpa gelas di
bawah dan menumpahkan air teh ke lantai.
Reaksi pertama dari Pak Adi adalah cepat-cepat mengambil handphone yang jatuh, dan sibuk mengamati handphone, apakah basah, atau terganggu akibat jatuh, ataukah rusak? Yang menarik adalah reaksi dari Pak Jodi yang waktu itu duduk di belakang Pak Adi, yaitu beliau mengambil gelas plastik yang di lantai. Dengan sigap, Pak Jodi bergegas berjalan ke arah gereja untuk mengambil kain pel.
Reaksi dan respon dari Pak Jodi malam itu merupakan satu contoh yang sangat pas dengan apa yang disampaikan oleh Ensiklik Fratelli Tutti. Pak Jodi memiliki pilihan bebas untuk merespon peristiwa air teh tumpah itu. Pak Jodi bisa diam, dan tidak melakukan apa-apa, toh Pak Jodi juga tidak salah apa-apa dan tidak menumpahkan teh tersebut. Namun, Pak Jodi memilih untuk mengambil gelas, dan bergegas mencari kain pel untuk membersihkan.
Pak Jodi benar-benar tidak berpikir untuk menyalahkan siapa yang menumpahkan air tersebut, namun menyuruh untuk membersihkan sendiri, tapi Pak Jodi memilih untuk menempatkan diri sebagai seorang dari yang terkecil dan berusaha untuk hidup harmonis dengan semua orang, dengan bergerak mengorbankan waktu dan fokusnya dari mengikuti penjelasan Romo, untuk membantu menolong dan membuat kondisi menjadi baik.
Tuhan Memberkati.
Galeri foto : klik di sini
0 Komentar