Minggu, 25 Februari 2024 menjadi hari yang mencerahkan bagi sekitar 40 orang umat yang hadir dalam acara Bincang dan Sharing - Memaknai, Menemukan Makna dan Bertumbuh melalui Sakit dan Penderitaan di Joglo Antonio Paroki Nandan. dr. J.B. Suharjo B. Cahyono., SpPD, KGEH, yang menjadi pembicara tunggal dalam bincang dan sharing ini. Dr. Cahyo menyampaikan pengalaman dan buah belajarnya dengan sangat lengkap dan mencerahkan.
Acara dibuka oleh MC, Ibu Rosalia Rima Anjarwati sekitar pukul 09:50, dengan diawali dengan doa dan bersama menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan acara dimulai dipandu oleh moderator, seorang psikolog, mas Yohanes K. Herdiyanto, M.Psi Acara bincang kesehatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Orang Sakit Sedunia ke 32, yang tepatnya jatuh tanggal 11 Februari 2024, dengan tema “ Tidak baiklah kalau manusia itu sendirian”.
Penyembuhan orang sakit melalui penyembuhan relasi. Dokter Cahyo, yang
merupakan dokter di RS Panti Rapih dan RS Bethesda Yogyakarta, membagi
materinya menjadi tiga bagian besar, yaitu Siapakah aku dan Apa tujuan serta
makna hidupku, kemudian Memahami Sakit dan Penderitaan, dan yang ketiga Apa
Solusinya. Sebagai pengantar, dokter Cahyo membuka perbincangan dengan
menyampaikan bahwa hidup itu sulit, dari berbagai tinjauan baik dari para
penulis buku, dari Buddha, dari kutipan Kitab Suci dan dari kondisi nyata di
dunia saat ini dari berbagai berita.
Bagian pertama tentang Siapakah Aku dan Hendak kemana Kau, dokter Cahyo
mengajak peserta bincang kesehatan untuk mengkaji ulang tujuan hidup kita saat
ini. Apakah kita memiliki tujuan yang bersifat sementara untuk memenuhi
dorongan alami untuk mencapai tujuan seperti yang didefinisikan manusia saat
ini tentang bahagia yang lebih menyangkut hal-hal duniawi, atau kita sudah
memiliki tujuan yang lebih hakiki untuk hidup kekal bersama dalam kerajaan
Allah.
Kita diajak untuk memilih, tujuan yang pokok itu. Dan kalaupun memiliki
tujuan sementara, tujuan sementara kita seharusnya adalah bagian dari
langkah-langkah kecil untuk menuju tujuan hidup kekal, untuk memuliakan Allah
dengan segala milik kita. Doker Cahyo juga menyampaikan bahwa untuk perjalanan
hidup kita sampai saat ini, adalah bagian dari proses panjang pengkondisian dan
pembelajaran yang sudah kita lalui sejak kecil, hingga menjadi suatu keyakinan
yang menggerakkan setiap pilihan yang kita ambil. Dan yang penting perlu
diketahui dan diyakini, bahwa pengkondisian yang sudah kita alami itu, bisa
kita ubah dengan keyakinan baru kita.
Bagian kedua dari materi dokter Cahyo memberikan pemahaman tentang sakit
dan penderitaan. Dokter Cahyo mengutip surat Apostolik Paus Johanes Paulus II -
Salvifici Doloris, yang menyampaikan bahwa penderitaan itu kompleks yang harus
ditangani oleh ahli medis, psikolog dan rohaniwan. Namun tidak hanya berhenti
disitu, namun juga harus direnungkan, apa makna penderitaan yang terjadi, dan
dimengerti apa itu penderitaan dan mengapa terjadi serta bagaimana solusinya.
Penderitaan pada orang sakit, tidak hanya penderitaan fisik.
Bagian ketiga atau bagian terakhir, dokter Cahyo menawarkan
solusi bagaimana mengatasi dan mengelola sakit dan penderitaan dengan berusaha
mengandalkan akal dan iman berbarengan dengan mengandalkan belas kasih Tuhan.
Mengutip kata-kata St. Ignatius Loyola: “Berusahalah seakan-akan itu semua
bergantung dari usahamu.
Serahkanlah semuanya itu pada Tuhan seakan-akan semuanya tergantung pada
kehendak Tuhan.” Ada empat langkah yang bisa dipilih untuk dilakukan yaitu: 1.
mengubah sudut pandang, kebahagiaan adalah perspektif. Bukan pada peristiwa
tetap pada cara pandang. Perubahan cara pandang ini hanya bisa dilakukan, jika
kita bisa menerima/berdamai dengan apapun yang kita alami. 2. belajar
bersyukur. Jika kita hanya punya dua kata untuk berdoa, sampaikan Terima kasih.
Terus fokus ke hal-hal yang baik. 3. Bersikap lepas bebas, untuk melepaskan
diri dari keterikatan, kemelekatan dan keinginan-keinginan. Dokter Cahyo
menyampaikan paradoks kebahagiaan dari St. Yohanes dari Salib: Karena aku tidak
menginginkannya, aku memiliki semuanya tanpa keinginan. 4. Memiliki kepekaan
terhadap kehadiran Tuhan dari waktu ke waktu, dalam keheningan dan dalam
kegiatan sehari-hari.
Materi yang disampaikan sangat menarik, menyangkut
"penyembuhan" dari berbagai bentuk penderitaan, baik fisik maupun
psikis, dengan pendekatan yang memnyeluruh, baik pendekatan keilmuan medis,
psikologi, maupun spiritual dan berdasarkan firman-firman Tuhan. Semua
pendekatan tersebut saling menunjang, bukan bertentangan. Di akhir sesi, para
peserta dengan antusias bertanya dan berbagi pengalamannya. Narasumber
menjelaskan dengan sangat baik, menguasai materi, dan menanggapi
pertanyaan-pertanyaan dari peserta dengan baik.
Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Mbak Evi Noor Fatriyani dan foto bersama. Terima kasih untuk Tim Pelayanan Kesehatan Paroki Nandan yang sudah mengelola acara ini dengan sangat baik. Tuhan memberkati
(Nova Ermawati/PVA)
Foto oleh: Mikael Deandra dan Protasius Garry
Galeri foto: klik di sini
0 Komentar