Sarasehan Paguyuban Kerasulan Doa Paroki Santo Alfonsus Nandan

Jaringan Kerasulan Doa Paroki Santo Alfonsus Nandan pada sabtu malam (29/10/2016) mengadakan sarasehan dengan tema "Makna Kerahiman Allah dalam Paguyuban Kerasulan DOA".  Sarasehan ini dihadiri kelompok-kelompok doa yang ada di Paroki Nandan.


Hadir sebagai moderator pada acara ini yaitu, Romo Fransiskus Asisi L. Bataona CSsR dan Romo Pascalis Bayu Edvra, Pr

Makna Kerahiman Allah dalam Paguyuban Kerasulan dari sisi Moralitas
Romo Fransiskus Asisi L. Bataona, CSsR



Rahim
Kata sederhana untuk meringkas "Tempat Allah (ibu) memberi perhatian penuh pada (Merawat) manusia (bayi), yang dikandungnya"
Moralitas rahim! Rahim yang maha baik!

Untuk itu bahan yang akan dikaji:

  1. Apa itu Moralitas/moral
  2. Kerahiman Allah : Tahun Yubelium kerahiman (Oktober - 25 November 2016, perayaan bunda terkandung tanpa Noda - Kristus raja semesta alam).  Latar belakang : Bapa yang penuh kerahiman, Moralitas rahim yang mengedepankan kerahiman Paus Fransiskus Asisi, masa transisi.
  3. Sedikit simpul : Pesan buat kita


Romo Fransiskus Asisi L. Bataona CSsR
Moral/moralitas
berasal dari kata Mores : berarti kebiasaan dan karakter manusia.  Mores adalah terjemahan dari kata Yunani : Ethos (Etika : kebiasaan, tempat hidup bersama, adat kebiasaan dan karakter seseorang dari tempat itu)
Kedua kata ini (Moral & Etika) berbicara mengenai : apa yang baik dan apa yang jahat, dan Norma atau nilai yang menjadi dasar bertindak.
Thomas Aquinas : Moral dalam referensi pada etika, sebagai adat kebiasaan yang dipakai untuk praksis hidup bersama (menjadi kecenderungan alamiah untuk bertindak), sebagai karakter pribadi yang melingkupi seseorang untuk bertindak.

Pemahaman Sederhana
Moral lebih menunjukkan statis kesadaran seseorang akan apa yang baik dan apa yang jahat dalam bertindak.
Dengan demikian moralitas, sebagai penghayatan pribadi seseorang yang diwujudkan dalam tindakan konkret dengan kehendak bebas (tanpa tekanan/dominasi dari komunitas: soal pelaksanaan norma atau sanski bila norma itu tidak dijalankan).
Kita hidup dalam komunitas: ada bersama orang lain.  Dalam komunitas itu ada norma, aturan, adat isitadat yang membuat kita bisa hidup "sae, aman, tenteram".
Dengan demikian tujuan dari moral/adat kebiasan itu adalah : supaya hidup itu bisa berjalan baik adanya!  Kembali pada awal kisah penciptaan: Allah menciptakan semuanya dan melihat semuanya itu baik adanya.
Setelah itu manusia diberi kebebasan mutlak untuk menjaga "semua yang baik" itu.
Caranya : bertindak baik dengan mendengar Suara hati.

Alfonsus Maria de Liguori
Baginya : Kunci sebuah tindakan moral terletak pada Suara hati.  Suara hati tidak terkait pada hukum manapun.  Maka Hukum tidak boleh membebani kebebasan suara hati untuk mengambil keputusan. Kebebasan manusia adalah keharusan hukum yang paling utama.
Tepat dititik inilah kita bisa memahami, peristiwa kejatuhan manusia pertama.  Permintaan Tuhan (aturan main di taman eden: pohon yang ditengah taman jangan kamu makan) dan kebebasan manusia (Hawa bebas meilih untuk melanggar karena bebas memilih untuk lebih mendenganr suara dari luar: setan dari pada suara dari dalam/suara hati/ suara Tuhan : Kalau kamu makan kamu akan mati).

"Pelajaran berharga ini sudah, sedang dan akan terus diwariskan kepada kita manusia.  Karena itu kita terus ditantang dan dituntut untuk terus belajar untuk mendengarkan suara hati dalam setiap tindakan kita".

Dengan demikian pertemuan malam ini adalah bagian dari usaha untuk semakin mendengarkan suara hati, agar setiap tindakan yang kita ambil adalah tindakan moral Kristiani: tindakan sesuai kehendak Allah yang sudah mewahyukan dirinya dalam Yesus Kristus

Yubelium Kerahiman Allah
Latar belakang'Dalam tradisi Katolik ada 2 macam Yubelium : Yubelium Biasa dan Yubelium Luar Biasa. Sejak tahun 1475, Yubelium Biasa telah dirayakan sekali dalam 25 tahun.  Sedangkan Yubelium Luar Biasa diayakan hanya untuk peringatan atau peristiwa tertentu.

Tahun Kerahiman masuk kategri Yubelium luar biasa.  Hingga sat ini , sudah diselenggarakan 24 kali Yubelium Biasa dan 4 kali Yubelium Luar Biasa.
Yubelium Kerahiman yang dicanangkan Paus Fansiskus menjadi yang ke-5.

Yubelium Kerahiman
Yubelium Kerahiman dimulai pada pesta bunda terkandung tanpa dosa 8 Desember 2015 dan akan berakhir pda 20 November 2016.
Alasannya menurut Paus : Gereja yang sedang berada dalam perubahan sejarah, dipanggil untuk menawarkan tanda kehadiran dan kedekatan Allah dengan intensitas umat tidak larut dalam kebingungan.

Simbol Yubelium adalah pintu 4 basilika utama dibuka dan umat keluar masuk lewat pintu itu.
Yubelium tahun ini berpusat pada konsep Kerahiman.  Maka bentuk praksis dan kerahiman adalah Sakramen Rekonsiliasi/Pengakuan Dosa.
Nanti tahun yubile ini ditutup pada Hari Raya Kristus Raja.

Moralitas Rahim yang mengedepankan kerahiman

Rahim :
Mengandung, Merawat, melahirkan, memelihara kehidupan yagn sama :
Kehidupan yang akan memahat luka atau
Kehidupan yang akan mengukir Suka?
Rahim tetap dengan kerahimannya

Meski kemudian disayat luka khianat,
walau kelak ditoreh nista bernanah
Mungkin nanti ditusuk, marah penuh kesumat dendam kebencian
Rahim tetap dengan kerahimannya.

Berbahagialah kalian para ibu pemilik rahim
Di rahimmu, DIA wariskan RAHIM-NYA
Masihkah KERAHIMANNYA ikut diwariskan?
(Fransiskus Asisi L. Bataona CSsR)


Permixta ecclesia
Tentang gereja kudus, kerahiman, dan keterbukaan hidup doa
Romo Pascalis Bayu Edvra, Pr

ST Agustinus
Dilahirkan pada 13 November 354. 
Bertobat tahun 386, dan pada tahun 387, ia dibaptis oleh St. Ambrosius. 
ditahbiskan menjadi Uskup Hippo pada tahun 396. 
menulis karya-karya besarnya, melawan Donatisme.
Donatisme: menganggap para pemimpin Gereja, yang telah mengingkari iman selama masa penganiayaan, tidak dapat dengan sah merayakan sakramen gereja atau menahbiskan.
wafat pada tahun 430.


Gereja Kudus
Syahadat panjang: mengakui gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik.
Apa artinya “kudus?”
“Namun sedangkan Kristus, yang “suci, tanpa kesalahan, tanpa noda”, tidak mengenal dosa, melainkan datang hanya untuk menebus dosa-dosa rakyat, Gereja merangkum pendosa-pendosa dalam pangkuannya sendiri. Gereja itu suci, dan sekaligus harus selalu dibersihkan, serta terus-menerus menjalankan pertobatan dan pembaharuan.” (Lumen gentium 8)

Permixta ecclesia (de civitate dei)
Romo Pascalis Bayu Edvra, Pr
Permixta ecclesia: gereja/masyarakat campuran
Agustinus menyadari bahwa hasrat akan Gereja yang murni dapat mencobai umat beriman untuk meninggalkan Gereja dalam sebuah pencarian akan kesucian dan kemurnian. 
Menunjuk pada perumpamaan Yesus tentang jala, benih di ladang, dan pukat (Matius 3:12; 13:24-30; 13:47-49).
hanya Allah yang mengetahui dengan jelas siapakah umat beriman sejati dalam permixta ecclesiaNya. 
Agustinus berpendapat bahwa musuh-musuh Gereja saat ini bisa saja di masa depan menjadi anggota Gereja, sementara anggota yang asli bisa jadi merupakan Kristen palsu. di antara musuh-musuhnya, tersembunyi warga Gereja di masa depan. 
Modelnya adalah komunitas para rasul (ada yudas)

Prinsip Kesatuan
Bagi Agustinus, prinsip akhir yang mesti dipegang dan didahulukan adalah pemenuhan hukum cinta kasih. 
Maka, keinginan untuk membagi Gereja harus ditolak. 
Agustinus menyebut mereka yang hendak mengabaikan kesatuan Gereja sebagai “Kristen palsu dan Antikristus” 
Rasul Yohanes sendiri telah mengingatkan mereka yang “berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita.”(1 Yoh 2:19). 
Pencarian kekudusan dalam gereja jangan sampai malah membawa pemisahan atau perpecahan

Dalam Katekismus
“Gereja adalah kudus: Roh Kudus adalah asalnya; Kristus Mempelainya, telah menyerahkan Diri untuknya, untuk menguduskannya; Roh kekudusan menghidupkannya. Memang orang berdosa juga termasuk di dalamnya, tetapi ia adalah “yang tak berdosa, yang terdiri dari orang-orang berdosa.” Dalam orang-orang kudusnya terpancar kekudusannya; di dalam Maria ia sudah kudus secara sempurna.” 
Gereja tetap memperkuat harapan umat beriman, karena Gereja memberi teladan lewat gelar yang diberikan kepada para kudus. Arti kekudusan mereka adalah bahwa mereka telah menjalankan kebajikan-kebajikan dengan ksatria, dan telah hidup dengan setia kepada rahmat Allah. Dengan demikian, Gereja merupakan sebuah communio sanctorum et peccatorum (persekutuan orang-orang suci dan orang-orang berdosa).

Permixta Ecclesia = Kerahiman
Hidup doa adalah salah satu ciri “gereja yang kudus” – ada orang-orang yang dengan tekun mengupayakan kekudusan lewat doa.
Hidup doa, paguyuban dan kerasulan doa mestinya mengarah pada kesatuan, karena bersumber dan mengalir pada ekaristi dan sakramen-sakramen
Buahnya adalah kesatuan; dalam kesatuan itu ada penerimaan terhadap mereka yang berdosa.
Inilah yang dimaksud dengan kerahiman

“Kristen palsu dapat dikenali apabila, ketika kesempatan untuk memisahkan Gereja terjadi, mereka memanfaatkannya”
(St. Agustinus)

Foto yang lain klik disini

Posting Komentar

0 Komentar